Pecat 200 Pekerja Muslim karena Shalat, Perusahaan Daging di Fort Morgan Dituntut

COLORADO (Jurnalislam.com) – Perwakilan hukum bagi sekitar 200 pekerja Muslim yang dipecat dari fasilitas pengepakan daging karena menjalankan ibadah Shalat menuntut pada hari Senin untuk dipekerjakan kembali, World Bulletin melaporkan, Selasa (05/01/2016).

Sebanyak 200 lebih pekerja, mayoritas berasal dari Somalia, dipecat oleh sebuah fasilitas di Fort Morgan, Colorado, setelah berpartisipasi dalam pemogokan untuk memprotes perubahan kebijakan kerja perusahaan tentang larangan Shalat dalam bekerja..

"Mereka meminta untuk mendapatkan pekerjaan mereka kembali dan kembali ke kebijakan yang mereka pahami," Jaylani Hussein, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations/CAIR) Minnesota, yang mewakili para pekerja.

Keadaan sebenarnya mengenai awal sengketa tetap keruh. Solusi Daging Cargill (Cargill Meat Solutions) mengatakan bahwa karyawan mereka meminta sholat berjamaah yang akan menghambat alur kerja sementara Hussein mengatakan tidak pernah mengeluarkan permintaan seperi itu.

"Mereka hanya mencoba untuk memutar cerita sehingga mereka lebih diuntungkan," kata Hussein kepada Anadolu Agency.

Cargill menyatakan bahwa belum ada perubahan kebijakan perusahaan mengenai sholat, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pernyataan tersebut adalah kesalahpahaman yang beredar di komunitas Somalia bahwa Cargill melarang sholat sepenuhnya karena adanya perubahan kebijakan.

"Cargill berkomitmen untuk karyawan kami secara serius dan ini telah menjadi situasi yang tidak menguntungkan," Michael Martin, juru bicara Cargill, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Anadolu Agency. "Cargill tidak pernah mencegah karyawan untuk sholat di Fort Morgan, juga tidak pernah mengubah kebijakan yang berkaitan dengan akomodasi keagamaan dan kehadiran."

Sholat lima kali sehari adalah wajib bagi umat Islam.

“Perusahaan telah menyediakan ruang bagi karyawannya sejak 2009, dan ruangan tersebut tersedia selama shift kerja", menurut Martin.

Karyawan dipecat karena mereka gagal memenuhi panggilan untuk masuk kerja selama tiga hari berturut-turut selama protes.

Kebijakan itu hanya kedok saja, kata Hussein.

"Tidak ada panggilan, tidak ada kebijakan dan itu adalah cara terang-terangan untuk menyingkirkan semua karyawan," katanya.

Serikat lokal 455 pengemudi truk yang mewakili pekerja tidak membantu dalam sengketa yang sedang berlangsung, menurut Hussein.

"Serikat tidak ingin berbicara dengan kami, dan Cargill tampaknya tidak tahu bagaimana kebijakan yang dilaksanakan di pabriknya," katanya.

CAIR berencana untuk melanjutkan pertemuan dengan Cargill selama sepekan untuk menemukan solusi.

 

Deddy | World Bulletin | Jurnalislam

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses