NEW YORK (jurnalislam.com)– Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan perwakilan Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF) yang kontroversial, menggelar pertemuan di New York pada Rabu (6/8/2025) atas permintaan pemerintahan Donald Trump. Pertemuan ini disebut sebagai pembicaraan pertama yang diketahui antara kedua pihak.
Pertemuan berlangsung di misi AS untuk PBB dengan aturan Chatham House dan tanpa penggunaan telepon. Hadir dalam pertemuan tersebut pejabat dari Program Pangan Dunia (WFP), UNICEF, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Dari pihak AS hadir diplomat Morgan Ortagus, sementara GHF diwakili ketuanya, Johnnie Moore.
Menurut laporan Axios, para peserta sepakat untuk mengurangi kritik publik satu sama lain, namun gagal mencapai kesepakatan terkait kerja sama di Gaza.
PBB sebelumnya menuduh GHF melakukan distribusi bantuan secara “militerisasi” yang melanggar hukum internasional. Pihak PBB mencatat adanya insiden di mana pasukan Israel dan personel keamanan GHF menembaki warga Palestina yang tengah menunggu bantuan makanan. Ratusan orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya terluka dalam insiden tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah melarang seluruh badan PBB terlibat dengan GHF. Sementara itu, pelapor khusus PBB pada Selasa (5/8) menyerukan pembubaran yayasan tersebut, dengan alasan operasinya digunakan untuk “agenda militer dan geopolitik terselubung” yang melanggar hukum internasional.
Kabar pertemuan ini muncul bersamaan dengan laporan NBC News bahwa Presiden AS Donald Trump mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait penyangkalan adanya kelaparan di Gaza.
Menurut mantan pejabat AS yang dikutip media tersebut, Netanyahu menelepon Trump untuk meyakinkan bahwa kelaparan di Gaza adalah “rekayasa Hamas”. Trump disebut langsung memotong pembicaraan dan meninggikan suara, seraya mengatakan bahwa bukti yang ia terima menunjukkan anak-anak Palestina menderita kelaparan. “Percakapan itu sebagian besar satu arah,” ujar sumber tersebut, menambahkan bahwa Trump menegaskan AS “memiliki” krisis tersebut karena GHF.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sedikitnya 99 warga Palestina di Gaza meninggal akibat kelaparan sepanjang tahun ini, sementara hampir 12.000 anak balita mengalami malnutrisi akut.
Di sisi lain, Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, mengumumkan rencana memperluas titik distribusi bantuan GHF di Gaza dari empat menjadi 16 lokasi.
Namun, pada Jumat (8/8), pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk kembali menduduki Jalur Gaza, dimulai dari Kota Gaza. Langkah ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya intensitas perang yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina dan melukai sedikitnya 152.000 orang, sekaligus memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah. (Bahry)
Sumber: TNA