Tiga Hikmah dan Isyarat Yang Terkandung Dalam Ibadah Haji

Tiga Hikmah dan Isyarat Yang Terkandung Dalam Ibadah Haji

JURNALISLAM.COM – Dalam khutbah Idul Adha 1435 H yang dilaksanakan di Lapangan Cemani, Sukoharjo pada hari Sabtu (4/10/2014) kemarin, Ustadz Rasyid Ba’asyir selaku khotib menyampaikan materi tentang hikmah dan isyarat yang terkandung dalam rangkaian ibadah haji. Beliau menjelaskan bahwa ada 3 hal yang menjadi isyarat dan pelajaran-pelajaran penting dari disyariatkannya ibadah haji.

Isyarat pertama adalah Isyarat Tauhid. Wujud isyarat tauhid dalam ibadah haji terkandung dalam lafadz “labbaik Allahumma Labbaik, Labbaik Laa Syarikalaka Labbaik, Innal hamda wanni’mata wal mulk, laa syarikalak”. Lafadz tauhid ini inti dan isinya adalah kesiapan dan kesediaan setiap muslim dan mu’min untuk memenuhi semua perintah-perintah Allah SWT dengan lapang dada dan kerelaan hati.

Allah SWT mempunyai nama-nama dan sifat-sifat, dimana jika seorang muslim mengerti dan memahaminya dengan baik, niscaya dia tidak akan menyekutukan Allah SWT meskipun sekejap mata. Dan hanya untuk itu kita diciptakan di muka bumi. Seperti difirmankan Allah SWT dalam surat Adzariyat ayat 56 yang artinya “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk mengabdi kepadaKu saja”. Maka tidak boleh ada seorangpun yang hidup di muka bumi, baik jin maupun manusia kecuali dia harus mau dan siap untuk mengatur dirinya dengan apa saja yang telah diatur oleh Allah SWT dan RasuluNya. Tidak halal bagi kita untuk hidup sekejap mata pun di muka bumi ini kecuali kehidupan itu harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah dan apa yang telah ditinggalkan (diajarkan-red) oleh Rasulullah, dalam perkara yang sekecil apapun juga apalagi dalam urusan yang besar.

Kedua, isyarat Qurban. Syariat Qurban itu asalnya adalah apa yang dilakukan oleh Nabiyullah Ibrahim AS sesuai perintah Allah atas Nabiyullah Ismail AS. Ketika Allah memerintahkan Nabiyullah Ibrahim AS untuk menyembelih Nabiyullah Ismail, lalu mereka berdua menjalankannya meskipun akal-akal mereka tidak paham apa yang dari perintah Allah untuk menyembelih anak Nabiyullah Ibrahim satu-satunya yang sangat dicintai. Namun mereka pasrah kepada perintah Allah 100% lalu menjalankan yang Allah perintahkan atas mereka, dan akhirnya Allah menggantikan sembelihan Nabi Ibrahim itu dengan seekor domba yang diturunkan Allah dari Surga.

Inti dari isyarat qurban ini adalah hendaknya seorang muslim dan mukmin siap untuk menerima Syariat Allah SWT apa adanya, berat maupun ringan, suka maupun tidak disukai, faham ataupun tidak fahami. Karena tidak mungkin ada sesuatupun dari aturan Syariat yang memerintahkan kepada sesuatu yang merusak atau yang membahayakan.

Kita harus pasrah dan menerima apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan RasulNya lalu menjalankannya dengan keikhlasan hati. Barang siapa yang menjalankan syariat Allah dengan ikhlas niscaya dia akan mendapatkan kebaikan dari syariat tersebut.

Dan isyarat yang ketiga dari ibadah haji adalah persatuan. Tidak halal bagi seorang muslim untuk berpecah belah dengan muslim yang lain. Selagi saudara Anda adalah seorang Muslim dan mukmin, maka jangan sampai anda menganggapnya diluar dari batasan Islam. Kecuali jika nyata dari dirinya kata-kata atau perbuatan yang tidak bisa ditakwil bahwasannya orang itu telah keluar dari batasan Islam. Namun siapapun juga yang menyatakan dirinya muslim, menyatakan dirinya mukmin, shalat seperti shalatnya kaum muslimin, berqurban seperti qurbannya kaum Muslimin, melaksanakan syariat-syariat secara umum seperti apa yang dilaksanakan kaum muslimin, maka mereka adalah saudara-saudara kita meskipun organisasi mereka berbeda, meskipun jamaah mereka berbeda. Maka kewajiban kita untuk berlapang dada dengan saudara-saudara kita kaum muslimin yang lain, kecuali diantara mereka yang terang-terangan menolak Syariat Islam.

 

Bagikan