NIGERIA (Jurnalislam.com) – Gerakan Syiah yang dibiayai dan dilatih Iran, Gerakan Syiah Nigeria (the Islamic Movement of Nigeria-IMN), berjanji akan menciptakan “tragedi monumental” jika pemimpin kelompok fanatik mereka yang dipenjara, Zakzaky, terus berada dalam tahanan.
Pekan ini, gerakan sekte Syiah radikal, yang diperkirakan beranggota lebih dari empat juta, bermaksud untuk turun di Abuja untuk menghasut pemberontakan Khomeinist. Mereka mengklaim bahwa aksi itu akan berlangsung damai, tetapi kelompok yang didukung Iran tersebut siap melepaskan konfrontasi kekerasan dengan warga Muslim (Sunni) untuk menegaskan kontrol mereka atas jalan-jalan. Banyak yang takut kekacauan berdarah akan terjadi saat radikal Syiah berjanji untuk “menyerbu” ibukota.
Zakzaky ditahan sejak Desember 2015 menyusul bentrokan antara tentara dan preman bersenjata Syiah IMN, yang memblokir dan menyerang konvoi pemimpin militer. Kaum Muslim yang tinggal di daerah kubu IMN menuduh IMN menjalankan pemerintahan paralel penuh pemerasan dan teror.
Sebuah penyelidikan komisi yudisial yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Kaduna untuk menyelidiki bentrokan menyalahkan Zakzaky atas insiden yang menyebabkan hilangnya 348 nyawa pengikut sekte Syiah. Penyelidikan melaporkan bahwa “IMN terkenal karena sering melontarkan pidato kebencian dan berbahaya yang memprovokasi umat Islam … Anggota IMN berutang kesetiaan mutlak kepada pendeta Sekte Syiah El-Zakzaky.
Karena itu ia memikul tanggung jawab untuk semua tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh IMN sehingga harus bertanggung jawab, diselidiki dan dituntut sepenuhnya.”
Tapi insiden tersebut termasuk kecil dibandingkan dengan kemampuan kelompok ekstremis Syiah yang kuat dan beranggota empat juta orang, yang berencana meniru revolusi Syiah di Iran. Iran mengkooptasi Zakzaky – segera setelah Revolusi 1979 dan ia telah menjadi bagian penting dari strategi rezim untuk mengidentifikasi rekrutan dan menciptakan serta memperluas sel militan Syiah.
Kemajuan yang diperoleh Iran di Nigeria adalah hasil penggunaan soft power Republik Syiah Iran di Afrika selama lebih dari tiga dekade.