YOGYAKARTA (Jurnalislam.com) – Setara Institut merilis hasil penelitian yang menuding bahwa kampus dan masjid di Depok merupakan sarang radikalisme. Menanggapi hal tersebut, Ketua Lajnah Tanfiziyah Majelis Mujahidin, Irfan S Awwas menilai standar radikal yang digunakan Setara tidak jelas.
“Persepsi Setara tentang sarang radikalisme di masjid menggunakan standard anti agama alias komunis. Juga like and dislike,”kata Irfan dalam rilis yang diterima redaksi Jurnalislam.com, Jumat (1/11/2017).
Menurut Irfan, jika ukuran yang digunakan untuk menilai isi ceramah itu radikal dan intoleran berdasarkan persepsi, maka Setara sesungguhnyalah yang menjadi sarang komunis dan potensial mengadu domba masyarakat.
Irfan pun menantang agar Setara tak hanya menjadikan masjid sebagai objek proyeknya, tetapi juga agar tempat ibadah lain dijadikan objek serupa.
“Mengapa Setara hanya meneliti ceramah di Masjid, dan mengabaikan ceramah di Gereja, Kelenteng, Pagoda, Pura, Wihara dll tempat ibadah kaum musyrik? Mengapa Setara hanya menilai ceramah Ustadz dan sakit gigi terhadap ceramah pendeta? Apakah Setara sengaja memosisikan diri sebagai musuh Islam dan kaum muslimin?” pungkasnya.