Berita Terkini

Ternyata Sebelum Serangan Rudal ke Pangkalan Udara Assad Militer AS Beritahu Rusia

SURIAH (Jurnalislam.com) – Pesawat-pesawat tempur rezim Assad dilaporkan telah lepas landas dari pangkalan udara yang telah ditargetkan oleh serangan udara AS, kurang dari 24 jam setelah pangkalan udara itu diserang oleh puluhan rudal Tomahawk, Al Arabiya News Channel melaporkan, Sabtu (8/4/2017).

Para pejabat AS memberitahu pasukan Rusia menjelang serangan rudal Tomahawk untuk menjauhi lokasi serangan dan militer AS menghindar menargetkan personel Rusia.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (the Syrian Observatory for Human Rights-SOHR), jet tentara Suriah kembali lepas landas dari pangkalan untuk meluncurkan serangan terhadap wilayah yang dikuasai faksi-faksi jihad dan oposisi bersenjata di dekat Homs setelah serangan rudal.

Citra satelit menunjukkan pangkalan udara Assad yang menjadi basis bagi pasukan khusus, jet tempur, helikopter Suriah dan Rusia, dalam melawan faksi-faksi jihad dan oposisi yang terlihat masih utuh, tidak menerima kerusakan yang berarti, padahal 59 rudal Tomahawk telah ditembakan.

Parlemen Uni Eropa Larang Pejabat Tinggi Suriah Hadir pada Konferensi

JENEWA (Jurnalislam.com) – Parlemen Uni Eropa pada hari Jumat (7/4/2017) melarang seorang pejabat tinggi Suriah menghadiri sebuah acara yang dijadwalkan untuk hari Senin besok (10/4/2017).

Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Ayman Soussan dilarang sebagai reaksi terhadap serangan kimia pada hari Selasa di Idlib, yang dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad.

Juru bicara Parlemen Eropa Jaume Duch mengatakan Presiden Antonio Tajani mengambil keputusan mengikuti “serangan senjata kimia terakhir dan perkembangan setelahnya,” lansir World Bulltin.

Soussan sedianya akan menghadiri konferensi 10 April sebagai pembicara.

Pada hari Selasa, lebih dari 100 warga sipil dilaporkan tewas dan 500 lainnya – kebanyakan anak-anak – terluka di kota Khan Shaykhun, menurut menteri kesehatan pemerintah oposisi Suriah, Firas Jundi.

Pada hari Jumat, AS menembakkan 59 rudal Tomahawk di sebuah pangkalan udara militer Suriah, menewaskan 5 pasukan Assad, sebuah pangkalan yang dipercaya sebagai tempat yang digunakan untuk meluncurkan serangan kimia mematikan tersebut, Pentagon menegaskan.

Rezim Syiah Assad membantah tuduhan bahwa mereka telah menggunakan senjata kimia pada serangan di Idlib.

Ribuan Umat Islam Kenya Protes atas Pembongkaran Masjid di Nairobi

KENYA (Jurnalislam.com) – Ribuan umat Muslim di Kenya pada hari Jumat (7/4/2017) memprotes rencana menghancurkan Masjid mereka di ibukota Nairobi untuk membuka jalan bagi pembangunan jalan.

Masjid ini mampu menampung lebih dari 2.500 Muslim, dan setelah sholat Jumat jamaah berbaris ke lokasi tempat pejabat Otoritas Jalan Perkotaan Kenya (the Kenya Urban Roads Authority-KURA) memarkir steamrollers, excavator, serta peralatan lainnya.

“Kami sangat mengutuk langkah penghancuran Masjid ini,” kata Syeikh Hamid Chandhry kepada wartawan.

“Komite Masjid Jamia, yang merupakan penjaga Masjid, memperoleh akta secara legal pada tahun 2005, menjadikannya pemilik tunggal dan sah bagi tanah di mana Masjid ini dibangun.”

Chandhry mengatakan bahwa meskipun kasus pengadilan sedang berlangsung, KURA ingin lebih dahulu menghancurkan Masjid, mengklaim bahwa rumah ibadah tersebut terletak di sepanjang jalan milik negara, berarti negara dapat menghancurkan masjid dan tidak menawarkan kompensasi.

“Kami terganggu, karena Masjid merupakan pusat keagamaan penting bagi masyarakat yang tinggal di Parklands dan pembongkaran merupakan penghinaan terhadap kebebasan beribadah sebagaimana tercantum dalam konstitusi,” tambahnya.

Para pejabat Masjid mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa KURA menolak memberikan kompensasi jika mereka setuju direlokasi.

“Mereka harus memberi kompensasi atau memberi tanah alternatif bagi kita. Masjid secara hukum memiliki tanah dan itu harus dikompensasi,” kata Sheikh Salim Mohammed.

Masjid ini melayani lebih dari 2.500 jamaah dan juga memiliki madrasah yang mengajarkan nilai-nilai moral (aqhlak) kepada anak-anak.

 

Serangan Truk di Swedia, 4 Tewas dan 12 Terluka

STOCKHLOM (Jurnalislam.com) – Sebuah truk menabrak sebuah department store kelas atas di pusat kota Stockholm pada hari Jumat (7/4/2017), dan radio Swedia mengatakan kecelakaan itu menewaskan empat orang dan melukai 12 lainnya. Masyarakat di pusat kota melarikan diri dengan panik.

Perdana Menteri Swedia mengatakan “Swedia telah diserang, semua bukti menunjukkan bahwa serangan itu adalah tindakan terorisme,” lansir al Arabiya News Channel, Jumat.

Penyiar SVT Swedia mengatakan tembakan telah ditembakkan di tempat kejadian dan kantor berita TT Swedia mengatakan beberapa orang bergegas diangkut dalam ambulans.

Rekaman televisi langsung pada hari Jumat menunjukkan asap keluar dari Ahlens department store di Drottninggatan Street, yang ditabrak truk. Department store tersebut adalah bagian dari rantai ritel skala nasional Swedia. Bangunan meliputi beberapa toko di jalan.

Polisi Swedia telah mengeluarkan gambar sopir truk, menunjukkan gambar seorang pria yang mengenakan hoodie abu-abu dan mengatakan bahwa mereka sedang mencarinya.

Polisi Swedia mengatakan mereka telah menangkap satu orang sehubungan dengan serangan truk mematikan di pusat kota Stockholm.

“Satu orang telah ditangkap yang dapat dihubungkan dengan kejadian itu,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Helikopter bisa didengar melayang di langit di atas pusat Stockholm, dan sejumlah besar mobil polisi dan ambulans dikirim ke tempat kejadian, kata saksi.

Itu tidak segera jelas apakah itu kecelakaan atau serangan.

“Kami berdiri di dalam toko sepatu dan mendengar sesuatu … dan kemudian orang-orang mulai berteriak,” saksi Jan Granroth mengatakan kepada harian Aftonbladet. “Saya melihat keluar toko dan melihat sebuah truk besar.”

Polisi Swedia menegaskan bahwa truk melaju ke arah orang-orang dan toko tapi tidak bisa mengkonfirmasi laporan letusan tembakan. Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan “ada laporan cedera tapi kami tidak memiliki rincian tentang berapa banyak dan seberapa serius.”

 

Jurnalis Aljazeera: Serangan Trump di Suriah adalah Taktik Pencitraan (wawancara khusus)

SURIAH (Jurnalislam.com) – Tentara Amerika Serikat telah menembakkan hampir 60 rudal Tomahawk di sebuah pangkalan udara di Suriah dan hanya menewaskan 5 pasukan Assad. Pangkalan tersebut mereka katakan digunakan oleh pasukan rezim Assad pekan ini untuk meluncurkan serangan kimia mematikan di sebuah kota yang dikuasai faksi-faksi jihad dan oposisi bersenjata di provensi Idlib.

Banyak kalangan menyimpulkan langkah AS di hari Jumat (7/4/2017) tersebut menandai aksi militer langsung pertama yang dilakukan AS terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang lama Suriah, yang sekarang memasuki tahun ketujuh.

Saat dunia bereaksi dengan memuji terhadap serangan Amerika Serikat, Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, memberikan pandangan yang berbeda tentang perkembangan terbaru di Suriah.

Apa yang mendorong AS untuk mengambil tindakan militer langsung terhadap pasukan Assad?

Marwan Bishara: Secara terbuka, pemerintah AS beralasan bahwa tindakan mereka tersebut atas dasar kemanusiaan dan “penting demi kepentingan keamanan nasional”.

Namun saya ragu ada niat baik.

Jika Presiden Donald Trump begitu sangat peduli kepada kemanusian, maka anak-anak Suriah, ia tidak akan menghalangi mereka (pengungsi) memasuki Amerika Serikat. Lagipula, serangan kimia walaupun sangat mengerikan seperti di Suriah itu, kemungkinan juga tidak mengancam keamanan vital nasional AS dimanapun.

Jika, di sisi lain, telah ditetapkan bahwa IS atau al-Qaeda yang melakukan serangan menggunakan gas sarin, maka akan ada perhatian bagi pasukan AS di Suriah.

Ini adalah strategi win-win dan langkah politik pemerintahan Trump. Respon militer ini dimaksudkan untuk menopang popularitas Trump dalam jajak pendapat nanti dan untuk mencitrakan keberanian dan ketegasan (politik pencitraan).

Ini adalah serangan tusukan peniti yang dirancang sebagai respon berisiko rendah yang seolah memberi peringatan pada rezim Suriah, meningkatkan panas pada Rusia, padahal cara membuka jalan bagi keterlibatan AS yang lebih besar untuk ikut campur membentuk masa depan Suriah.

Serangan ini juga menetapkan seolah-olah kemandirian Trump atas Moskow dan membantu menghilangkan beberapa kecurigaan adanya dugaan hubungan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait adanya indikasi intervensi Rusia dalam memenangkan Donald Trump pada pemilu lalu.

Terindikasi Ada Kecurangan pada Pemilu AS, FBI Selidiki Intervensi Rusia

Kecaman Rusia terhadap serangan AS, diikuti oleh keputusan untuk menangguhkan koordinasi dengan angkatan udara AS terhadap Suriah, pada akhirnya justru akan mendukung Trump saat ketegangan mereda.

Apakah Trump merencanakan semua ini sendiri?

Bishara: Sama sekali tidak. Meskipun ia menegaskan bahwa ia tahu lebih banyak dibandingkan para jenderal, Trump terbukti bodoh dan tidak memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai strategi dan kebijakan luar negeri.

Sebagai komandan tertinggi, dia adalah yang memberikan perintah – tapi para jenderal yang ia tunjuk dalam kabinetnya adalah pihak yang berada di belakang keputusan ini dan keputusan lain di masa depan.

Seperti yang saya lihat, Menteri Pertahanan James Mattis, Kepala Keamanan Dalam Negeri John Kelly dan Penasihat Keamanan Nasional H R McMaster adalah trio yang mengendalikan kebijakan keamanan nasional AS.

Tidak seperti mantan Presiden Barack Obama, Trump sejauh ini menempatkan kepercayaan penuh pada para jenderal yang dia tunjuk.

Ketiganya adalah veteran perang AS di Irak dan Afghanistan. Mereka dikenal karena keberanian dan intelektualisme strategis serta aksi yang tidak biasa.

Jadi ketika Mattis bersikeras bahwa penyiksaan itu kontraproduktif dan Amerika tidak akan melakukan penyiksaan, Trump tidak menepati janji kampanyenya yang berniat bertindak lebih menyiksa melampaui waterboarding.

Dan ketika ahli strategi Gedung Putih Steve Bannon melampaui batas-batasnya dengan merekomendasikan larangan bagi Muslim tanpa konsultasi sebelumnya, Kelly – bersama dengan dua jenderal lainnya – menggulingkan dia dari pertemuan Keamanan Nasional.

Itu sebabnya, menurut saya, bahwa setelah selang beberapa waktu, trio ini sekarang mengartikulasikan strategi di Suriah dan Irak. Masih harus dilihat apa langkah-langkah lain yang ada di pikiran mereka.

Seperti apakah akhir permainan sekarang ketika serangan telah dilakukan?

Bishara: Dalam hal strategis dan politis, serangan ini adalah skenario politik berisiko rendah dengan hasil tinggi untuk administrasi Trump. Langkah ini menopang popularitas presiden di antara banyak Demokrat dan media mainstream serta memperoleh banyak pujian dari kekuatan-kekuatan regional dan internasional.

Turki, Arab Saudi dan Israel, serta Inggris, Uni Eropa dan Australia, antara lain, telah menyatakan mendukung serangan AS atas strategi ini.

Hal ini menunjukkan seolah Trump bisa bertindak lebih berani dibanding pendahulunya bila diperlukan. Dan bahwa ia tidak akan pergi ke Kongres sebelum melaksanakan serangan pencitraan itu.

Meskipun terbatas dalam fokus dan sifat, serangan tentara AS di lapangan terbang Shayrat membuka jalan bagi lebih banyak aksi militer yang sama – dan akan meningkatkan posisi AS dalam ikut campur mengenai pembentukan pemerintahan Suriah di masa depan.

Waktu serangan ini juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke AS.

Serangan ini mungkin juga mengirimkan pesan (gertakan) ke Korea Utara menjelang pembicaraan AS-China di Florida.

Trump memperingatkan pekan lalu bahwa Washington bisa bertindak sendiri jika Beijing tidak menempatkan tekanan yang diperlukan pada Korea Utara untuk menghentikan program nuklir dan rudalnya.

Jaksa Agung Setujui Tunda Sidang Ahok, GNPF MUI: Ini Kontradiktif dan Kontraproduktif

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Koordinator Persidangan GNPF MUI, Nasrulloh Nasution mempertanyakan sikap Jaksa Agung Republik Indonesia, HM Prasetyo yang langsung menyetujui permintaan Kapolda Metro Jaya untuk menunda sidang pembacaan tuntutan terhadap terdakwa Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, hingga selesainya pemungutan suara pilkada DKI Jakarta putaran II.

Menurutnya, sikap Jaksa Agung ini kontradiktif dan kontraproduktif dengan sikap Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang bertugas di persidangan.

“JPU di persidangan sudah menyatakan siap dengan surat tuntutannya dibacakan hari Selasa tanggal 11 April 2017. Kalau Jaksa Agungnya potong kompas itu jadi kontradiktif dan kontraproduktif dengan kinerja JPU di lapangan,” kata Nasrulloh di Sekretariat Tim Advokasi GNPF MUI, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (8/4/2017).

(Baca juga: Minta Sidang Ahok Ditunda, Kapolda Metro Dinilai Intervensi Asas Persidangan)

Ia menjelaskan, penundaan sidang pembacaan tuntutan terhadap Ahok yang diamini oleh Jaksa Agung tersebut tidak bisa serta merta dapat dilakukan, kecuali dinyatakan di dalam persidangan tanggal 11 April 2017 besok.

“Segala yang berkaitan dengan persidangan, termasuk apabila ada keinginan JPU menunda pembacaan surat tuntutan harus dilakukan di depan sidang, tidak bisa hanya dengan ucapan Jaksa Agung,” paparnya menjelaskan.

Untuk itu, Nasrulloh menyeru JPU untuk tetap melanjutkan persidangan demi tegaknya hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Sebab, JPU sudah menyatakan kesiapannya mengungkap bukti dan kesalahan petahana DKI Jakarta ini.

“Fakta-fakta yang terungkap di persidangan juga sudah lengkap membuktikan unsur-unsur tindak pidana penistaan agama. Sangat sayang jika sampai ditunda,” katanya praktisi hukum ini.

Lebih dari itu, ia juga berharap tanggal 11 April 2017 nanti, JPU sudah siap dengan surat tuntutannya sehingga tidak ada kesan di masyarakat bahwa Kejaksaan menunda pembacaan surat tuntutan demi melindungi Ahok dari pemberhentian sementara menjelang pemungutan suara pilgub DKI putaran II.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kapolda Metro Jaya, Irjen M Iriawan telah mengajukan permintaan kepada PN Jakut untuk menunda persidangan Ahok.

Kemarin, Jumat (7/4/2017) Jaksa Agung HM Prasetyo sepakat dengan permohonan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Iriawan kepada Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara agar menunda sidang lanjutan terdakwa penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Reporter: HA

Pemerintah Suriah Salahkan Kelompok Perlawanan Terkait Serangan Gas Beracun

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pemerintah Suriah melalui Duta Besarnya di Indonesia membantah pihaknya telah melakukan serangan gas beracun. Pemerintah Suriah malah menuding kelompok-kelompok bersenjata yang melakukannya.

Bantahan itu disampaikan dalam Pernyataan sikap tertulis yang diterima perwakilan Aliansi Merah Putih dari staff kedutaan besar Suriah pada Jumat (7/4/2017).

“Sesungguhya Republik Arab Suriah menolak keras tuduhan penggunaan senjata beracun baik di Khan Shaykhun atau di kota dan desa lainnya di wilayah Suriah manapun. Sungguh, bahwa tentara Republik Arab Suriah tidak menggunakan senjata seperti itu di berbagai peperangan yang sulit dalam memerangi kelompok teroris bersenjata,” katanya mengelak.

Aliansi Merah Putih Minta Pemerintah RI Fasilitasi Penyaluran Bantuan Untuk Suriah

Dalam pernyataan itu, pemerintah Suriah menuding kelompok perlawanan yang bekerja sama dengan Turki memasukkan bahan-bahan beracun ke Suriah dan melakukan serangan kimia.

“Kelompok teroris (perlawanan) bersenjata tersebut memasukkan bahan-bahan beracun ke Suriah termasuk ke Propinsi Idlib melalui negara-negara tetangga khususnya Turki dan selanjutnya mereka gunakan,” lanjutnya.

Namun, pernyataan itu dibantah tegas oleh Aliansi Merah Putih. Menurut salah satu perwakilannya, Muhammad Pizzaro, tidak mungkin kelompok perlawanan yang merupakan bagian dari rakyat Suriah melakukan serangan keji itu.

“Tidak mungkin warga Suriah membunuh saudaranya sendiri. Yang punya jet tempur siapa? Yang bisa menjatuhkan bom siapa? Jadi yang salah rezim atau bukan?” tegas Pizaro.

Reporter: Zuhal

Tak Berani Temui Massa, Aliansi Merah Putih: Kedubes Suriah Pengecut

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Sikap Duta Besar Suriah untuk Indonesia yang enggan menemui massa Aliansi Merah Putih Peduli Suriah dinilai sebagai tidakan pengecut. Pernyataan itu disampaikan salah satu orator, Muhammad Pizzaro saat berunjuk rasa di depan kantor Kedubes Suriah Kuningan, Jakarta siang tadi, Jumat (7/4/2017).

“Seperti pengecutnya mereka yang hanya berani membunuh anak-anak, orang tua dan perempuan. Kami hanya ingin bertemu dengan pihak kedutaan,” tegasnya.

Keengganan pihak kedutaan untuk menemui perwakilan massa dinilai Pizaro sebagai bukti ketakutan mereka karena mereka terlibat dalam pembataian tersebut.

“Ketidakhadiran mereka pada hari ini adalah bukti bahwa mereka ketakutan karena mereka terlibat dalam pembantaian itu. Kalau memang tidak salah, apa susahnya menemui kita,” kata Pizaro

Dalam kesempatan itu perwakilan massa hanya ditemui oleh staf kedutaan. Menariknya, kata Pizzaro, staf tersebut mengaku merasa sedih atas pembantaian yang terjadi di Idlib baru-baru ini.

“Ini membuktikan bahwa nurani tidak bisa dibohongi,” kata aktivis media itu.

Pizzaro juga mengatakan bahwa mereka hanya mendapat keterangan tertulis dari Kedubes Suriah yang berisi pernyataan sikap resmi Kedubes Suriah terkait serangan beracun.

Dalam pernyataan itu, kata Pizzaro, Kedubes Suriah mengelak pemerintahnya melakukan serangan gas beracun terhadap warga Idlib. Pemerintah Suriah justru menuding kelompok-kelompok bersenjata yang melakukannya.

“Yang punya jet tempur siapa? Yang bisa menjatuhkan bom siapa? Jadi yang salah rezim atau bukan?” tandas Pizaro.

Maka Aliansi Merah Putih dengan tegas menolak pernyataan sikap dari Kedubes Suriah itu.

Reporter: Zuhal

Aliansi Merah Putih Minta Pemerintah RI Fasilitasi Penyaluran Bantuan Untuk Suriah

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Aliansi Merah Putih Peduli Suriah mendatangi Kedutaan Besar Suriah untuk Indonesia di Kuningan, Jakarta, Jumat (7/4/2017). Mereka mengutuk serangan gas beracun oleh rezim Syiah Bashar Assad kepada rakyat Idlib beberap waktu lalu.

Dalam kesempatan itu mereka menyampaikan pernyataan sikap, diantaranya mendesak Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pernyatan sikap mengutuk tragedi HAM berat di Suriah.

“Mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Suriah yang menjadi korban kekerasan Basyar Assad,” tegas koordinator Aksi, Nurdin.

Aliansi Merah Putih juga menyeru masyarakat Indonesia untuk memanjatkan doa dan mengulurkan bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan warga Suriah.

Selanjutya, merka meminta PBB untuk segera melakukan tindakan nyata menghentikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan rezim Basyar Asad dan negara-negara lain yang terlibat dalam pembantaian rakyat sipil di Suriah.

“Menuntut PBB segera memberikan sanksi kepada rezim Basyar Asad dan negara-negara yang terlibat dalam pembantaian rakyat sipil Suriah sekalipun negara-negara tersebut anggota Dewan Keamanan PBB,” tegas Nurdin.

Akibat serangan gas beracun itu ratusan orang tewas dan lima ratusan lainnya terluka, termasuk anak-anak akibat serangan biadab ini. Serangan gas klorin yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur milik Rezim Bashar ini dinilai sebagai yang serangan terburuk dalam perang enam tahun di wilayah Idlib.

Menurut Kepala Direktorat Kesehatan Idlib, Munzir Khalil, hampir semua instalasi kesehatan diserang. Bahkan rumah sakit pusat yang telah mengobati 30.000 warga Suriah setiap bulan juga dihancurkan oleh rezim.

Reporter: Zuhal

Warga Jogja Antusias Ikuti Bincang Buku JIB Perjuangan yang Dilupakan

YOGYAKARTA (Jurnalislam.com) – Ratusan orang memadati acara bincang buku bertajuk sejarah yang digelar Penerbit Pro U Media pada acara Jogja Islamic Fair Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) baru-baru ini. Acara ini menghadirkan penulis buku ‘Perjuangan yang Dilupakan’, Rizki Lesus dan pembedah anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Yogyakarta Dr. Okrisal Eka Putra.

Penulis buku ‘Perjuangan yang Dilupakan’ Rizki Lesus menjelaskan latar belakang buku tersebut lahir, termasuk ada segelintir tudingan seperti umat Islam anti NKRI, Pancasila bahkan berbuat makar. “Padahal, sejarah berkata bahwa salah satu pihak yang berjuang menegakkan agama dan juga kemerdekaan adalah umat Islam yang dipimpin para ulama,” kata pendiri komunitas Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) ini.

Karenanya, Rizki bersama kawan-kawannya di komunitas JIB dengan laman jejakislam.net terus menyuarakan peran umat Islam yang terkesan terlupakan dalam penulisan sejarah nasional. Sedangkan Dr. Okrisal mengapresiasi buku Perjuangan yang DIlupakan sebagai ikhtiar untuk merawat ingatan perjuangan umat Islam.

“Karena kalau tidak kita tulis pasti hilang dan terlupa. Seperti kasus Supersemar, itu sampai sekarang tidak jelas. Kita harus belajar dari sejarah, pun dengan sejarah sekarang seperti Aksi-aksi Bela Islam itu harus ditulis, karena akan menjadi sejarah di masa yang akan datang,” tegasnya.

Dalam sesi tanya jawab, hadirin terlihat sangat antusias dengan banyaknya penanya dalam bincang buku ini. “Buku ini menjadi pengingat kita bahwa sangat besar peran umat Islam, dan sekarang bagaimana kita melanjutkan perjuangan mereka,” kata Dr. Okrisal.

Sumber: Rilis JIB