KABUL (jurnalislam.com)— Pembicaraan antara delegasi Afghanistan dan Pakistan yang digelar di Turki berakhir tanpa hasil. Menurut sumber yang dikutip Pajhwok Afghan News pada Selasa (28/10), perilaku pihak Pakistan selama perundingan mengejutkan bahkan para mediator dari Qatar dan Turki.
Sumber tersebut mengatakan bahwa delegasi Pakistan tampak tidak memahami mekanisme negosiasi, sering kali terlibat dalam perdebatan yang tidak logis, dan beberapa kali bersikap kasar serta menggunakan bahasa yang tidak pantas.
“Bahkan para mediator pun terkejut dan kesal dengan perilaku pihak Pakistan,” ungkap sumber itu.
Pertemuan yang semestinya membahas sejumlah agenda penting justru terhenti hanya pada satu topik, setelah pihak Pakistan dinilai “mengganggu dan merusak jalannya perundingan dengan sikap tidak pantas.”
Lebih lanjut, sumber tersebut menjelaskan bahwa kepala tim Pakistan dengan nada tidak sopan meminta pihak Afghanistan untuk mengendalikan seluruh kelompok yang melakukan serangan di Pakistan. Permintaan itu, kata sumber, juga membuat para mediator terkejut.
“Bagaimana mungkin Afghanistan mengendalikan warga negara Pakistan dan kelompok militan mereka sendiri?” ujar sumber tersebut mengutip tanggapan delegasi Afghanistan.
Delegasi Afghanistan menegaskan bahwa kelompok yang melakukan serangan di wilayah Pakistan bukan berada di bawah otoritas mereka, melainkan warga negara Pakistan sendiri.
Selain itu, pihak Pakistan juga mengancam akan membalas serangan Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) dengan serangan ke wilayah Afghanistan jika insiden serupa kembali terjadi.
Menanggapi ancaman tersebut, delegasi Afghanistan menegaskan bahwa keamanan di wilayah Pakistan adalah tanggung jawab aparat keamanan Pakistan sendiri. Afghanistan, lanjutnya, hanya berkewajiban memastikan wilayahnya tidak digunakan untuk menyerang negara tetangga itu.
“Kami berkomitmen tidak membiarkan siapa pun menggunakan wilayah kami untuk menyerang Pakistan. Namun, sebagai imbalannya, Pakistan juga harus menjamin tidak akan melanggar wilayah udara Afghanistan atau mengizinkan pesawat nirawak Amerika melintas dari wilayah mereka,” tegas pihak Afghanistan.
Delegasi Afghanistan juga menuntut agar Pakistan tidak menjadi tempat bagi kelompok Daesh untuk melancarkan serangan ke Afghanistan.
Sumber itu menambahkan, pada awalnya delegasi Pakistan menyetujui usulan tersebut. Namun setelah menerima panggilan telepon, mereka menarik kembali kesepakatan itu dan menyatakan tidak dapat menghentikan penerbangan pesawat nirawak Amerika maupun menjamin pencegahan aktivitas Daesh.
Ketegangan meningkat ketika kepala tim negosiasi Pakistan, Jenderal Shahab Aslam, menolak membahas isu pelanggaran wilayah udara oleh pesawat nirawak Amerika.
Dalam pertemuan itu, Duta Besar Qatar untuk Afghanistan, Mirdaf, menegur Shahab agar tidak memotong pembicaraan pihak Afghanistan. Namun Shahab menanggapi dengan mengatakan bahwa pesawat nirawak yang menyerang Afghanistan lepas landas dari pangkalan militer Amerika di Qatar.
Duta Besar Mirdaf menjawab bahwa hal itu didasarkan pada perjanjian resmi antara Qatar dan Amerika Serikat. Shahab kemudian menimpali, “Kami juga memiliki perjanjian dengan Amerika Serikat.”
Negosiasi pun berakhir tanpa kesepakatan, meninggalkan ketegangan diplomatik antara kedua negara yang berbatasan langsung itu. (Bahry)
Sumber: pajhwok
 
                     
                            