DAMASKUS (jurnalislam.com)— Suriah resmi kembali terhubung ke sistem pembayaran internasional SWIFT melalui Bank Sentralnya. Pengumuman ini disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral Suriah, Abdul Qader al-Husriya, pada Sabtu (7/6), menandai tonggak penting dalam rehabilitasi ekonomi negara itu setelah lebih dari satu dekade terkucil akibat sanksi internasional.
“Kami bertujuan untuk meningkatkan citra negara sebagai pusat keuangan mengingat investasi asing langsung yang diharapkan dalam pembangunan kembali dan infrastruktur – ini sangat penting,” ujar Husriya dalam wawancara dengan Financial Times (FT).
Menurut laporan FT, Husriya tengah bekerja sama dengan Kementerian Keuangan dalam menyusun “rencana stabilisasi enam hingga 12 bulan.” Prakarsa ini mencakup reformasi undang-undang perbankan dan Bank Sentral, serta upaya restrukturisasi jaminan sosial dan pembiayaan perumahan untuk menarik minat investor, khususnya dari diaspora Suriah.
Langkah ini disambut positif di Damaskus, namun Husriya menegaskan bahwa masih diperlukan reformasi kebijakan secara menyeluruh.
“Sejauh ini, kami hanya melihat penerbitan lisensi dan pencabutan sanksi selektif. Implementasinya harus komprehensif, bukan ad hoc,” tegasnya.
Kembalinya Suriah ke sistem SWIFT terjadi setelah negara tersebut menunjukkan kesediaan untuk memenuhi sejumlah kondisi politik dari negara-negara Barat.
Suriah terakhir kali terhubung ke SWIFT pada 2011, tahun dimulainya perang perubahan rezim yang didukung oleh Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Husriya mengatakan bahwa sistem keuangan Suriah akan diperkuat oleh jaminan investasi. Ia mengungkapkan bahwa meskipun bank-bank milik negara telah mendapat dukungan pemerintah, pihaknya sedang menyiapkan lembaga penjamin simpanan untuk bank swasta.
“Rencananya adalah semua perdagangan luar negeri sekarang akan disalurkan melalui sektor perbankan formal,” jelasnya. Sebelumnya, penukar uang informal mengambil sekitar 40 sen dari setiap dolar yang masuk ke Suriah.
Kode SWIFT telah diberikan kembali kepada bank dan lembaga keuangan Suriah. “Langkah yang tersisa adalah agar bank-bank koresponden kembali memproses transfer,” ujarnya.
Menurut Husriya, kembalinya SWIFT akan memperlancar perdagangan luar negeri, mengurangi biaya impor, memperkuat ekspor, serta meningkatkan akses terhadap mata uang keras. Selain itu, langkah ini juga akan mendukung sistem anti pencucian uang dan mengurangi ketergantungan pada jaringan transaksi informal lintas negara.
Sebelumnya, Arab Saudi dan Qatar telah menjanjikan dukungan finansial kepada Damaskus setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa mencabut sebagian besar sanksi bulan lalu, hal ini memberi Suriah jalur hidup baru setelah hampir 14 tahun perang dan isolasi ekonomi.
Sebagai bagian dari reformasi ekonomi yang lebih luas, Damaskus telah menandatangani kesepakatan energi senilai $7 miliar (sekitar Rp114 triliun) dengan Qatar, membuka kembali Bursa Efek Damaskus yang telah lama tidak aktif, serta meluncurkan proyek jaringan serat optik senilai $300 juta (sekitar Rp4,9 triliun) bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi dari Teluk.
Kembalinya Suriah ke sistem SWIFT menandai upaya serius negara tersebut untuk membangun kembali ekonomi dan kredibilitas internasionalnya.
Sebagai catatan, SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication) adalah jaringan global yang menghubungkan lebih dari 11.000 lembaga keuangan di lebih dari 200 negara untuk melakukan transaksi keuangan internasional secara aman dan terstandar. Akses ke SWIFT memungkinkan negara-negara melakukan transfer dana lintas batas, pembayaran ekspor-impor, serta memperkuat hubungan perbankan internasional. Kehadiran kembali Suriah dalam sistem ini merupakan sinyal positif bagi pemulihan keuangan negara tersebut. (Bahry)
Sumber: Cradle