DAMASKUS (jurnalislam.com)– Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Muhammad al-Jaulani, menyampaikan pidato kemenangan di Masjid Umayyah, Damaskus, setelah kelompoknya berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad dan merebut kendali ibu kota pada Ahad (8/12/2024). Dalam pidatonya, al-Jaulani menegaskan bahwa rakyat Suriah adalah “pemilik sah” negara ini dan menyatakan bahwa “sejarah baru” telah dimulai untuk Timur Tengah.
“Rezim [al-Assad] telah memenjarakan ribuan warga sipilnya sendiri secara tidak adil. Hari ini, kami [rakyat Suriah] diganjar dengan kemenangan ini,” ujar al-Jaulani di hadapan kerumunan besar yang memadati Masjid Umayyah.
Ia juga mengingatkan tentang penderitaan yang dialami rakyat Suriah selama konflik berkepanjangan.
“Berapa banyak orang yang mengungsi, tinggal di tenda-tenda, atau bahkan tenggelam di laut? Hari ini, sejarah baru sedang ditulis,” katanya.
Pemimpin HTS itu menyerukan persatuan dan mengajak rakyat Suriah untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik. “Suriah harus menjadi mercusuar bagi negara Islam,” tegasnya.
Ia juga meminta rakyat untuk berdoa sebagai bentuk syukur atas kemenangan tersebut.
“Tuhan tidak akan mengecewakan kalian,” kata al-Jaulani.
“Kemenangan ini untuk semua warga Suriah; mereka semua adalah bagian dari kemenangan ini.”
Dalam pidatonya, al-Jaulani juga menekankan pentingnya tidak melakukan pembalasan dendam. Ia menyerukan agar Suriah menjadi rumah bagi seluruh rakyatnya tanpa kecuali. Hal ini disoroti oleh reporter Al Jazeera, Zein Basravi, yang menyebut pidato tersebut sebagai langkah penting dalam membangun persatuan nasional.
Melaporkan dari perbatasan Lebanon-Suriah, reporter Al Jazeera, Zein Basravi, menyoroti dua poin penting dari pidato al-Jaulani.
“Ia mendorong gagasan bahwa tidak boleh ada pembalasan dendam … bahwa Suriah untuk semua warga Suriah, harus menjadi sesuatu yang harus menjadi fokus orang-orang,” kata Basravi.
Selain itu, al-Jaulani mengkritik keras keterlibatan Iran dalam konflik Suriah.
“Ia juga mengkritik pemerintah Iran dan keterlibatannya di Suriah, dengan menegaskan bahwa ini tidak akan lagi menjadi pemerintah yang akan dipengaruhi oleh Iran sebagai aktor luar,” tambah Basravi.
Sebagaimana diketahui, Abu Muhammad al-Jaulani sebelumnya dikenal sebagai pemimpin Jabhah Nusrah, cabang Al-Qaeda di Suriah, sebelum memisahkan diri dan membentuk HTS. Meski demikian, HTS hingga kini masih dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Turki.
Namun, HTS terus berupaya mengubah citranya dengan membawa pesan persatuan, seperti terlihat dalam pidato al-Jaulani.
Pidato ini menandai awal transisi kekuasaan di Suriah setelah lebih dari lima dekade pemerintahan keluarga al-Assad. Kini, seluruh dunia menanti langkah berikutnya dari HTS dan rakyat Suriah dalam membangun negara baru.
Sumber: Al Jazeera
Reporter: Bahri