Krisis Energi Ancam Kelangsungan Hidup Warga Gaza

Krisis Energi Ancam Kelangsungan Hidup Warga Gaza

GAZA (jurnalislam.com)– Krisis energi akibat blokade yang diberlakukan Israel kian memperburuk kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) memperingatkan bahwa kurangnya akses terhadap energi yang andal kini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup warga Palestina.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (23/6/2025), NRC menyebut bahwa penolakan akses terhadap listrik dan bahan bakar oleh Israel merupakan bentuk pelanggaran terhadap kebutuhan dasar manusia.

“Di Gaza, energi bukan tentang kenyamanan ini tentang bertahan hidup,” ujar Benedicte Giaever, Direktur Eksekutif NORCAP, bagian dari NRC.

Giaever menegaskan bahwa ketika keluarga tidak dapat memasak, rumah sakit tidak dapat beroperasi, dan pompa air berhenti bekerja, dampaknya sangat menghancurkan. Ia mendesak komunitas internasional untuk memprioritaskan kebutuhan energi dalam seluruh upaya kemanusiaan di Gaza.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) memperkirakan sebanyak 2,1 juta penduduk Gaza tidak memiliki akses terhadap listrik. Akibatnya, fasilitas kesehatan lumpuh: operasi darurat terpaksa ditunda, ventilator dan mesin dialisis tidak berfungsi, dan inkubator bayi tidak dapat digunakan.

Kekurangan energi juga memengaruhi fasilitas desalinasi, membuat 70 persen rumah tangga tidak memiliki akses air bersih. Banyak warga terpaksa membakar plastik dan puing-puing untuk memasak, yang turut membahayakan kesehatan.

NRC juga menyoroti meningkatnya risiko kekerasan berbasis gender di malam hari akibat ketiadaan penerangan.

“Sudah terlalu lama, masyarakat Gaza mengalami siklus konflik, blokade, dan kekurangan. Namun, krisis saat ini menghadirkan keputusasaan baru yang mengancam kelangsungan hidup dan masa depan mereka,” kata Sekjen NRC, Jan Egeland.

Di tengah krisis tersebut, militer Israel dilaporkan terus melancarkan serangan ke titik distribusi bantuan yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) organisasi yang kontroversial karena didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.

Dalam laporan hariannya pada Senin (23/6/2025), Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa sedikitnya 39 jenazah telah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, dan sedikitnya 317 orang terluka akibat serangan Israel.

Sejak Israel melonggarkan blokade totalnya bulan lalu, lebih dari 400 warga dilaporkan tewas saat mencoba mengambil bantuan makanan dari pusat distribusi.

Peringatan juga disampaikan oleh Kepala OCHA untuk Gaza dan Tepi Barat, Jonathan Whittall, pada Minggu (22/6/2025). Ia menyoroti pola serangan Israel terhadap warga yang tengah berupaya mencari makanan.

“Kami melihat pola mengerikan pasukan Israel yang melepaskan tembakan ke kerumunan yang berkumpul untuk mendapatkan makanan. Upaya bertahan hidup disambut dengan hukuman mati,” ujarnya. (Bahry)

Sumber: Al Jazeera

Bagikan