ISLAMABAD (Jurnalislam.com) – Sekitar 20 pejuang Taliban Pakistan, termasuk putra Amir Tehreek-e-Taliban Pakistan (Mulya Fazlullah), gugur dalam serangan pengecut pesawat tak berawak (drone) AS di provinsi Kunar, Afghanistan timur laut, menurut sebuah pernyataan Taliban, Kamis(8/3/2018).
Para pejuang, termasuk Abdullah, gugur dalam serangan di sebuah kamp TTP, kata Taliban dalam pernyataan yang dikirim ke wartawan lokal di distrik Bajaur Pakistan, yang berbatasan dengan Kunar, pada hari Rabu (07/03/2018).
Menurut pernyataan tersebut, 20 fidayeen, atau pejuang Istisyhad, gugur, sementara enam pejuang lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Serangan Udara AS pada Taliban Meningkat, 4.360 Pemboman, Namun…
Komandan TTP terkemuka Gul Muhammad dan pelatih fidayeen Yasin juga gugur dalam serangan tersebut, kata surat kabar Pakistan, Dawn.
Pakistan sering menuduh pasukan AS dan Afghanistan tidak berbuat cukup banyak untuk menargetkan mujahidin TTP yang berada di sisi Afghanistan dari perbatasan Pakistan-Afghanistan, saat mereka mundur setelah serangkaian operasi militer oleh Pakistan.
Walaupun kekerasan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, TTP dan afiliasinya terus melakukan serangan sporadis berskala besar yang menargetkan pasukan militer dan warga sipil Pakistan.
Sedikitnya 748 pasukan militer dan warga sipil tewas dalam konflik antara militer Pakistan dengan TTP dan kelompok bersenjata lainnya, termasuk separatis bersenjata Baloch, pada 2017, menurun dari puncak korban jiwa sedikitnya 3.739 pada tahun 2012, menurut the South Asia Terrorism Portal, sebuah organisasi penelitian berbasis New Delhi.
Gunakan Night Vision, Taliban Tewaskan 18 Tentara Bentukan AS dalam Semalam
Militer Pakistan mengkalim bahwa mereka telah membunuh sedikitnya 4.000 pejuang TTP dan sekutu-sekutunya sejak 2013.
Namun Al Jazeera tidak dapat memverifikasi jumlah tersebut secara independen, karena akses ke daerah konflik dikendalikan secara ketat, dan identitas orang-orang yang terbunuh jarang terungkap.
Menteri Luar Negeri Pakistan Tehmina Janjua berada di Washington DC pekan ini untuk melakukan pembicaraan dengan AS demi mengurangi ketegangan antara dua mantan sekutu tersebut.
Pada bulan Januari, Presiden AS Donald Trump memotong lebih dari $ 1,1 miliar bantuan militer ke Pakistan atas tuduhan bahwa mereka menyediakan tempat yang aman bagi anggota Taliban Afghanistan (Imarah Islam Afghanistan) dan Jaringan Haqqani.
Pakistan membantah tuduhan tersebut, menuduh bahwa mereka dikambinghitamkan karena kegagalan pasukan koalisi pimpinan AS dalam perang di Afghanistan setelah lebih dari 16 tahun perang melawan Taliban Afghanistan tidak ada kemajuan yang signifikan.
Belasan Tahun Berperang, AS Makin Bingung dengan Kekuatan Taliban
Kontak diplomatik terakhir tampaknya melunakkan perbedaan antara kedua negara.
Pada hari Senin, pejabat senior Departemen Luar Negeri AS Alice Wells mengatakan bahwa AS mengetahui bahwa Pakistan memiliki “masalah legal” terkait situasi di Afghanistan.
“Mereka memiliki kekhawatiran atas pengelolaan perbatasan, atas kehadiran [Taliban Pakistan] di wilayah tak berdaulat di Afghanistan, serta masalah pengungsi,” katanya.