JAKARTA– Pergeseran di tingkat Makro mencakup perubahan-perubahan besar yang menghasilkan peta kompetisi baru di era pandemi. Perubahan besar yang didorong oleh bencana dahsyat COVID-19 ini menghasilkan lanskap industri baru yang ditandai dengan empat karakeristik: Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan Low-Mobility.Perusahaan yang sukses di era pandemi adalah perusahaan-perusahaan yang bisa beradaptasi dengan 4 karakteristik tersebut.
Itu sebabnya perusahaan di sektor industri digital misalnya, lebih sustainable di era pandemi karena bersifat low-touch. Sementara perusahaan-perusahaan yang high-touch dan high-crowd seperti di sektor pariwisata mau tak mau harus bertransformasi dan mengadopsi model bisnis yang low-touch dan less-crowd untuk bisa sukses melewati badai krisis pandemi.
“Bagaimana prediksi pasar saat akhir dari pandemi? ketika saya tanya pada orang-orang tentang kapan pandemi berakhir, lebih dari 50% merasa yakin bahwa pandemi berakhir saat akhir tahun 2021, demikian pula mereka yakin bahwa ekonomi akan pulih,” ujar Yuswohady selaku Managing Partner Inventure pada webinar Wake Up Wakaf 9 yang dilakukan secara daring pada Selasa, (23/11).
Krisis COVID-19 tidak hanya membuat orang lebih religius namun juga menumbuhkan empati yang luar biasa di kalangan masyarakat. Menariknya generasi milenial merupakan generasi yang paling empatik dibanding Gen-X maupun Gen-Z. Menurut survei Gopay-Kopernik (2021), frekuensi donasi generasi milenial lebih banyak dibanding generasi yang lain, yaitu sebanyak 1,5x perbulan lebih besar jika dibandingkan Gen-X dan Gen-Z yang sebesar masing-masing 1,4x dan 1,2x.
Menurut Bobby P. Manulang selaku General Manager Wakaf Dompet Dhuafa, “Meski belum sepopuler zakat di kalangan masyarakat umum, namun literasi mengenai wakaf nyatanya sudah mulai dikenal kalangan milenial muslim”.
“Terbukti, pertumbuhan jumlah pewakaf (wakif) milenial muslim lebih tinggi dibandingkan wakif senior. Dompet Dhuafa tak ketinggalan menggelar kampanye bertajuk WakeUp!Wakaf,” ujar Bobby.
Aktivitas ini diselenggarakan untuk meluruskan kesalahan persepsi tentang konsep wakaf, khususnya kepada kaum milenial muslim. Wakaf tidak hanya terpaku pada masjid, makam dan madrasah (3M) saja, melainkan bisa diterapkan dalam berbagai bentuk. Berdasarkan data dari Forum Wakaf Produktif, profil donatur wakaf hingga saat ini mengalami perluasan yang positif. Berdasarkan rentang usia, profil donatur kalangan milenial (24 tahun-35 tahun) mendominasi sebesar 48%. Melalui penetrasi digital, literasi serta kemudahan berwakaf mulai digandrungi milenial. Salah satu kemudahan yang diperoleh adalah dengan berwakaf mulai dari nominal Rp 10 ribu yang mudah dijangkau milenial.
Pemasukan wakaf sangat bergantung pada edukasi wakaf di masyarakat. Wakaf masih dianggap masyarakat hanya untuk kalangan orang kaya saja, karena wakaf di Indonesia masih kurang di kenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, penting jika sosialisasi wakaf ini sering dilakukan seperti dompet dhuafa dengan serial webinar Wake Up Wakaf, agar masyarakat semakin teredukasi.