DAMASKUS (jurnalislam.com)– Amerika Serikat telah menarik ratusan tentaranya dari Suriah dalam beberapa minggu terakhir, seiring dengan pendekatan baru pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap kawasan tersebut dan sebagai dampak langsung dari jatuhnya rezim Bashar al-Assad.
“Konsolidasi pasukan AS di Suriah berlangsung aman, tenang, dan terkendali,” ujar seorang pejabat pertahanan AS kepada Al Arabiya English, Senin (2/6/2025).
Laporan Fox News menyebutkan bahwa sekitar 500 tentara telah ditarik dari wilayah Suriah dan beberapa pangkalan militer AS telah ditutup atau diserahkan kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Di antaranya adalah penutupan Situs Dukungan Misi Green Village dan penyerahan MSS Euphrates kepada SDF. Satu pangkalan lainnya juga dikosongkan, menurut laporan tersebut.
Pejabat AS mengonfirmasi bahwa proses pemindahan pasukan ini terjadi dalam sebulan terakhir. Komando Pusat AS (CENTCOM) sebelumnya juga merujuk pada pernyataan Kepala Juru Bicara Pentagon, Sean Parnell, pada April lalu yang menjelaskan rencana konsolidasi pasukan AS di Suriah di bawah komando Combined Joint Task Force Operation Inherent Resolve.
“Dengan konsolidasi ini, yang sejalan dengan komitmen Presiden Trump untuk menciptakan perdamaian melalui kekuatan, militer AS tetap siap untuk melanjutkan operasi terhadap sisa-sisa ISIS di Suriah,” kata Parnell dalam pernyataannya.
Jumlah tentara AS di Suriah kini dilaporkan berkurang menjadi kurang dari 1.000 personel. Meski demikian, kerja sama dengan SDF merupakan mitra penting dalam perang melawan ISIS akan tetap dipertahankan.
Pemerintahan Trump sebelumnya menunjukkan keraguan untuk terlibat langsung dengan pemerintahan transisi Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa. Namun setelah pengumuman pencabutan sanksi ekonomi terhadap Suriah, jalan bagi keterlibatan kembali pihak regional dan internasional di negara itu pun terbuka lebar.
Washington sebelumnya telah memberikan daftar persyaratan kepada Damaskus, termasuk pengusiran pejuang asing dari wilayah Suriah dan penghentian pengaruh Iran di jajaran militer serta pemerintahan. Namun, laporan Reuters pada Senin (2/6) menyebutkan bahwa AS telah menyetujui rencana Damaskus untuk mengintegrasikan sebagian pejuang asing ke dalam tubuh militer nasional Suriah.
Sementara itu, di luar Suriah, AS masih mempertahankan sekitar 2.500 tentara di Irak, 3.500 di Yordania, dan hampir 2.000 personel di Turki. Dalam kesepakatan terbaru antara Baghdad dan pemerintahan Presiden Joe Biden, AS juga direncanakan akan mengurangi kehadiran militernya di Irak.
Namun, setelah kejatuhan Assad, pemerintah Irak dilaporkan meminta penundaan proses transisi militer AS di wilayahnya. Hingga kini, belum ada keputusan final yang diambil terkait hal tersebut, menurut sumber resmi di Washington. (Bahry)
Sumber: Alarabiya