WARSAWA (Jurnalislam.com) – NATO akan membahas kemungkinan kehadiran militer di Laut Hitam yang lebih besar pada Oktober di tengah kekhawatiran atas lebih seriusnya Rusia, Sekretaris Jenderal aliansi, Jens Stoltenberg kepada Anadolu Agency, Jumat (08/07/2016).
Menyapa wartawan pada hari pertama pertemuan puncak dua hari NATO di Warsawa, Stoltenberg mengatakan bahwa beberapa negara anggota mengangkat perlunya meningkatkan kehadiran militer di wilayah Laut Hitam.
“Kami memutuskan meminta perencana militer kita untuk memberikan saran bagi menteri pertahanan kami di bulan Oktober, untuk melihat apakah kita bisa atau bagaimana kita dapat meningkatkan kehadiran kami tidak hanya di darat … tapi juga di udara dan di laut,” katanya.
“Kami akan lebih konkret membahasnya dalam pertemuan tingkat menteri pertahanan kami pada bulan Oktober,” tambahnya.
Para pemimpin NATO pada hari Jumat sepakat untuk menempatkan pasukan multinasional di empat negara anggota – Polandia, Estonia, Latvia, dan Lithuania – sebagai ukuran jaminan.
Stoltenberg mengatakan empat batalyon akan ditempatkan di negara-negara ini secara rotasi.
“Batalyon ini kuat dan multinasional. Mereka menunjukkan kekuatan ikatan transatlantik. Dan mereka menegaskan bahwa serangan terhadap salah satu sekutu akan dianggap sebagai serangan terhadap seluruh aliansi, “tegasnya.
Kepala NATO mengumumkan bahwa batalion militer akan berada di tempat mulai tahun depan, dengan Kanada memimpin batalion di Latvia dan Inggris memimpin pasukan di Estonia.
Stoltenberg mengatakan Jerman akan memimpin batalion multinasional untuk ditempatkan di Lithuania, dan Amerika Serikat akan memimpin menjadi bangsa yang membuat kontribusi besar kepada pasukan di Polandia.
Negara-negara Eropa Timur telah lama menyerukan kehadiran kekuatan NATO di negara mereka di tengah kekhawatiran bahwa Rusia menjadi lebih keras.
Sekjen juga mengumumkan bahwa proyek besar aliansi, Pertahanan Rudal Balistik (Ballistic Missile Defense-BMD), dinyatakan oleh para pemimpin pada hari Jumat sebagai “kemampuan operasional awal.”
“Ini berarti bahwa kapal AS yang berbasis di Spanyol, radar di Turki, dan situs pencegat di Rumania kini dapat bekerja sama di bawah komando dan kontrol NATO,” katanya.
Stoltenberg menekankan bahwa sistem sepenuhnya akan defensif dan tidak akan mengancam bagi penangkal nuklir strategis Rusia.
Kepala diplomat juga menyatakan kesediaannya untuk mengembangkan dialog yang konstruktif dengan Rusia.
“NATO tidak menimbulkan ancaman bagi negara manapun. Kami tidak ingin Perang Dingin baru. Kami tidak ingin perlombaan senjata baru. Dan kami tidak mencari konfrontasi,” katanya.
“Sama seperti upaya memperkuat pencegahan dan pertahanan kami, kami juga terus mencari dialog yang konstruktif dengan Rusia,” tambahnya.
Stoltenberg mengatakan ia akan mengadakan pertemuan baru Dewan NATO-Rusia pekan depan untuk menginformasikan Rusia mengenai keputusan yang diambil pada pertemuan puncak Warsawa.
Hubungan NATO-Rusia semakin memburuk setelah aneksasi Rusia terhadap Krimea pada Maret 2014 dan dukungan Rusia untuk separatis di timur Ukraina.
Pengambilan suara Majelis Umum PBB hampir bulat untuk menyatakan aneksasi Rusia sebagai tindakan ilegal.
Seiring dengan banyaknya negara PBB, termasuk AS dan Uni Eropa, Turki juga tidak mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.
Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam