JAKARTA (jurnalislam.com)- Salah satu platform layanan reservasi properti hotel atau resor online, Agoda.com membuat heboh media sosial karena diduga terafiliasi Israel. Hal ini diketahui setelah profil para petingginya mulai dari CEO hingga direksi lainnya merupakan jebolan Israel dan bahkan diduga mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pertahanan Israel.
Tabir ini diungkap oleh seorang Travel Influencer bernama Alfiah Nurul Hikmawaty. Lewat video yang diunggah, sang Travel Influencer itu menyatakan kekecewaannya atas perusahaan yang berbasis operasional di Bangkok, Singapura, dan Filipina itu.
“Aku sempet pakai Agoda untuk keperluan kegiatanku. Namun belakangan ini aku kecewa karena menemukan fakta di Medsos bahwa para petinggi Agoda itu lulusan dari Universitas di Israel guys dan mereka mendapatkan bea siswa dari Menteri Pertahanan disana,” tulisnya dengan Akun @avy_vie di Instagram.
Sang Travel Influencer itu menambahkan bahwa para pendiri Agoda yang kedapatan terafiliasi dengan Israel kemudian berusaha mengubah identitas mereka.
“Kalian bisa lihat di layar belakang aku ini buktinya guys. Minggu lalu para bos-bos ini masih tertulis dapat beasiswa terus sekarang diubah dong, apa maksudnya coba. Sumpah sih kecewa banget. Kok bisa ya keadaan lagi gak kondusif kaya sekarang ini ada aja temuan yang bikin Aku sebagai Travel Influencer kecewa banget. Aplikasi yang sebelumnya bisa diandalkan untuk kehidupan sehari-hari terpengaruh oleh kekejaman zionis dan menyebabkan Aku kecewa dan Aku yakin kalian semua akan kehilangan kepercayaan,” tandasnya.
Ungkapan kekecewaan terhadap aplikasi Agoda juga diutarakan warganet di aplikasi TikTok. Disebutkan beberapa pendiri Agoda yang menempuh pendidikan dan mendapatkan beasiswa dari Menteri Pertahanan Israel antara lain seperti, Omri Morgenshtern, Idan Zalzberg, Ittai Chorev dan Eliana Carmel.
Omri Morgenshtern ditunjuk sebagai Chief Executive Officer Agoda, bagian dari Booking Holdings (Nasdaq: BKNG) pada bulan Juli 2022. Omri menerima gelar MS Magna Cum Laude di bidang Fisika dari Tel Aviv University dan BS Cum Laude di bidang Fisika, Ilmu Komputer dan Matematika dari The Hebrew University Israel.
Idan Zalzberg adalah Chief Technology Officer Agoda. Dalam jabatannya sebelumnya sebagai Chief Data Officer, Idan berperan penting dalam mengelola dan merancang solusi data dan keamanan agoda. Idan merupakan jebolan bidang Fisika dari Universitas Tel Aviv dan BS Fisika dan Matematika dari The Hebrew University Israel.
Ittai Chorev adalah Chief Product Officer di Agoda dan mengepalai pengembangan produk yang mengawasi pembuatan produk yang dapat digunakan oleh konsumen, alat pemasaran, solusi fintech, dan produk yang dapat digunakan oleh pemasok di seluruh kategori produk. Ittai memegang gelar M.Sc. di bidang Matematika, Magna cum laude, dari Universitas Ibrani Yerusalem, Israel.
Eliana Carmel memimpin tim Sumber Daya Manusia agoda, mengawasi fungsi dan inisiatif Sumber Daya Manusia berbasis data di agoda. Dia meraih gelar Magister Hukum, Hukum Keuangan dan Administrasi Bisnis dari Universitas Bar-Ilan dan gelar BA Ganda di bidang Ekonomi & Bisnis dari Universitas Ibrani Yerusalem, Israel.
Situs resmi Agoda juga menyebut profil para pucuk pimpinan Agoda memang lulusan universitas di Israel. Sedangkan status mendapatkan beasiswa dari Israel Defense Force belakangan dihapus.
Kaitan Israel dengan Agoda sebenarnya tidak mengejutkan, karena sebelumnya Booking.com (holding atau induk Agoda) sudah lama diboikot di beberapa negara karena mempromosikan liburan ke Israel, seperti dilansir Al-Jazeera. Promosi ini dinilai mendukung penjajahan dan zionisme yang tengah dilakukan atas rakyat Palestina.
Hal ini terungkap adalam laporan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa pada 2020 yang merilis daftar 112 perusahaan ini melakukan sejumlah aktivitas yang mendukung Israel menduduki wilayah Palestina. Salah satunya adalah perusahaan asal Belanda Booking.com yang merupakan induk dari Agoda.com, dan juga AirBnB.
Apalagi, terkait produk-produk yang diduga mendukung Israel, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang tegas yang mengharamkan dukungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap Israel. Hal ini sebagai salah satu bentuk dukungan kepada rakyat Palestina di Gaza yang tengah mengalami penderitaan luar biasa atas serangan Israel.
Sementara itu di Indonesia, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah merilis Fatwa Terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Fatwa ini merekomendasikan agar umat Islam menghindari penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel.
Ketua MUI Bidang Fatwa Prof Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Israel dan produk yang mendukung Israel hukumnya haram.
“Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram,” tegas Prof Niam.
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Cholil Nafis memberikan penjelasan terkait fatwa MUI tersebut. Menurutnya, fatwa tersebut bertujuan untuk menghentikan penyerangan Israel terhadap Palestina.
“Kita berharap penyerangan Israel kepada Palestina segera dihentikan, dengan cara kita tidak menyumbang amunisi kepada Israel dan kita tidak menolong Israel untuk kedzaliman,” ujar KH. Cholil Nafis, Jumat (8/12/2023).