ANKARA (Jurnalislam.com) – Presiden Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu (13/9/2017) mengindikasikan bahwa Turki melanjutkan pembelian sistem rudal S-400 Rusia karena sudah lelah menunggu pemasok lain.
Kesepakatan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu NATO Turki karena sistem pertahanan udara Rusia tidak sesuai dengan pertahanan udara anggota NATO lainnya.
“Mereka menjadi gila hanya karena kami membukukan kesepakatan S-400,” kata Erdogan pada sebuah pertemuan walikota dari partai yang berkuasa di Ankara, lansir Anadolu Agency.
“Apa yang harus kami lakukan? Menunggu Anda? Kami mengambil tindakan pengamanan dan akan terus melakukannya,” ucap Presiden Erdogan.
Awal pekan ini, Erdogan mengatakan pembayaran pertama untuk S-400 telah dilakukan. Nilai total kesepakatan tersebut diyakini sekitar $ 2,5 miliar.
Vladimir Kojin, seorang pembantu Presiden Rusia Vladimir Putin, pada hari Selasa mengkonfirmasi bahwa sebuah kontrak telah ditandatangani.
“Saya hanya bisa menjamin bahwa semua keputusan yang dibuat berdasarkan kontrak ini sangat sesuai dengan kepentingan strategis kami,” katanya kepada kantor berita TASS.
Kompatibilitas sistem S-400 adalah perhatian utama NATO.
“Kami telah menyampaikan keprihatinan kami kepada pejabat Turki mengenai potensi pembelian S-400,” juru bicara Pentagon Johnny Michael mengatakan kepada CNBC AS dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.
“Sebuah sistem pertahanan rudal NATO tetap menjadi pilihan terbaik bagi Turki untuk mempertahankan diri dari ancaman penuh di wilayah ini.”
Pada bulan Maret, Menteri Pertahanan Fikri Isik mengatakan bahwa Turki telah berupaya membeli sistem rudal dari salah satu mitra NATO namun tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai berbagi teknologi atau harga.
Pada tahun 2013, Turki memilih China Precision Machinery Import-Export Corporation untuk sistem pertahanan udara jarak jauh namun kemudian membatalkan kesepakatan tersebut di bawah tekanan dari NATO. Dua tahun kemudian, baterai rudal Patriot ditarik dari Turki.
Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah berusaha membangun industri pertahanan dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok asing.
S-400 adalah sistem rudal anti-pesawat jarak jauh Rusia yang paling maju dan dapat membawa tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan sasaran termasuk rudal balistik dan jelajah.
Sistem ini dapat melacak dan mengunci hingga 300 target pada waktu yang sama dan memiliki ketinggian langit-langit 27 kilometer (17 mil).