
Media Sekuler Serang Perda Syariah Lewat Kasus Ibu Saeni

MATARAM (Jurnalislam.com) – DPRD Kota Mataram mengkritisi edaran yang dikeluarkan Pemerintah Kota Mataram terkait larangan berjualan bagi warung makan pada siang hari Ramadan.Sebab, pada kenyataannya para pedagang makanan yang ada di pusat perbelanjaan seperti mal terkesan tidak tersentuh aturan.
“Kalau memang tidak boleh ya tidak boleh untuk semua, jangan pakai ada kecuali,” ungkap Ismul Hidayat, sekretaris Komisi III DPRD Kota Mataram dari PKS kepada wartawan, Senin (13/6/2016).
Sebagai wakil rakyat ia akan mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemkot. Soal larangan, edaran yang dibuat sebaiknya tegas dan berlaku kepada semua pedagang makanan. Jangan ada pengecualian seperti mall dan lain-lain.
“Kalau memang tidak boleh, ya tidak boleh sekalian,” tegasnya sebagaimana dilansir radarlombok.
Sikap toleran, katanya, juga harus benar-benar dimaknai dan dilaksanakan, jangan sampai makna toleransi dibalik, misalnya orang berpuasa harus menghormati orang yang tidak berpuasa.
Pemkot sudah memberikan toleransi kepada para pengusaha di mall untuk tetap bisa berjualan, tapi dengan catatan tidak melayani makan di tempat. Atas aturan ini pengusaha harus mengikutinya. “Mereka harus menghargai muslim yang ada di Mataram,” tukasnya.
Kalau sampai saat ini masih saja ada penjual makanan yang masih melayani makan ditempat, maka ini sudah salah satu bentuk pembangkangan dari pengusaha. “ Jelas pengusaha yang melayani makan ditempat ini tidak taat terhadap aturan,” ungkapnya.
Untuk itu pihaknya berharap Pol PP jangan tinggal diam. Pol PP harus segera turun tangan untuk memantau dan memberikan tindakan kepada rumah makan atau tempat makan yang buka di siang hari dan melayani makan di tempat.
“Jangan sampai Pol PP terlambat, lalu ada nanti kelompok-kelompok masyarakat yang bergerak melakukan aksi. Masyarakat juga diminta pro aktif untuk bisa melaporkan jika ada pengusaha yang membandel,” imbuhnya.
Sebelumnya pemerintah Kota Matatam, Nusa Tenggara Barat, telah mengeluarkan surat edaran (SE) kepada pedagang kaki lima, rumah makan, tempat hiburan serta aparat kelurahan hingga lingkungan dalam rangka Ramadhan 1437 Hijriyah.
Berdasarkan surat edaran tersebut, pemilik dan pengelola restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya hanya boleh menyediakan makanan dan minuman serta melayani pembeli mulai pukul 16.00-05.00 Wita.
Reporter: Sirath | Editor: Ally Muhammad Abduh
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling dinanti oleh seluruh umat Islam. semua menantikan dan menyambut kedatangan bulan Ramadhan, Dengan suka cita dan penuh harap, Kesadaran akan keutamaan bulan Ramadhan ini membuat orang berlomba-lomba mengisi bulan Ramadhan dengan aktivitas ibadah pendulang pahala. Syam Organizer sebagai lembaga kemanusiaan yang selama ini fokus pada kondisi umat Islam di bumi Syam khususnya Palestina dan Suriah mengajak umat Islam mewarnai Ramadhan agar lebih bermakna. Safari Ramadhan #2 akan digelar di 64 kota di Indonesia
“RAMADHAN BERMAKNA BERSAMA IMAM – IMAM PALESTINA”
#BANDUNG & TASIKMALAYA
RABU,Tgl 15 juni 2016
KAJIAN SHUBUH
Masjid Darul Arqom
kp.Taringgul Ds.Cisaruni kec.Padakembang Tasikmalaya
Bersama : syekh Husam Taher
mutarjim : Ust.furqon
TARAWIH
Masjid Al amin
saguling panjang kawalu Tasikmalaya
Bersama : syekh Husam Taher
mutarjim : ust.furqon
IFTHAR / Buka Bersama
Masjid Baitul Ihsan Yuppi
Jl. Soreang Banjaran KM.2 Sukarame
Bersama : syekh Imad Ahmad Muqod
mutarjim : Ust.pipih Imran Nursani .Lc
KAMIS,Tgl 16 juni 2016
KAJIAN SHUBUH
Masjid Daarul Muhajir
Komplek Bumi Asri Mekarrahayu Desa Mekarrahayu Kec. Margaasih Kab. Bandung
Bersama : Syekh Imad Ahmad Muqod
Mutarjim : Ust.Cep Muhammad Faqih.Lc
TARAWIH
Masjid Al – Lathiif
Jl. Saninten No. 2 Kota Bandung
Bersama : Syekh Imad Ahmad Muqod
mutarjim : Ust.Cep muhammad Faqih.Lc
TARAWIH
Masjid Syahiidan
Komplek Soreang Residence, Kel. Gandasari, Katapang Kab. Bandung
Bersama : Syekh Husam Taher
mutarjim : Ust.Bun bun mahbub.Lc
JUM’AT. Tgl 17 juni 2016
IFTHAR / Buka bersama
Masjid Manbaul Huda pesantren Persis no.110
Jl.Cijawura Girang III no.03 kel.sekejati kec.Buah Batu Bandung Bersama : Syekh Husam Taher
Mutarjim : Ust.Cep muhammad Faqih.Lc
TARAWIH
Masjid Istiqomah
Jl. Citarum No. 06 Kota Bandung
Bersama : Syekh Husam Taher
Mutarjim : Ust.Fathuddin
TARAWIH
Masjid Al Murabbi
Jl. Ir Sutami Kota Bandung
Bersama :Syekh Imad Ahmad Muqod
Mutarjim :Ust.Cep Muhammad Faqih.Lc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
organized by :
www.syamoraganizer.com
supported by :
https ://www.facebook.com/sahabatsyambandung
“barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya”
(HR.Muslim)
BANYUWANGI – Baru-baru ini tersebar di media sosial seorang pemilik akun Facebook, Bagus Panji menghina Nabi Muhammad SAW dalam statusnya. Hal tersebut membuat Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi berang.
Mereka menanggapi serius soal penghinaan tersebut dan akan melaporkan ke polisi jika pemilik akun facebook Bagus Panji tidak mengklarifikasi pernyataannya itu.
“Kalau memang pemilik akun Facebook, Bagus Panji tidak meminta maaf. Kami siap teruskan permasalahan ini ke ranah hukum,” tegas Muhammad As’adi, ketua GP Ansor Kecamatan Sempu, Ahad (12/6/2016).
Bagus Panji yang diduga Berasal dari Kabupaten Banyuwangi juga dinilai As’adi bisa membuat nama Banyuwangi tercoreng. Sementara itu, kehebohan akibat postingan Bagus Panji terus berlanjut di facebook. Di grup facebook Banyuwangi Bersatu misalnya yang terus ramai mengomentari permasalahan ini.
Akhirnya meminta maaf
Pemilik akun Facebook Bagus Panji, yang sebelumnya mencaci maki nabi Mumammad SAW, akhirnya meminta maaf. Ungkapan penyesalan melalui video yang diunggah melalui media sosial tersebut langsung menjadi viral.
“Saya Bagus Panji dengan ini menyatakan diri untuk mohon maaf dengan sebesar-besarnya atas kekelirun saya, atas kekhilafan saya, atas kesalahan saya dalam berkomentar atas postingan semalam,” ucap Bagus Panji dalam video dengan terbata-bata, Ahad (12/6/2016) malam.
Meski telah meminta maaf, para netizen sepertinya masih tidak terima dengan perbuatan pemuda asal Desa Benelan Lor, Kecamatan Kabat, Banyuwangi ini. Peselancar dunia maya terus melempar komentar hujatan. Kebanyakan dari mereka mendesak Bagus panji bisa diproses secara hukum, karena perbuatannya telah melecehkan agama Islam.
“Harus diproses hukum, biar tak ada lagi yang mengulangi perbuatan yang sama,” ucap pemilik FB Rizki Yuslin dalam bahasa Jawa mengomentari postingan video permintaan maaf Bagus Panji yang di share oleh pengguna Facebook Firman Putra Barzhet.
Emosi para netizen ini sepertinya memang cukup beralasan. Dalam postingan sebelumnya, Bagus Panji memang telah mencaci maki nabi Muhammad SAW dan bulan suci Ramadhan.
“Ramadan asu ajarane nabi Muhammad, iki ayo dituntut nabi Muhammad, ajarane malah nyusahne wong kate golek rejki ae, nabi Muhammad asu,” begitu tulis Bagus Panji dalam postingannya.
Reporter: Budi | Editor: Ally Muhammad Abduh
JEMBER (Jurnalislam.com) – Rizka Ayu Husnia, seorang guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, mengembalikan seluruh tunjangan fungsional (TF) yang dia terima beberapa waktu lalu. Sikap itu sebagai bentuk protes terhadap aksi pungutan liar (pungli) yang dilakukan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Kecamatan Wuluhan, melalui lembaga sekolahnya.
“Saya mengembalikan semuanya, sejumlah Rp 950 ribu. Uang itu saya kembalikan melalui kepala sekolah saya,” ujarnya sebagaimana dilansir JemberTIMES, Ahad (12/6/2016).
Menurutnya, KKM Kecamatan Wuluhan melalui lembaga sekolahnya memungut biaya Rp 200 ribu bagi guru penerima TF, pungutan itu digunakan untuk mengurus berbagai persyaratan guru penerima TF oleh KKM setempat ke Seksi Pendidikan Madrasah di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Jember.
Guru yang telah mengabdi selama 6 tahun ini menganggap, pungutan yang dilakukan KKM menyederai semangat kejujuran dalam pendidikan. Sebab menurutnya, selama ini tak pernah ada penjelasan resmi dari pihak sekolah maupun KKM mengenai peruntukan dana yang dikutip dari guru tersebut.
“Apa yang saya alami ini, bisa jadi merupakan fenomena gunung es, sehingga saya mengawalinya agar guru madrasah yang lain juga ikut menolak pungutan tersebut,” pungkasnya.
Reporter: Budi | Editor: Ally Muhammad Abduh
BIMA (Jurnalislam.com) – Syam Organizer, NGO yang fokus pada bantuan kemanusiaan untuk umat Islam di bumi Syam kembali menggelar tabligh akbar dan penggalangan dana. Tabligh Akbar bertema Ramadhan Bermakna Bersama Palestina itu diselenggarakan di Masjid Baitul Makmur, Jalan Seroja Kelurahan Na’e, Kecamatan Rasana’e Barat, Kota Bima, Ahad (12/6/2016)
Ustadz Dodi, selaku perwakilan Syam Organizer menyatakan, tujuan diadakannya acara ini adalah agar kita semua bisa saling bersilaturrahim dan saling mengenal sesama khususnya di bulan yang penuh berkah.
“Selain itu kami juga mengabarkan keadaan terkini saudara kita sesama muslim yang berada di Palestina, dimana hari ini mereka semakin terdzolimi oleh sikap dan perilaku dari kaum Yahudi dan orang-orang kafir,” terangnya.
Terlebih di Palestina merupakan tempat suci kedua umat Islam, yaitu Masjid Al Aqsa yang menjadi tanggung jawab umat Islam untuk mengembalikannya kepada pangkuan kaum muslimin.
Ustadz Dodi juga mengungkapkan, di Palestina masih banyak anak-anak yatim yang kelaparan karena terus mendapat intimidasi dari orang-orang kafir disana, lanjutnya.
“Musibah Palestina adalah musibah terbesar bagi kaum muslimin karena Palestina adalah negeri yang suci dan yang pantas untuk memilikinya adalah umat islam. Maka mari kira renungkan apa yang telah kita perbuat untuk menyelamatkan masjid Al-Aqso dan Palestina,” cetusnya.
Reporter: Sirath | Editor: Ally Muhammad Abduh
SUKOHARJO (Jurnalislam.com) – DKM Masjid At Tiin, Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, menggelar Pengajian Berbuka bersama ketua Dewan Syari’ah Kota Surakarta (DSKS), ustadz Muinudinillah Basri, MA, Ahad (12/6/2016).
Ustadz Muin menjelaskan tentang pentingnya jama’ah yang sesuai dengan manhaj ahlu sunnah yang bukan hanya sekedar slogan.
“Banyak orang yang berjamaah tapi gak tahu jamaahnya mau dibawa kemana, ada orang yang gak suka bila kita membongkar kesesatan Syiah, masih banyak gak yang membela Syiah? Masih” ucapnya.
Ustadz Muin mengatakan, umat Islam yang berada dalam salah satu jamaah dalam jamaah umat Islam menjadi orang yang mudah mengkafirkan orang yang bukan kafir. Dirinya mengutip surat Ar Rum ayat 30 Tegakkan wajah anda untuk mengikuti dinul Islam dengan lurus yang sifatnya hanif.
“Jangan mudah mengkafirkan orang Islam tapi juga jangan kristen dianggap Islam. Pokok ajaran Islam ada dalam sunnah Nabi, jangan bikin yang baru. Apa itu? Kalau gak bai’at kafir, itu kan bikinan baru” tegasnya.
Untuk itu, ustadz Muin mengimbau, untuk mewarisi dienul Islam jangan sampai dikotori dengan pemikiran nyeleneh, yang diantaranya menentang kesepakatan ijma’ kaum muslimin.
“Diantara ijma’ kaum muslimin itu Qur’an suci tidak ada kekurangan sedikitpun. Ini harus kita pegang betul. Kalau ada Syiah yang ngomong Qur’an itu dikurangi, liberal mengatakan Qur’an itu sudah berubah maka mereka akan masuk Islam,” tandasnya.
Reporter: Dyo | Editor: Ally Muhammad Abduh
LUMAJANG (Jurnalislam.com) – Untuk mendukung kekhusyuan umat Islam dalam melaksanakan ibadah Shaum Ramadhan, Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Lumajang akan melakukan sweeping selama bulan puasa penuh ke tempat-tempat yang rawan dijadikan ajang mesum, miras,dan kegiatan maksiat lainnya.
“Seperti di Bebekan Karangbendo, sudah kita datangi, kita tertibkan. Di sana ada 10 rumah sebelumnya, kini tutup semua kecuali satu rumah yang terbukti buka praktek,” ujar Basuni selaku kepala Satpol PP Lumajang kepada wartawan, Ahad (12/6/2016)
Setelah selesai sweeping di Bebekan Karangbendo, petugas bergerak menuju daerah Sumbersuko, Besuk. Namun di sana tak ditemukan adanya WTS. “Artinya, sekarang Lumajang sudah tak ada penghuni WTS,” katanya.
Pihaknya, lanjut Basuni, bekerja sama dengan aparat keamanan dan sejumlah elemen masyarakat untuk melakukan operasi gabungan di malam hari.
“Dengan instutusi ini kita juga datangi tempat-tempat yang dijadikan kumpul anak-anak muda dan tercium ada aksi mabuk-mabukan misalnya,” pungkasnya.
Reporter: Budi | Editor: Ally Muhammad Abduh
SITUBONDO (Jurnalislam.com) – Bekas lokalisasi terbesar di Situbondo Gunung Sampan (GS), selama bulan Ramadhan ini mulai ditinggal penghuninya. Beberapa wisma yang sebelumnya dikabarkan masih menjadi tempat praktek pelacuran terselubung mendadak kosong tak berpenghuni. Saat sejumlah wartawan ikut menyisir tempat tersebut, hanya nampak beberapa rumah yang masih terbuka karena penghuninya adalah warga setempat.
Beberapa warga mengaku, sebenarnya Pemkab Situbondo harus memanfaatkan bulan suci Ramadhan ini untuk menutup tempat pelacuran secara permanen. Pihak aparat terkait harus melakukan pengawasan pada bulan Ramadhan agar tak ada lagi pelacur yang masuk ke wilayah itu.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Satpol PP Situbondo Agung Wintoro mengatakan, selama Ramadhan penjagaan di bekas lokalisasi GS telah dilakukan selama 24 jam. “Ada petugas gabungan yang berjaga secara bergantian,” katanya, Ahad (12/6/2016).
Agung menambahkan, selain bekas lokalisasi GS, pihaknya juga melakukan penjagaan serupa di bekas lokalisasi Bandhengan. Pihaknya menyiapkan personil Satpol PP, yang bertugas melakukan patroli rutin ke warung remang-remang.
Reporter: Budi | Editor: Ally Muhammad Abduh
JURNALISLAM.COM – 12 tahun silam, saat saya baru lulus kuliah, saya sudah menemukan konsep baru yang sangat membingungkan ini: Orang-orang berpuasa diminta menghormati orang-orang yang tidak berpuasa. Maka, saat ramadhan datang, apa salahnya jika tempat-tempat hiburan tetap buka, rumah makan tetap beroperasi penuh, dsbgnya. Apa salahnya jika klub malam tetap beroperasi. Toh, mereka juga mencari makan, nafkah dari bisnis mereka.
Saya membaca tulisan itu di milist (jaman itu belum ada media sosial). Saya masih muda, masih tidak berpengalaman. Saat membaca tulisan tersebut, aduhai, isinya masuk akal sekali. Benar loh, kan kita berpuasa itu disuruh menahan diri, agar jadi lebih baik, masa’ kita akan tergoda saat melihat warung buka, masa’ kita akan tergoda saat melihat tempat hiburan ada di mana-mana? Full beroperasi. Kalau masih, berarti puasa kita nggak oke.
Itu logika yang masuk akal sekali. Tapi saya bersyukur, saya tidak pernah membiarkan “logika” sendirian saat menentukan prinsip-prinsip yang akan saya gigit. Saya selalu memberikan kesempatan mendengarkan pendapat lain.
Baik. Itu mungkin masuk akal, orang-orang berpuasa disuruh menghormati orang-orang tidak berpuasa, tapi di mana poinnya? Apakah orang-orang yang berpuasa mengganggu kemaslahatan hidup orang-orang tidak berpuasa? Apakah orang-orang berpuasa ini punya potensi merusak? Sehingga harus ada tulisan, himbauan, pernyataan:
“Kalian yang puasa, hormatilah orang yang tidak berpuasa.”
No way, man, itu logika yang bablas sekali. Saya tahu, ada banyak razia penuh kekerasan dilakukan kelompok tertentu atas tempat-tempat hiburan, warung-warung, dll. Tapi itu bukan cerminan kelompok besar muslim di negeri ini. Kelompok besarnya, bahkan tidak suka dengan cara-cara penuh kekerasan ini, pun tidak suka dengan kelompok ini.
Lantas siapa yang seharusnya menghormati?
Default dalam situasi ini adalah: ingatlah baik-baik, ramadhan itu sudah ribuan tahun usianya, 1.434 tahun tepatnya. Bahkan perintah shaum, itu hampir seusia manusia di bumi ini, agama-agama terdahulu juga memilikinya. Kalau itu sebuah tradisi, maka dia lebih tua dibanding tradisi apapun yang kalian kenal, silahkan sebut tradisinya, puasa lebih tua.
Maka, tidak pantas, manusia yang usianya paling rata-rata hanya 60 tahun, tiba-tiba mengkritisi puasa, memandangnya sebagai sesuatu yang artifisial, tidak penting, dsbgnya. Ramadhan adalah bulan paling penting dalam agama Islam, jelas sekali posisinya.
Sama dengan sebuah komplek, itu komplek sudah 1.434 tahun punya tradisi tidak boleh memelihara hewan peliharaan. Kemudian datanglah keluarga baru, membawa hewan yang berisik sekali setiap malam. Siapa yang disuruh menghormati? Wow, warga satu komplek yang disuruh menghormati keluarga dengan hewan berisik?
Demi alasan egaliter, HAM, kesetaraan, kebebasan, dan omong kosong lainnya. Kalian tahu, ketika orang2 tidak punya argumen substantif dalam hidup ini, maka senjata mereka memang hanya itu: kebebasan.
Amunisi paling mudah saat melawan agama adalah: kebebasan. Hingga lupa, siapa sih yang over sekali menyikapi situasi ini?
Karena sejatinya, tidak ada pula yang menyuruh warung-warung full tutup, warung makan cukup diberikan tirai saat bulan Ramadhan, semua baik-baik saja. Itu lebih dari cukup. Lantas soal klub malam? Diskotik? Tempat menjual minuman keras?
Kalian punya 11 bulan untuk melakukannya, diminta libur sebulan, apa susahnya? 11 bulan orang lain menghormati kalian melakukannya, maka tiba giliran 1 bulan, apa susahnya mengalah? Tidak perlu sampai ribut, sampai berantem, sampai dirazia, cukup kesadaran diri saja. Tidak ada yang meminta kalian tutup 12 bulan.
Kusutnya masalah ini, kadang yang mengotot sekali justeru sebenarnya beragam Islam. Orang-orang yang beragama lain, sudah otomatis menyesuaikan diri. Saya punya banyak teman-teman non Islam, saat mereka makan siang, mereka dengan sangat respek minta ijin, bisa menempatkan diri dengan baik.
Hampir semua agama itu punya ibadah yang harus dihormati. Di Bali misalnya, saat Nyepi, mau agama apapun, semua orang diminta menghormati Nyepi. Tidak ada alasan: kebebasan, boleh dong saya hura-hura saat Nyepi.
Saya tahu, silahkan saja jika kalian tetap punya tapi, tapi dan tapi. Saya hanya mengingatkan: sekali orang-orang mulai terbiasa membolik-balik logika, dalam urusan ini, hanya soal waktu, besok lusa akan ada yang bilang: adzan di masjid itu mengganggu.
Kemudian orang-orang akan mengangguk, mengamini, benar juga ya, kenapa harus teriak-teriak sih adzannya? Kenapa harus pakai speaker? Kan bisa pakai SMS, miskol, dll. Itu pemeluk agama Islam kok bego banget, tidak tahu teknologi.
Saat itu terjadi, maka silahkan tanggung dosanya, wahai kalian, orang-orang yang bangga sekali dengan logika hidupnya. Bangga sekali dengan kepintarannya berdebat, kalian –mungkin tanpa menyadarinya– telah memulai menggelindingkan bola salju agar orang-orang lain mulai meninggalkan agamanya.
Terakhir, ada jutaan anak-anak kami yang baru belajar puasa ramadhan ini, saat mereka pulang sekolah TK, SD, saat mereka habis-habisan menahan haus dan lapar, maka jika kalian yang keblinger sekali pintarnya tidak bisa melihat mozaik besar ramadhan, maka lihatlah anak-anak ini, mereka sedang berusaha taat melaksanakan perintah agama–bahkan saat mereka belum tahu-menahu. Hormatilah anak-anak kami ini. Jangan suruh mereka menghormati orang-orang yang tidak berpuasa.
Penulis: Tere Liye