Mantan Kepala MI6: HTS Harus Dihapus dari Daftar Teroris

Mantan Kepala MI6: HTS Harus Dihapus dari Daftar Teroris

LONDON (jurnalislam.com)– Sir John Sawers, mantan Kepala Dinas Intelijen Rahasia Inggris (MI6), mengusulkan agar kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dihapus dari daftar organisasi teroris. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan Sky News pada Minggu (8/12/2024), menyusul keberhasilan HTS merebut kendali atas Damaskus dan menjatuhkan rezim Bashar al-Assad.

Sawers menyatakan bahwa selama ia menjabat sebagai kepala MI6, HTS sempat diklasifikasikan sebagai kelompok yang terlalu dekat dengan Al-Qaeda. Namun, ia mengakui adanya perubahan besar dalam sikap dan tindakan kelompok tersebut di bawah kepemimpinan Abu Muhammad al-Jaulani selama 10 tahun terakhir.

“Ketika saya menjadi kepala MI6, kami mengklasifikasikan HTS sebagai kelompok yang tidak bisa didukung karena kedekatannya dengan Al-Qaeda. Namun, dalam satu dekade terakhir, al-Jaulani telah berupaya keras menjauhkan HTS dari kelompok-kelompok teroris tersebut,” ujarnya.

Sawers juga menilai bahwa aksi HTS dalam beberapa pekan terakhir lebih mencerminkan gerakan pembebasan daripada organisasi teroris.

“Apa yang telah dilakukan HTS selama dua minggu terakhir adalah tindakan gerakan pembebasan, bukan organisasi teroris,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mendorong pemerintah Inggris untuk meninjau ulang status HTS sebagai entitas terlarang.

“Saya pikir Menteri Dalam Negeri harus meminta MI5 dan Pusat Penilaian Terorisme Gabungan untuk meninjau apakah HTS masih pantas berada dalam daftar tersebut. Akan sangat konyol jika larangan yang dibuat 12 tahun lalu menghalangi kita bekerja sama dengan pemimpin baru Suriah,” tambahnya.

Sawers menekankan bahwa kini terdapat “realitas baru” di Suriah, dan langkah diplomatis perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut.

Pernyataan ini mengundang perhatian luas karena HTS sebelumnya dianggap sebagai salah satu kelompok paling kontroversial dalam konflik Suriah. Namun, keberhasilan mereka dalam memimpin transisi kekuasaan di Suriah tampaknya memicu diskusi baru mengenai status mereka di kancah internasional.

Sumber: SkyNews

Reporter: Bahri

Bagikan