SURIAH (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 40.000 warga sipil Suriah telah mengungsi dari pertempuran di dekat kota utara Aleppo dalam beberapa hari terakhir saat pasukan rezim Syiah Assad terus melakukan serangan brutal meskipun gencatan senjata telah diberlakukan, kata PBB, lansir Aljazeera Rabu (20/04/2016).
Meningkatnya pertempuran telah mendorong penduduk mengungsi ke arah timur menuju Azaz, kota perbatasan yang strategis dan penting, serta kamp-kamp pengungsi Bab al-Salam dan Sijjou, Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (Office for Humanitarian Affairs-OCHA) mengatakan pada hari Rabu.
"Dengan mempertimbangkan gelombang sebelumnya lebih dari 75.000 pengungsi ke dalam sub-distrik Azaz pada bulan Januari dan Februari, kebutuhan bantuan kemanusiaan diperkirakan meningkat secara eksponensial," kata OCHA dalam sebuah pernyataan.
PBB menyatakan kekhawatirannya yang mendalam pada hari Rabu atas nasib ribuan pengungsi akibat pertempuran baru.
"Kami sangat prihatin dengan intensifikasi pertempuran di Suriah utara dan dampaknya terhadap warga sipil, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah tersebut, dan terus memantau situasi dengan cermat," Ariane Rummery dari badan pengungsi PBB mengatakan.
Badan-badan bantuan telah mendistribusikan keranjang makanan dan selimut, jerigen, kasur dan terpal plastik untuk ribuan orang yang baru mengungsi dan sedang mempersiapkan untuk meningkatkan bantuan, katanya.
Dokter amal medis Without Borders (MSF) mengatakan bahwa sekarang terdapat lebih dari 100.000 orang yang terperangkap di sisi Suriah dari perbatasan Turki, dengan 35.000 setelah melarikan diri dalam seminggu terakhir dari kamp-kamp yang telah diambil alih oleh kelompok Islamic State (IS) atau terlalu dekat ke garis depan pertempuran.
Turki telah menutup perbatasan kecuali bagi orang yang sakit parah atau terluka.
"Sekali lagi kita melihat puluhan ribu orang terpaksa mengungsi tetapi hampir tidak ada tempa yang aman untuk dituju – terjebak dalam konflik berdarah dan brutal ini," kata Muskilda Zancada, kepala misi MSF di Suriah, dalam sebuah pernyataan.
Pertempuran di sekitar Aleppo telah menjadi ancaman terbesar bagi gencatan senjata yang rapuh, yang mulai berlaku pada tanggal 27 Februari.
Pertempuran tersebut juga telah memberikan kontribusi terhadap keputusan delegasi oposisi moderat untuk menangguhkan partisipasi formal mereka dalam pembicaraan damai.
Pihak oposisi mengatakan, pemerintah telah melanggar penghentian perjanjian pertempuran karena meluncurkan serangan baru untuk menguasai Aleppo, kota terpadat Suriah sebelum perang, yang telah dibagi antara zona yang dikuasai mujahidin Suriah dan dikendalikan rezim selama bertahun-tahun.
Baca juga: Pesawat Tempur Rezim Assad Membom Pasar, Bunuh 33 Warga Sipil di Idlib
Deddy | Aljazeera | Jurnalislam