ISTANBUL (Jurnalislam.com) – Diperkirakan lima juta orang menghadiri pawai Demokrasi dan Martir (the Democracy and Martyrs’ Rally) di Istanbul, pada hari Ahad (07/08/2016), menurut Departemen Kepolisian Turki, lansir Anadolu Agency.
Pawai tersebut diyakini menjadi aksi politik dengan jumlah hadirin terbesar di mana pun di dunia.
Begitu banyak orang-orang yang berkumpul di dekat panggung pawai Yenikapi, Kennedy Street, distrik Eminonu dan Zeytinburnu.
Jutaan orang dari semua distrik Istanbul berbondong-bondong ke Yenikapi. Angkutan umum, termasuk sistem transportasi metro, bus dan layanan feri memberikan bebas biaya untuk semua orang di kota. Pemerintah kota Istanbul juga membagikan lima juta botol air dan satu juta paket makanan gratis untuk para peserta. Pemerintah kota menyediakan jasa 7.000 bus; 203 kapal dan 10 kapal feri yang juga tersedia untuk para peserta.
Langkah-langkah keamanan yang ketat dikerahkan di tempat selama pawai; sekitar 25.000 personil polisi dikerahkan, sementara 728 tenaga kesehatan juga siaga di alun-alun. Helikopter juga berada di atas pawai saat perahu keamanan tetap waspada; 22 mesin X-Ray dan 165 gerbang dengan detektor logam berada di tempat untuk pemeriksaan keamanan.
Selain pasukan keamanan, dikerahkan juga 2.500 penjaga kota dan 900 pembersih serta 500 asisten yang bertugas selama reli.
Lebih dari 100 ambulans siap siaga; satu ambulans laut dan 20 truk pemadam kebakaran juga telah disediakan. Sementara itu, 50 bus digunakan untuk mengangkut orang-orang cacat.
Erdogan adalah pembicara terakhir yang berbicara di depan kerumunan besar. Ini adalah pertama kalinya para pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), Partai Republik Rakyat (CHP) dan Partai Gerakan Nasionalis (MHP) berada di satu panggung.
Kepala Staf Umum Jenderal Hulusi Akar dan ulama top Turki Mehmet Gormez juga hadir.
Acara Yenikapi adalah puncak unjuk rasa selama seminggu yang diadakan di kota-kota di seluruh negara itu sejak kudeta dikalahkan, yang menyebabkan 240 orang tewas dan melukai hampir 2.200 orang lainnya.
Pemerintah Turki mengatakan kudeta itu diselenggarakan oleh pengikut Fetullah Gulen, yang tinggal di pengasingan di AS sejak tahun 1999.
Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam