WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Berbicara kepada Al Jazeera pada hari Jumat (8/12/2017), Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa relokasi kedutaan AS mungkin tidak akan berlangsung sedikitnya dua tahun.
“Ini bukan sesuatu yang akan terjadi tahun ini atau mungkin tidak tahun depan, tapi presiden memang ingin kita bergerak dengan cara yang sangat konkret dan sangat tabah,” kata Tillerson setelah melakukan pembicaraan di Paris dengan mitranya dari Prancis Jean-Yves Le Drian.
Pengamat: Waspadai Target Politik Trump Di Balik Pencaplokan Al Quds
“Pengumuman Trump” berpotensi untuk mengirim kita mundur ke masa yang lebih gelap daripada yang telah kita jalani,” kata Federica Mogherini, perwakilan tinggi Uni Eropa untuk urusan luar negeri.
Saeb Erekat, kepala juru runding Palestina, mengatakan pada Aljazeera, bahwa warga Palestina tidak akan berbicara dengan AS sampai Trump menarik keputusannya.
Erekat mengatakan bahwa pimpinan Palestina mempertimbangkan semua opsi sebagai tanggapan atas pengumuman Trump.
Dalam sebuah pidato di Kota Gaza pada hari Kamis, pemimpin Hamas Ismail Haniya mengatakan bahwa keputusan AS adalah sebuah “deklarasi perang melawan warga Palestina”, dan meminta sebuah Intifadah baru, atau perlawanan rakyat.
Pemimpin Hamas: Keputusan AS adalah Deklarasi Perang
Haniya mengatakan pengakuan Presiden AS Donald Trump “membunuh” proses perdamaian Israel-Palestina.
“Keputusan ini membunuh proses perdamaian, membunuh Oslo, dan membunuh proses penyelesaian,” katanya.
“Keputusan AS adalah sebuah agresi, sebuah deklarasi perang terhadap kita, di tempat-tempat terbaik bagi kaum Muslimin di jantung Palestina, Yerusalem. Kita harus berjuang untuk meluncurkan sebuah Intifadah di hadapan musuh Zionis,” kata Haniya.