Keutamaan Bulan Ramadhan

Keutamaan Bulan Ramadhan

Tidak dipungkiri bahwa fitrah manusia yang masih lurus selalu merindukan kedatangan bulan Ramadhân. Kedatangannya selalu membawa kegembiraan dalam hati umat Islam. Hal itu tidak lepas dari keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhân. Diantara keistimewaannya adalah:

1. Waktu pelaksanaan ibadah puasa yang merupakan rukun Islam

Allâh SWT berfirman,

فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Maka barangsiapa diantara kalian menemui bulan Ramadhân maka hendaklah dia berpuasa.” (QS Al-Baqarah [2]: 185)

Rasulullâh SAW bersabda,

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَسُولُهُ، وَإِقامِ الصَّلاةِ، وَإيتَاءِ الزَّكاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun di atas lima rukun: (1) Persaksian bahwasanya tidak ada Ilâh yang berhak diibadahi kecuali hanya Allâh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) melaksanakan haji ke Baitullâh, dan (5) berpuasa di bulan Ramadhân.” (HR Bukhârî no. 8 dan Muslim no. 16, berdasarkan redaksi hadits riwayat Muslim)

2. Bulan diturunkannya Al-Qur’an

Allâh SWT berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah [2]: 185)

3. Pada bulan Ramadhân terdapat malam Lailatul Qadar

Allâh SWT berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ 1 وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ 2 لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ 3

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadr [97]: 1-3)

Rasulullâh SAW bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhân!” (HR Bukhârî no. 2020 dan Muslim no. 1169)

4. Dibuka pintu-pintu surga dengan banyaknya peluang amal shalih yang bisa memasukkan pelakunya ke surga dan ditutup pintu-pintu neraka dengan sempitnya peluang untuk berbuat maksiat yang bisa menyebabkan pelakunya masuk ke dalam neraka. Setan-setan juga dibelenggu dan diikat sehingga kekuatannya dalam menyesatkan orang-orang mukmin dan memalingkan mereka dari amal shalih menjadi lemah.

Rasulullâh SAW bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Jika telah datang bulan Ramadhân pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan seta-setan dibelenggu.” (HR Bukhârî no. 3277 dan Muslim no. 1079)

5. Allâh SWT membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa neraka

Rasulullâh SAW bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عُتَقَاءَ، وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ

“Sesungguhnya Allâh SWT memiliki hamba-hamba yang berhak untuk dibebaskan dari neraka pada setiap kali berbuka puasa dan itu terjadi pada setiap malam.” (HR Ibnu Majah no. 1643, Ahmad no. 21698, dan dinilai hasan shahîh oleh Syaikh Al-Albânî dalam Shahîh Ibnu Mâjah no. 1340)

6. Setiap muslim memiliki doa yang dikabulkan

Rasulullâh SAW bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عُتَقَاءَ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ (يَعْنِيْ فِيْ رَمَضَانَ) وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ

“Sesungguhnya Allâh SWT memiliki hamba-hamba yang berhak untuk dibebaskan dari neraka pada setiap siang dan malam (yaitu pada bulan Ramadhân). Dan sesungguhnya tiap-tiap muslim memiliki doa yang diijabah pada setiap siang dan malam.” (At-Targhîb wa At-Tarhîb 2/121 dan dinilai shahîh li ghairihi oleh Syaikh Al-Albânî dalam Shahîh At-Targhîb no. 1002)

7. Kemenangan-kemenangan besar umat Islam Allâh SWT karuniakan pada bulan Ramadhân

a. Perang Badar Al-Kubrâ (17 Ramadhân 2 H)

Pada hari itu Allâh SWT menolong Islam dan kaum muslimin yang hanya berjumlah sekitar 300 orang di bawah komando langsung Rasulullâh SAW dengan perlengkapan perang seadanya melawan sekitar 1000 orang pasukan musyrik bersenjata lengkap yang dipimpin oleh Abû Jahal. Pada hari itu juga Allâh SWT menghancurkan kesyirikan dan orang-orang musyrik.

b. Menggali parit untuk persiapan perang Khandaq (parit) atau perang Ahzâb (pasukan sekutu) pada bulan Ramadhân 5 H. Peperangannya sendiri terjadi pada bulan Syawâl dan umat Islam kembali meraih kemenangan besar.

c. Fathu Makkah (21 Ramadhân 8 H)

Rasulullâh SAW berangkat dari Madinah bersama 10 ribu sahabat menuju Makkah pada tanggal 10 Ramadhân dalam keadaan berpuasa. Ketika sampai di Kura’ Al-Ghamim, Rasulullâh SAW membatalkan puasa karena musafir dan diikuti oleh para sahabat. Pada tanggal 21 Ramadhan barulah Rasulullâh SAW memasuki kota Mekah. Pada hari itu manusia berbondong-bondong masuk Islam dan 360 berhala yang ada di sekitar Ka’bah yang menjadi simbol tegaknya kekuasaan orang-orang musyrik dihancurkan. Maka sejak saat itulah kota Makkah menjadi negeri kaum muslimin setelah sebelumnya menjadi pusat kesyirikan dan kekuasaan orang-orang musyrik. Peristiwa ini Allâh SWT abadikan dalam firman-Nya,

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ ١ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا ٢ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ٣

“Apabila telah datang pertolongan Allâh dan kemenangan serta kamu lihat manusia masuk agama Allâh dengan berbondong-bondong maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS An-Nashr [110]: 1-3)

d. Perang Hiththîn (10 hari terakhir bulan Ramadhan 584 H)

Perang Hiththîn adalah peperangan yang terjadi antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Sultan Shalahuddîn Al-Ayyûbî melawan pasukan Salib (Nasrani). Pada peperangan ini 10 ribu pasukan Salib tewas. Akibat kemenangan ini Baitul Maqdîs bisa dikembalikan ke pangkuan umat Islam yang sejak 3 Sya’ban 429 H dikuasai oleh pasukan Salib dengan cara membantai 70 ribu umat Islam di dalam Masjid Al-Aqshâ selama satu minggu, termasuk para pemimpin, para ulama, dan orang-orang yang sedang beribadah.

e. Perang ‘Ain Jâlût (Jum’at, 25 Ramadhan 658 H)

‘Ain Jâlût adalah nama sebuah tempat yang di tempat itulah peperangan besar antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Al-Muzhaffar Saifuddin Qutuz dan Zhâhir Pepris melawan pasukan Tartar yang dipimpin oleh Kitbuqa, dua tahun setelah Hulago Khan, raja Tartar berhasil menduduki Baghdad pada tahun 656 H setelah membumihanguskan dan membantai seluruh penduduknya yang berjumlah antara 800 ribu – 2 juta jiwa, termasuk Khalifah yang berkuasa waktu itu yaitu Al-Mu’tashim Billâh, khalifah terakhir Bani Abbasiyah. Pada perang ini pasukan Islam memperoleh kemenangan dan berhasil menghancurkan tentara Tartar. Bahkan pangeran Jamaluddîn Aqusyî berhasil menerobos ke jantung pertahanan musuh dan membunuh panglima perang Tartar, Kitbuqa.

 

Bagikan