ASTANA (Jurnalislam.com) – Juru bicara oposisi Suriah mengatakan delegasi mereka menuju perundingan Astana, yang bertujuan mengakhiri konflik enam tahun di Suriah, untuk menghentikan pertumpahan darah dan kebrutalan.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Ahad (22/01/2017) Yahya al-Aridi membahas persiapan untuk perundingan hari Senin di ibukota Kazakhstan.
“Kami telah mengadakan pertemuan dengan Turki dan diskusi yang cukup berhasil tentang tujuan pertemuan Astana,” katanya.
Sebuah kesepakatan gencatan senjata yang awalnya ditengahi oleh Turki dan Rusia dan pertemuan Astana terjadi sebagai bagian dari upaya kedua negara untuk menemukan solusi politik bagi konflik.
“Kami di sini untuk mengakhiri pertumpahan darah dan kebrutalan yang sedang dilakukan oleh rezim Assad dan Iran di Suriah,” katanya.
“Pihak lain, rezim Suriah, berada di sini untuk mendapatkan semacam pengajuan, hal yang tidak akan mereka dapatkan,” tambahnya.
“Ada dua persoalan dasar yang perlu didiskusikan. Pertama: menciptakan gencatan senjata yang mencakup seluruh Suriah, khususnya daerah-daerah tertentu yang masih dibombardir oleh rezim Assad dan milisi Iran,” jelasnya. “Hal lain adalah dimensi manusia, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, mengenai pencabutan blokade daerah tertentu dan proses pembersihan kaum Muslim yang sedang dilakukan oleh rezim Syiah.”
“Menyelesaikan dua dimensi ini dapat menghasilkan pernyataan tertentu atau kesepakatan di atas kertas tertentu yang kuat untuk menyiapkan rute penyelesaian akhir, politis, yang sesuai dengan komunike Geneva 2012 tentang transisi politik penuh di Suriah,” dia mengakatakan.
“Kami berada di sini tidak hanya untuk duduk bersama dengan orang-orang yang membunuhi rakyat Suriah,” ia menyatakan.
“Sekarang, jika perjanjian 30 Desember [kesepakatan gencatan senjata] dikonfirmasi, dijamin, dan jika semua daerah yang saat ini masih dibombardir oleh rezim Assad dan Iran dilindungi, pada saat itu kita dapat mengatakan bahwa ada sesuatu yang dicapai,” ia menunjukkan.
Al-Aridi juga membahas peran Rusia yang diharapkan dalam pembicaraan.
“Setelah mencapai semua keberhasilan militer, Rusia sekarang hanya ingin mendapatkan keuntungan politik dari upaya-upaya militer tersebut,” katanya.
“Rusia menemukan bahwa menciptakan sesuatu pada tingkat politik akan membuka jalan menuju mahkota dengan sukses,” lanjutnya.
“Sisi yang cukup tertarik untuk membuat itu berhasil adalah orang-orang yang paling menderita akibat pemboman sadis Rusia, dan kebrutalan rezim Assad dan militer Iran di Suriah,” tambahnya.
Perwakilan dari pemerintah Suriah dan delegasi oposisi tiba hari Ahad di ibukota Kazakhstan Astana untuk pertemuan hari Senin (23/01/2017).