Standar Ganda Aliansi (Barat) di Dunia Islam

Jurnalislam.com – Orang-orang Kurdi yang tak terhitung jumlahnya telah berangkat dari Barat dan Timur menuju Irak dan Kobane, untuk melawan IS bersama-sama dengan Peshmerga, YPG, PKK dan kelompok tempur Kurdi lainnya. Kobani tidak hanya dibanjiri oleh warga Kurdi dari Timur dan Barat, namun segala macam sampah dari atas seluruh dunia bergabung memerangi IS. Dari anggota club bermotor kriminal, hingga tentara bayaran Amerika-dan Israel serta dokter hewan. Para pejuang Kurdi dari barat tidak dituntut. Kita melihat tidak ada penangkapan di di semua bandar udara di Barat, tidak ada pengambilan pasport, tidak ada daftar larangan terbang bagi para pejuang Kurdi, anak-anak pejuang asing Kurdi tidak ditempatkan diluar rumah, dan sebagainya. Sangat bertentangan dengan pejuang Islam asing yang berasal dari negara-negara barat yang hendak bergabung dengan Mujahidin di Suriah, untuk melawan monster rezim Assad. Barat menggunakan sihir politiknya hanya ketika umat Islam memutuskan untuk pergi ke Suriah, untuk melindungi warga sipil Suriah terhadap kekejaman Si Haus Darah Bashar Al-Assad dan gerombolan pembunuh miliknya; bila untuk hal semacam itu, segala macam tindakan datang bermunculan dari kotak ajaib mereka; satu lagi kemunafikan dari yang lainnya. Kita melihat kebijakan yang sama di seluruh dunia. Ini adalah kebijakan global.

Kita juga melihat Barat melakukan tekanan yang kuat pada Turki; memaksa militer untuk mengintervensi Kobane. Mengapa Turki tidak dipaksa untuk campur tangan ketika Bashar melakukan pembunuhan pada saat yang sama (!) Di perbatasan Turki? Dan jika kita ingin untuk melangkah lebih jauh, kita bahkan bisa mengajukan pertanyaan; mengapa Mesir tidak dipaksa untuk melakukan intervensi militer ketika warga sipil Muslim dibantai di Gaza oleh Zionis? Atau negara tetangga di Timur Tengah hanya diwajibkan untuk membantu tetangganya yang membutuhkan, ketika sesuai dengan kepentingan Barat? Ketika umat Islam melakukan perjalanan melalui Turki ke Suriah, untuk membantu warga Suriah; Barat berteriak bahwa perbatasan di Turki harus ditutup, sementara ribuan Muslim ditangkap dan diusir. Tapi ketika menyangkut darah Kurdi di Kobane, bagaimanapun, para pejuang Peshmerga yang melakukan perjalanan dari Irak ke Kobani, secara pribadi “diterima dan disambut” oleh Turki dalam perjalanannya; oleh perintah dari Barat dan di bawah mata melihat dunia. PKK, Hizbullah dan sejenisnya, yang pernah dikhawatirkan para musuh pada apa yang -disebut daftar teroris oleh Barat, sekarang didukung secara terbuka atau sembunyi-sembunyi, langsung atau tidak langsung. Dan, paling tidak, perbatasan dijadikan terbuka bagi mereka; sementara perbatasan itu ditutup untuk setiap Mujahid yang ingin membela umat.

Kita melihat hal ini dengan jelas di Lebanon dan negara-negara Islam lainnya di Timur Tengah. Milisi Syiah Hizbullah bepergian secara terbuka dari Libanon ke Suriah, untuk bergabung dengan gerombolan pembantai milik Bashar Al-Assad, tanpa hambatan apapun yang berarti! Namun Muslim Sunni (dari Lebanon dan negara-negara lain) ditolak dari bergabung dengan Mujahidin di Suriah. Milisi Syiah melakukan perjalanan secara terbuka dalam jumlah besar dari Irak, Lebanon, Yaman, Afghanistan dan Iran, menuju Suriah untuk melakukan pekerjaan kotor rezim Assad. Pengawal Revolusi Iran telah secara terbuka berperan langsung dalam ketentaraan Suriah, ini tidak tertutup bagi siapa saja. Namun, Anda tidak mendengar Barat dan masyarakat internasional mengeluh tentang hal ini! Semua anak panah menunjuk ke arah Muslim Sunni yang ingin membantu dan melindungi warga sipil Suriah yang tidak bersalah.

Syiah Houthi milisi menyerang kota-kota di Yaman, mereka mengambil alih ibukota Sana'a, mengepung istana presiden, “menendang” keluar mantan presiden Yaman Abd Rabb Mansur Hadi, dan menempatkannya di bawah tahanan rumah. Kemunculan awal Houthi di Yaman hampir tidak disebutkan di media-media Barat, sedangkan munculnya Mujahidin di Irak dan Suriah dimasukkan ke dalam sorotan besar. Sampai pemberontak Syiah Houthi berhasil melancarkan kudeta mereka di Yaman, tanpa perlawanan yang berarti dari tentara Yaman, dan di depan mata seluruh dunia yang mengantuk. Dunia Arab dan Barat menyaksikan bagaimana milisi Syiah Houthi menguasai Yaman, dan semua yang mereka bisa lakukan adalah mengajak untuk negosiasi perdamaian. Mengapa kita melihat sikap acuh tak acuh ini ketika milisi Syiah bergerak maju, tetapi seluruh dunia terjatuh tumpang tindih untuk melakukan intervensi militer manakala Mujahidin sunni membebaskan (kota-kota di) negara mereka?

Bayangkan seandainya yang melakukan kudeta di Yaman itu adalah Al-Qaedah dan Ansar As-Syariah, akan berapa banyak negara yang berkumpul dalam sebuah koalisi melawan mereka? Ketika Al-Qaedah dan Ansar As-Syariah mengambil alih kota-kota Yaman Adan dan Abyan pada tahun 2012, dan mengaturnya secara sebagian dengan Syariah, pasukan Yaman seluruhnya berkumpul melawan mereka dengan semua dukungan internasional dan bantuan yang bisa mereka dapatkan! Tapi sekarang mereka (militer Yaman) dengan sabar menonton, seperti halnya seluruh dunia, bagaimana para pemberontak Houthi secara nyata mengambil alih Yaman, tanpa tentara Yaman dan seluruh dunia bergerak walaupun hanya seperti jari. Kami bahkan melihat AS melakukan serangan udara terhadap Al-Qaedah dan anggota Ansar As-Syariah, bersama dengan suku-suku Sunni di Yaman, sementara mereka berjuang melawan milisi Houthi. Serangan udara yang tampaknya dikoordinasikan dan disesuaikan waktunya dengan pemberontakan Houthi, di kota-kota seperti Radaa. Serangan udara yang -paling tidak, sangat selektif dan bias. Hal ini menjadi semakin jelas bahwa Syiah diambil sebagai sekutu bayangan oleh Barat di Timur Tengah.

Ketika AS menginvasi Afghanistan mereka mengambil Syiah Aliansi Utara sebagai sekutu utama mereka di darat. Ketika AS menginvasi Irak mereka mengambil Syiah dari Irak dan Iran sebagai sekutu utama mereka di darat. Sekarang kita lihat Syiah di Irak menjadi satu lagi sekutu penting Barat dalam perang koalisi melawan (tandzim) IS/ISIS/Da`isy. Iran juga mulai melangkah keluar dari bayang-bayang; mereka secara terbuka melakukan serangan udara di Irak; mereka telah diberi peran langsung dalam koalisi internasional melawan (tandzim) IS/ISIS/Da`isy. AS bahkan tampaknya telah benar-benar lupa sengketa media mereka –yang diperbesar atas program nuklir Iran. Dan kita tidak mendengar Israel mengeluh tentang hubungan baru yang nyaman antara AS dan Iran. Semua omelan permusuhan terhadap Iran tiba-tiba hilang .. Jadi, bukan paranoid untuk mengasumsikan bahwa AS diam-diam bekerja sama dengan (Alawit) Syiah di Suriah dan (Zaidi) Syiah di Yaman; di bawah payung Persia-Sawafi di Iran. Sayangnya, banyak propaganda-keliru ummat Islam yang hanya peduli tentang ancaman Salafi Arab Saudi, sedangkan mereka benar-benar ceroboh tentang ancaman Safawi Iran -sementara kedua negara terlibat dalam proyek korupsi di Timur Tengah. Kecerobohan mereka tentang ancaman Safawi adalah akar penyebab pemberontakan Syiah di negara-negara Sunni.

Kita sering mendengar orang-orang Muslim yang naif dan bingung, terutama di Barat, yang sebagian besar terkena propaganda yang diilhami konspirasi kegilaan, mengulang omong kosong bahwa Mujahidin dibiayai oleh negara-negara Teluk. Sementara permusuhan bersama mereka jelas bagi siapa pun walau yang berwawasan sedikit. Selain fakta bahwa negara-negara Teluk berulang kali telah terbukti menjadi sekutu paling setia dari Barat, dalam perang melawan Mujahidin (War on Terror). Kami bertanya-tanya mengapa kita masih tidak mendengar ummat Islam yang bingung mengeluh tentang milisi Syiah Houthi di Yaman, atau milisi Syiah (Hizbullah) di Suriah, atau Tentara Syiah Irak; yang semuanya secara terbuka didukung dan dibiayai oleh Iran!

Ini harus jelas bagi semua orang bahwa rezim-rezim Arab di negara-negara Sunni terdiri dari rezim boneka tirani berbahaya dan korup. Rezim ini tidaklah hanya melindungi kepentingan neo-kolonial Barat di wilayah tersebut. Hal ini juga mulai menjadi jelas bagi semua orang bahwa negara-negara ini, termasuk negara-negara Teluk, yang mengaku sebagai lawan agama dan politik sengit Syiah, namun berkolusi dengan Syiah terhadap Ahlus Sunnah. Kita melihat Arab Saudi dan negara Teluk lainnya secara terbuka membantu rezim Syiah di Irak dengan serangan udara pada Muslim Sunni sesama mereka; baik dalam kerja sama militer langsung atau tidak langsung dengan Iran. Bagaimana mungkin rezim negara Sunni, yang mengaku sebagai penentang Syiah, melakukan serangan udara pada Muslim Sunni di Irak dan membantu rezim Syiah tirani? Bahkan tampaknya bahwa para pemberontak Syiah Houthi di Yaman secara tidak langsung didukung oleh Arab Saudi; melalui mantan presiden Yaman Ali Abdullah Salah; yang setelah kejatuhannya mencari suaka di Arab Saudi. Dimana ia diterima dengan tangan terbuka seperti pendahulunya, si tiran Zine El Abidine Ben Ali, mantan presiden Tunisia. Ali Abdullah Salah sedang mencoba untuk menggunakan pengaruh politik dan tekanan pada Yaman dengan mengerahkan dan mendukung pemberontak Houthi, dan dia melakukannya di bawah pengawasan dari Arab Saudi!

Mereka membuat makar tapi Allah pun membuat makar juga. Setelah pemberontakan Houthi beberapa suku Sunni di Yaman telah bergabung dengan Al-Qaedah, yang sebelumnya tidak mendukung Al-Qaedah. Peristiwa seperti ini penuh dengan hikmah. Pemberontakan Houthi, dan kekejaman rezim Assad misalnya, mendorong umat Islam ke dalam barisan Mujahidin! Al-Qaedah berhasil mempersenjatai suku-suku Sunni di Yaman Al-Hamdulilaah, dalam perjuangan bersama melawan Houthi dan boneka-rezim korup Yaman. Ini adalah masa depan Jihad; Jihad yang dibagi oleh seluruh umat melawan musuh kita bersama. Berbeda dengan “Jihad” eksklusif IS/ISIS/Da`isy yang melucuti suku-suku besar Sunni di Suriah dan Irak. Yang akan membuat kaum muslimin tak berdaya melawan musuh-musuh umat ini dikala tandzim IS menarik diri dari daerah tersebut.

Di mana rezim-rezim Arab yang sekarang membantu Syiah di Irak ketika umat Islam di Gaza dibom dan dibunuh secara brutal oleh Zionis? Di mana mereka ketika minoritas Muslim di Burma (Myanmar) dibantai dan dibakar oleh umat Buddha? Di mana mereka ketika umat Islam di Suriah dibantai oleh rezim Assad yang haus darah? Sementara puluhan ribu Muslim dibantai di Suriah, rezim ini tidak hanya tinggal diam, ini sudah cukup munafik, tetapi mereka bahkan memutuskan mendukung koalisi Barat di Utara Mali dengan alasan membebaskan ummat Islam dari -yang disebut penindasan kaum ekstrimis yang meluas. Apakah mereka bercanda? Di mana rezim ini ketika umat Islam di Republik Afrika Tengah menjadi korban dari pembersihan etnis? Hal ini juga terjadi di Afrika, atau apakah mereka hanya tahu rute ke Utara Mali? Selain itu, jika mereka menyerbu Utara Mali karena yang -disebut Muslim ekstremis menindas orang-orang lokal, lalu mengapa mereka tidak menyerang Utara Nigeria dimana (nyata!) ekstremis dari kelompok sektarian Takfiri Boko Haram menewaskan ribuan warga sipil Muslim yang tidak bersalah? Apakah kejahatan perang tersebut tersembunyi bagi mereka? Atau ekstrimisme Islam, radikalisme dan terorisme hanya alasan-label yang digunakan ketika mereka cocok? Semua pertanyaan ini adalah tentu saja retoris, kita tahu alasan sepenuhnya dengan baik.

Pertempuran di Kobani mendapatkan liputan media yang berlebihan. Tapi di manakah cakupan ini saat mengenai ratusan dan ribuan korban di Suriah, yang terkubur setiap hari di bawah bom barel Bashar Assad di kota-kota seperti Douma? Atau apakah Kobane hanya digunakan untuk mengalihkan perhatian dunia dari kejahatan perang ini? Sehingga dunia akan melupakan senjata kimia yang digunakan di Ghouta, yang menewaskan lebih dari 1.700 warga sipil Suriah hanya dalam satu kali serangan? -Disebut garis merah yang digambar oleh Obama .. Beberapa bulan sebelum Kobani diserang PBB secara resmi memutuskan dan mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menghitung korban perang di Suriah. Kehidupan warga Muslim bahkan tidak layak bagi sebuah statistik sederhana untuk mereka! Di Kobani, meskipun demikian, kami harus percaya bahwa Barat benar-benar khawatir tentang warga sipil? Siapa yang masih mereka bodohi? Dimana Barat ketika milisi Syiah Hizbullah menyerang Qusayr misalnya? Apakah ada yang ingat Qusayr? Apakah ada yang mendengar tentang hal itu sama sekali?

Lebih jauh lagi, kami bahkan melihat standar ganda mereka ketika kejahatan yang berlangsung tetap persis sama, dan hanya korbannya saja yang berubah; dalam hal ini korbannya menjadi Muslim Sunni. Kami tidak mendengar Barat ketika kelompok IS/ISIS/Da`isy menyerang dan mencaplok beberapa kota Sunni di Suriah, termasuk Deir Zor dan Bukamal, membunuh banyak Muslim dan menganiaya warga yang tidak bersalah. Bandingkan perhatian media dan politik akan serangan terhadap Kurdi di Kobani, dengan perhatian pembantaian masal suku Sheitaat di Deir Zur oleh IS. Sedangkan IS sangat jelas sebagai pelaku dalam kedua kasus tersebut (Kobane dan Deir Zur); hanya korban saja yang berubah. Ketika kelompok IS menyerang beberapa kota dan desa-desa Sunni di Suriah dan Irak, membawa mereka dengan paksa, Barat dan seluruh dunia terus duduk diam. Selama Muslim adalah korban tidak ada masalah. Tapi ketika IS mengejar-ngejar kaum Yazidi dan Kristen, dan menyerang orang-orang Kurdi di Irak dan Suriah, Barat tidak lagi bisa menonton dan tinggal diam lagi ..

 

Faris | Jurniscom

Sumber : http://justpaste.it/jnkl

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses