KAIRO (Jurnalislam.com) – Pada bulan Desember 2010, seorang pedagang jalanan Tunisia membakar diri memprotes penghinaan dan pelecehan yang ia derita di tangan polisi Mesir.
Insiden itu memicu protes anti-rezim yang kemudian dikenal sebagai "Arab Spring", yang meledak ke jalan-jalan Mesir pada 25 Januari 2011.
Keadaan setelah kejadian itu hampir tidak bisa diramalkan. Mesir adalah negara yang paling padat penduduknya di dunia Arab.
Demonstrasi berikutnya mengakhiri pemerintahan 30 tahun Presiden otokratis Hosni Mubarak dan memicu serangkaian peristiwa mendalam yang akan berdampak pada masa depan Mesir.
Berikut ini adalah beberapa peristiwa penting yang menandai periode lima tahun sejak 25 Januari 2011 hingga saat ini yang dirilis Andolu Agency, Selasa (26/01/2016):
25 Januari 2011: Mesir mengadakan demonstrasi untuk memprotes pengangguran, korupsi dan rezim tirani Mubarak. Bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan Mesir mengakibatkan kematian ratusan orang.
11 Februari 2011: Mubarak mundur, mengakhiri 30 tahun kekuasaannya, dan meminta tentara untuk membentuk pemerintahan baru. Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) membubarkan parlemen dan menunda konstitusi.
14 Juni 2012: Mahkamah Agung Konstitusi Mesir membubarkan parlemen pasca-revolusi di mana Ikhwanul Muslimin sebelumnya telah memenangkan mayoritas kursi.
16/17 Juni 2012: Mesir memberikan suara dalam pemilihan presiden pertama yang bebas di negara itu. Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin mengalahkan Ahmed Shafik, perdana menteri terakhir Mubarak, dan menjadi presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis.
30 Juni 2012: Presiden Mursi resmi bersumpah di depan kabinetnya.
12 Agustus 2012: Mursi menunjuk Abdel Fattah al-Sisi-sebagai menteri pertahanan, menggantikan panglima militer lama Hussein Tantawi Mohamed.
22 November 2012: Presiden Mursi mengeluarkan keputusan presiden yang melindungi keputusannya dari peradilan yang sebagian besar masih dikendalikan oleh loyalis Mubarak. Langkah ini memicu protes luas dan seruan agar Mursi mundur.
15-22 Desember 2012: Sebuah rancangan konstitusi, yang didukung oleh Mursi dan Ikhwanul Muslim serta afiliasinya, diterima dengan 63,8 persen suara dalam referendum nasional.
Februari-Maret 2013: Tujuh puluh empat orang tewas dalam kerusuhan yang berhubungan dengan sepak bola di kota utara Port Said. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati kepada 21 orang karena keterlibatan mereka dalam insiden itu, yang memicu protes luas. Mursi memberlakukan keadaan darurat di kota kanal Mesir, memicu protes lebih lanjut di mana pasukan keamanan menolak untuk campur tangan.
30 Juni 2013: Pada putaran tahun pertama Mursi sebagai presiden, gelombang besar protes anti-Mursi meledak di Tahrir Square Kairo dan di kota-kota lain di mana demonstran menuntut Mursi mundur sebagai presiden. Tentara memperingatkan akan bertindak jika konsiliasi nasional tidak dapat dicapai.
3 Juli 2013: Tentara, yang dipimpin oleh al-Sisi, mengkudeta Mursi dari kantor presiden dan menempatkan dia di bawah tahanan militer. Al-Sisi bertindak sebagai kekuasaan eksekutif, menangguhkan konstitusi dan mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi pejabat Ikhwanul Muslimin. Kepala Mahkamah Agung Adly Mansour ditunjuk sebagai presiden interim Mesir, sementara al-Sisi memperkenalkan sebuah "rencana" untuk masa depan politik Mesir.
Arab Saudi mengucapkan selamat kepada presiden sementara yang baru diangkat, sementara Mursi dan Ikhwanul Muslimin dituduh bekerja sama dengan kekuatan asing dan spionase. Ratusan pemimpin Ikhwanul dan anggotanya ditangkap oleh pasukan keamanan.
5 Juli 2013: pendukung Mursi meluncurkan protes duduk besar terhadap kudeta berdarah militer di Kairo di Rabaa al-Adawiya Square, dimana puluhan ribu orang berpartisipasi.
8 Juli 2013: Delapan puluh empat demonstran pro-Mursi ditembak mati oleh pasukan keamanan di dekat markas Garda Republik di Kairo.
13 Juli 2013: Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait mulai memberikan dukungan keuangan bagi rezim kudeta Mesir, dan menjanjikan miliaran dolar untuk menopang perekonomian negara yang sedang sakit.
14 Agustus 2013: Lebih dari seribu orang tewas ketika pasukan keamanan membantai para pelaku demo duduk pro-Mursi di Nahda dan Rabaa al-Adawiya Square, memicu protes nasional.
Dalam minggu-minggu berikutnya, pasukan keamanan membubarkan demonstrasi pro-Mursi dengan meningkatkan kebrutalan, menewaskan sejumlah pengunjuk rasa di seluruh negeri.
Ribuan orang, termasuk wartawan yang meliput peristiwa tersebut juga ditangkap oleh polisi.
25 Desember 2013: Pemerintah hasil kudeta Mesir (As Sisi) menjadikan Ikhwanul sebagai organisasi teroris.
26-28 May 2014: Setelah mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan, al-Sisi memenangkan pemilihan presiden – yang dinodai oleh kecurangan meluas – dengan 96,9 persen suara.
29 November 2014: Sebuah pengadilan Kairo membebaskan mantan Presiden Mubarak dari tuduhan korupsi dan tuduhan telah memerintahkan pembunuhan demonstran selama aksi unjuk rasa 18 hari pada tahun 2011.
Mei 2015: Mursi dan 100 anggota Ikhwanul Muslimin lainnya dijatuhi hukuman mati secara massal dengan berbagai tuduhan kriminal. Pengadilan membolehkan banding tapi belum dilakukan.
25 Januari 2016: Tahun kelima setelah pemberontakan 2011 protes tersebar di seluruh negara dimana pasukan keamanan dilaporkan menangkap puluhan demonstran.
Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam