LAGOS (Jurnalislam.com) – Sekte Syiah Nigeria mengatakan bahwa pihaknya hanya akan bekerja sama dengan pemerintah dalam menyelidiki bentrokan dengan pasukan pemerintah yang mematikan jika seorang pemimpin mereka yang ditahan dibebaskan dari tahanan, Anadolu Agency melaporkan Senin (25/01/2016).
Pemerintah negara bagian Kaduna di barat laut Nigeria telah menyiapkan panel beranggotakan 13 orang untuk menyelidiki insiden 12 Desember 2015 di mana lebih dari 300 Syiah diyakini telah ditembak mati oleh pasukan Nigeria.
Kekerasan terjadi setelah adanya pernyataan oleh militer tentang upaya pembunuhan yang direncanakan oleh sekte Syiah pada kepala militer, Tukur Buratai, di kota Zaria.
Panel pemerintah akan dilantik pekan ini.
Namun, Sekte Syiah ingin agar pemimpin mereka yang dipenjara – Ibrahim El-Zakyzaky – dibebaskan dan lebih 730 orang yang hilang dipertanggungjawabkan oleh militer.
Meskipun sekte Syiah mengklaim bahwa mereka memiliki keyakinan penuh dalam bekerja sama dengan probe yang diresmikan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Nasional (NHRC), namun mereka memiliki keraguan yang parah terhadap lembaga negara-pemerintah.
"Syarat kami untuk berpartisipasi dalam kegiatan komisi penyelidikan (oleh pemerintah) salah satunya adalah pembebasan tanpa syarat pemimpin kami Ibrahim El-Zakyzaky," Ibrahim Musa, juru bicara Syiah Nigeria – – mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Senin.
Meskipun mereka mendukung NHRC, mereka tidak percaya dengan panel yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian, Musa menambahkan.
Kelompok ini menyatakan keraguan mereka terhadap komposisi panel, mengatakan bahwa beberapa anggota panel di masa lalu menyatakan sentimen anti-Syiah yang kuat dan tidak bisa dipercaya untuk tidak memihak.
El-Zakyzaky, diyakini terluka parah akibat tembakan selama bentrokan, dan masih ditahan oleh pemerintah Nigeria setelah dia ditangkap di rumahnya.
Tentara Nigeria telah secara konsisten menolak tuduhan bahwa mereka menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, sedangkan pejabat mengatakan tentara bertindak sesuai aturan.
Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam