SAADA (Jurnalislam.com) – Koalisi Arab melakukan serangan udara di Saada, benteng pemberontak Houthi, dan memperingatkan semua warga sipil untuk meninggalkan provinsi tersebut setelah menyatakan seluruh wilayah di sana sebagai “sasaran militer”.
Saluran televisi negara Saudi Al Ekhbariya mengatakan pada hari Jumat (08/05/2015) bahwa kawasan itu akan menjadi target, saat General Ahmed al-Asiri, juru bicara militer koalisi, mengatakan selebaran telah dijatuhkan di distrik Old Saada yang isinya mendesak warga untuk meninggalkan wilayah tersebut sebelum pukul 19:00 Waktu setempat (1600 GMT) hari Jumat.
Eskalasi dilakukan dalam menanggapi serangan lintas perbatasan baru-baru ini oleh Syiah Houthi, yang menargetkan kota-kota Arab di dekat perbatasan Saudi-Yaman.
“Pekerjaan kami sekarang adalah mencapai mereka (Houthi) yang merencanakan serangan ini dan yang bersembunyi di Saada, dan tempat-tempat lokasi milisi,” kata Asiri.
“Operasi militer kami akan lebih panjang dan lebih keras, dan akan mencari semua komandan Houthi,” tambahnya.
Reporter Al Jazeera Mohamed Vall, melaporkan dari Riyadh, mengatakan pengumuman yang menyatakan akan mengejar seluruh pimpinan Houthi merupakan yang pertama dilakukan koalisi.
Doctors Without Borders mengkritik pengumuman tersebut, mengatakan bahwa pemboman Saada dapat menyebabkan “kerugian besar kehidupan”, karena banyak orang yang mungkin tidak dapat meninggalkan rumahnya.
“Pemboman sasaran sipil, dengan atau tanpa peringatan, adalah pelanggaran serius terhadap Hukum Humaniter Internasional. Pemboman ini bahkan lebih serius karena menargetkan provinsi secara keseluruhan,” Llanos Ortiz, koordinator darurat Doctors Without Borders di provinsi Hajjah mengatakan.
“Tidak mungkin bagi seluruh penduduk provinsi Saada untuk meninggalkan tempat tinggalnya dalam beberapa jam. Banyak orang tidak memiliki transportasi atau bahan bakar akibat blokade koalisi. Banyak orang lain tidak memiliki akses informasi karena jaringan telepon provinsi hampir tidak beroperasi.”
Mortir dan roket yang ditembakkan dari Saada menewaskan delapan orang di kota Najran Saudi pada hari Selasa dan Rabu, dan pasukan pemberontak Houthi menembaki sebuah situs pertahanan udara Saudi dekat Najran, Kamis.
Sebagai tanggapan, koalisi meluncurkan lebih dari 50 serangan udara di Saada semalam, menghancurkan sebuah pabrik yang diduga lahan tambang, kompleks telekomunikasi dan pusat komando.
Riyadh pada hari Kamis mengusulkan gencatan senjata kemanusiaan selama lima hari untuk membantu warga sipil yang menderita kekurangan makanan, obat-obatan dan bahan bakar, dengan syarat pemberontak Houthi menghentikan pertempuran.
Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir mengatakan pada pertemuan para menteri Negara Teluk di Paris pada hari Jumat bahwa gencatan senjata akan dimulai pada 12 Mei, tetapi hanya akan berlaku jika Houthi mematuhi aturan.
Jubeir mengatakan serangan udara pada Saada tidak terikat dengan kesepakatan gencatan senjata, mengatakan dia berharap Houthi akan “sadar” dan menyetujui gencatan senjata.
“Ini adalah kesempatan bagi Houthi untuk melihat keluar demi kesejahteraan rakyat Yaman,” kata Jubeir. “Keputusan ini sepenuhnya di tangan mereka.”
Badan-badan bantuan mengatakan mereka sangat membutuhkan pasokan, termasuk bahan bakar untuk menjalankan infrastruktur seperti rumah sakit.
John Kerry, yang juga berada di Paris saat konferensi-pers mengatakan gencatan senjata itu bukan perjanjian damai tapi mengharapkan Houthi untuk tidak melakukan pemboman, penembakan atau melakukan serangan-serangan di seluruh negeri Yaman.
“Gencatan senjata ini bukan perjanjian damai, pada akhirnya seluruh pihak harus kembali ke meja perundingan,” tambah Kerry.
Serangan koalisi udara telah memukul Saada selama lebih dari sebulan sejak awal serangan melawan pemberontak, yang bersekutu dengan pasukan yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.