Ungkapan Syukur Kepala Suku Kokoda Berada di Tanah Suci

Ungkapan Syukur Kepala Suku Kokoda Berada di Tanah Suci

Catatan Perjalanan Haji 1438 H Jurnalis Islam Bersatu (JITU) 5

“Apakah kita sudah sampai di Madinah?” kata Ibrahim Wugaje Haruna, kepala suku Kokoda, salah satu suku di Sorong, Papua Barat, kepada penulis saat bis yang mengantarnya dari Jeddah berhenti di depan Kantor Pusat Penerimaan Haji dan Umroh, di jalan al Hijrah, Selasa (22/8/2017).

“Ya,” jawab penulis singkat.

“Alhamdulilah… alhamdulillah,” kata Ibrahim berulang kali. “Saya harus ceritakan ini kepada orang-orang di kampung saya.”

Ibrahim lalu menempelkan ujung jarinya ke tanah, menciumnya, dan mengusapkan telapak tangannya ke muka. Mungkin itu bentuk rasa syukurnya sebab Allah SWT telah menakdirkanya tiba di kota yang dulu pernah dibangun Rasulullah SAW.

Penulis kemudian berkata kepada pria berusia 66 tahun itu. “Tempat yang Bapak injak ini, mungkin dulu pernah dilalui oleh Rasulullah SAW.”

Ibrahim terdiam.

“Dan bukit itu …” penulis lalu menunjuk sebuah bukit gersang berbatu di kejauhan, “… mungkin seperti itulah jalan yang dulu dilalui oleh Rasulullah SAW saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ceritakan juga itu kepada orang-orang di kampung Bapak.”

Ibrahim mengangguk.

Perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah bukanlah proses yang mudah. Proses itu telah dipersiapkan secara matang oleh Rasulullah SAW selama berminggu-minggu. Sebab, risiko yang akan dihadapi tidaklah kecil.

Peristiwa hijrah ini dimulai dengan pemberangkatan secara diam-diam bersama Abu Bakar Ra pada malam hari menuju arah selatan Makkah. Pada saat itu sebagian besar Sahabat sudah lebih dahulu hijrah ke Madinah.

Percobaan pembunuhan pertama berhasil dielakkan setelah Rasulullah SAW meminta sepupunya Ali bin Abu Thalib menggantikan dirinya tidur di ranjang yang biasa ia tiduri.

Setelah berhasil menjauh, Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ra bersembunyi di sebuah gua di Bukit Tsur yang terletak sekitar lima kilometer dari Makkah.

Selama di gua tersebut Rasulullah SAW telah merancang strategi penyelamatan dengan melibatkan putra Abu Bakar Ra yakni Abdullah bin Abu Bakar, sang pengembala kambing bernama Amir bin Fuhairah, dan sang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Ariqat.

Setelah itu, Rasulullah SAW tiba di kampung Quba dan mendirikan masjid seserhana bernama Masjid Quba serta shalat Jumat di wadi Ranuna. Barulah kemudian Rasulullah SAW berhasil mencapai Madinah dengan sambutan ramai mayarakat setempat.

Kisah hijrah Rasulullah SAW ini tak sekadar harus diceritakan Ibrahim Wugaje Haruna kepada masyarakat suku Kokoda saja, tetapi juga kepada seluruh Muslim, terutama kaum muda. Mengapa? Sebab, Dr ‘Abdul ‘Azhim Mahmud al-Dayb pernah berkata, sejarah bukan sekadar pengetahuan masa lalu, melainkan ilmu masa kini dan masa depan. Dengan sejarah, kita bisa mengetahui masa lalu, menafsirkan masa kini, dan merancang masa depan.

Di dalam al-Qur’an surat Hûd [11] ayat 120, Allah SWT berfirman, “Dan semua kisah tentang Rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat (pelajaran), dan peringatan bagi orang yang beriman.”

Dan, bagi Ibrahim, perjalanan haji bukan sekadar perjalanan ibadah, namun perjalanan sejarah yang harus ia ceritakan kepada masyarakat kampungnya.

Hari ini, Kamis (24/8/2017), Ibrahim telah menikmati dan meresapi indahnya shalat di Masjid Nabawi, masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW dengan segala keutamaannya. Hari ini Ibrahim akan bertolak dari Madinah menuju Makkah untuk menunaikan haji.

Penulis: Mahladi | Islamic News Agency (INA)

Bagikan