GAZA (jurnalislam.com)– Hamas pada Sabtu (31/5/2025) mengonfirmasi bahwa mereka telah merespons proposal gencatan senjata yang diajukan oleh utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff. Dalam usulan tersebut, Hamas menyetujui pembebasan sepuluh sandera Israel yang masih hidup dan penyerahan delapan belas jenazah tahanan Israel, sebagai bagian dari kesepakatan awal.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina yang telah disepakati, termasuk 125 warga Palestina yang divonis penjara seumur hidup. Selain itu, jenazah 180 syuhada Palestina juga akan diserahkan kembali kepada pihak Palestina.
Rencana gencatan senjata yang lebih luas juga mencakup pembebasan 30 tahanan Israel yang tersisa setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata permanen.
Dalam pernyataan resminya melalui kanal Telegram, Hamas menyatakan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui “serangkaian konsultasi nasional”, dengan landasan utama berupa “tanggung jawab mendalam terhadap rakyat Palestina dan penderitaan mereka”.
“Sebagai bagian dari perjanjian ini, sepuluh tahanan Israel yang masih hidup yang ditahan oleh kelompok perlawanan akan dibebaskan, bersama dengan penyerahan delapan belas jenazah, sebagai ganti sejumlah tahanan Palestina yang disepakati,” bunyi pernyataan tersebut.
Proposal gencatan senjata dari Witkoff, yang sebelumnya diajukan kepada kedua belah pihak, mencakup jeda selama 60 hari dalam pertempuran dan pembebasan 28 sandera Israel, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, pada minggu pertama pelaksanaan kesepakatan.
Perjanjian tersebut juga menyerukan dimulainya distribusi bantuan kemanusiaan secara cepat ke Jalur Gaza, segera setelah Hamas menandatangani kesepakatan. Pelaksanaan kesepakatan ini akan dijamin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, serta mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump.
Hamas sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka “mempelajari proposal revisi tersebut secara bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat Palestina dan tujuan tercapainya gencatan senjata permanen di Gaza”.
Pada Kamis malam, Gedung Putih mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui proposal Witkoff. Namun, sejumlah hambatan besar masih mengganjal jalan menuju gencatan senjata.
Pemerintah Israel tetap bersikeras agar Hamas dilucuti dari seluruh persenjataannya, semua infrastruktur militer kelompok tersebut dibongkar, dan pemerintahan Hamas di Gaza dihentikan sepenuhnya. Israel juga menuntut pembebasan seluruh sandera yang tersisa, yang diperkirakan berjumlah 58 orang, sebagai syarat mutlak untuk menghentikan agresinya.
Di sisi lain, Hamas dengan tegas menolak persyaratan tersebut. Mereka menyatakan tidak akan menyerahkan senjata hingga Israel menyetujui penarikan penuh dari Jalur Gaza, serta menyepakati perjanjian yang mengikat untuk benar-benar mengakhiri perang.
Situasi ini membuat masa depan gencatan senjata masih penuh ketidakpastian, meski peluang diplomatik mulai terbuka. (Bahry)
Sumber: TNA