JERMAN (Jurnalislam.com) – Sekitar 10.000 imigran Turki berunjuk rasa di ibukota Jerman, Berlin, pada hari Sabtu (25/04/2015) untuk memprotes gerakan kontroversial parlemen yang memberi label peristiwa 1915 sebagai "genosida” di kota Armen.
Bekir Yilmaz, direktur Komunitas Turki di Berlin, mengatakan rancangan mosi tersebut adalah "sepihak" dan menempatkan semua kesalahan kepada Turki, mengabaikan ribuan korban Muslim selama peristiwa yang terjadi selama Perang Dunia I.
"Sebagian besar anggota masyarakat Turki di Jerman mementingkan sejarah mereka, nilai-nilai nasional dan moral mereka," kata Yilmaz kepada The Anadolu Agency, selama unjuk rasa. "Kami percaya bahwa seharusnya sejarawan yang menghakimi sejarah, bukan politisi ".
Dia juga meminta anggota parlemen Jerman untuk menghentikan inisiatif kontroversial mereka.
Selama Perang Dunia I, relokasi oleh Ottoman Armenia di Anatolia timur setelah pemberontakan, mengakibatkan banyak korban jiwa, namun istilah "genosida" adalah sengketa antar para sejarawan dan masih menjadi sumber ketegangan antara Turki dan Armenia.
Turki keberatan ketika insiden tersebut dianggap sebagai "genosida" dan menggambarkan peristiwa 1915 sebagai tragedi bagi kedua belah pihak.
Parlemen Jerman minggu lalu telah memulai diskusi tentang mosi untuk menggambarkan tragedi Armenia sebagai "genosida" dalam rangka menandai peringatan 100 tahun kejadian di tahun 1915 itu.
Presiden Jerman Joachim Gauck telah menggunakan istilah "genosida" minggu lalu di sebuah upacara di Katedral Berlin memperingati seratus tahun peristiwa tersebut.
Tapi Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier menyatakan ketidaknyamanannya pada hari Jumat mengenai perdebatan politik yang sedang berlangsung, dan mengatakan bahwa perdebatan Armenia dalam hal label "genosida" tidak membantu upaya rekonsiliasi antara Turki dan Armenia.
Yilmaz mengatakan bahwa melanjutkan politisasi tragedi 1915 akan mengasingkan tiga juta etnis Turki yang kuat di Jerman, yang menurutnya, sudah merasa didiskriminasi oleh tumbuhnya rasisme dan Islamophobia.
"Tidak ada yang bisa memaksakan sesuatu terhadap kita melalui gerakan seperti itu, tapi ini bisa lebih membahayakan integrasi," kata Yilmaz. "Imigran merasa bahwa mereka tidak diterima di masyarakat, dan merasa selalu disalahkan."
Para pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Berlin pada hari Sabtu dengan bendera Turki dan membawa poster bertuliskan, "Hentikan memfitnah sejarah Turki," "Imperialisme menyebabkan rasa sakit dan kesedihan," "Perdamaian di rumah, perdamaian di dunia."
Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti, "Kami membela tanah air kami, tapi kami tidak melakukan genosida," "Hidup Turki," dan "Parlemen bukan pengadilan, anggota parlemen bukan hakim."
Para pengunjuk rasa juga membawa poster berisi nama-nama dan foto 31 diplomat Turki dan anggota keluarga mereka yang dibunuh oleh ekstrimis organisasi teror Armenia asala antara tahun 1974 dan 1984.
Deddy | World Bulletin | Jurniscom