Adakan Sekolah Advokasi, IPM Jabar Berharap Jadi Jembatan Kaum Mustadz’afin

Puluhan pelajar Muhammadiyah mengikuti Sekolah Advokasi Pelajar di Gedung Islamic Centre Sumedang, Jawa Barat, Kamis (21/7/2016)
Sejumlah Pelajar Muhammadiyah dari berbagai sekolah Muhammadiyah se-Jawa Barat mengikuti Sekolah Advokasi Pelajar di Gedung Islamic Centre Sumedang, Jawa Barat, Kamis (21/7/2016)

SUMEDANG (Jurnalislam.com) – Sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas emosional, intelektual dan sosial dari pelajar Muhammadiyah Jawa Barat, Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Jawa Barat mengadakan Sekolah Advokasi. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari terhitung sejak Kamis hingga Sabtu, 21-23 Juli 2016 di Gedung Islamic Centre Sumedang, Jawa Barat.

Dengan mengusung tema “Advokasi Pelajar Sebagai Solusi Jembatan Kaum Mustad’afin”, sekolah advokasi ini diharapkan dapat melahirkan lulusan yang sanggup menjembatani kaum mustad’afin (kaum tertindas) sebagaimana yang dituliskan dalam Al Qur’an Surat An Nisa ayat 9.

“Pelajar hari ini harus bisa menjadi jembatan bagi kaum yang tertindas (mustad’afin) serta bisa membenarkan sistem yang menyebabkan penindasan (istid’af) tersebut, serta tidak lupa sekaligus menyadarkan penindas tersebut mustad’if),” tutur Ketua Pelaksana Sekolah Advokasi, Muhammad Ihsan Abdussami. Kamis (21/7/2016).

Menurut Ihsan, pelajar Muhammadiyah hari ini harus bisa menjadi problem solver dari segala permasalahan yang ada di sekitarnya, khususnya terhadap isu-isu yang berkaitan dengan kepelajaran.

Kegiatan yang diikuti oleh 31 orang peserta yang merupakan perwakilan dari tiap-tiap Pimpinan Daerah IPM se-Jawa Barat ini dihadiri langsung oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Prof Dr. Mahmud Syafi’i M.Pd serta Ketua Pimpinan Daerah Muhmmadiyah Sumedang dan Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Sumedang.

“Selain itu, saya pun tidak lupa menghaturkan beribu terimakasih kepada Ayahanda PWM Jabar yang telah menghadiri kegiatan sekolah advokasi ini, dan tidak lupa kepada keluarga besar Muhammadiyah Sumedang yang telah memfasilitasi beberapa kebutuhan dalam kegiatan ini,” terangnya.

Selaras dengan itu, Ketua Umum PW IPM Jawa Barat, Hafizh Syafa’aturrahman mengatakan pelajar Muhammadiyah hendaknya selalu menjaga akhlaq, karena ketika seseorang sudah memiliki akhlaq yang baik maka akan menunjang segala aspek kehidupan termasuk penerapan nilai advokasi yakni pembelaan terhadap kaum mustad’afin.

“Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Barat haruslah bisa menjadi role model bagi pelajar-pelajar lain di Jawa Barat bahkan di tingkat Nasional, dan senantiasa menjadi uswatun hasanah bagi sekitarnya,” kata Hafizh.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PWM Jawa Barat, Prof. Dr. Mahmud Syafi’i merasa bangga dengan kepedulian IPM Jawa Barat terhadap kaum Mustad’afin yang sering dilupakan itu. Ia mengatakan bahwa IPM Jawa Barat haruslah menjalankan tri dimensi kader (pelopor, pelangsung, penyempurna amanah) pada segala ranah, apalagi yang berkaitan dengan pembelaan kaum mustad’afin.

“IPM sebagai pionir bangsa haruslah bisa selalu tampil terdepan dalam membela islam, dan membela kaum mustad’afin pun termasuk kedalam kategori tersebut. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain,” tandas Prof Mahmud.

Kontributor: Wanda Aprilia | Editor: Ally Muhammad Abduh

IPM Kabupaten Tasikmalaya Deklarasikan Gerakan Baca dan Anti Nyontek

Ratusan Pelajar Mengikuti Deklarasi Gerakan Baca dan Anti Nyontek Se- Kab Tasikmalaya
Ratusan Pelajar Mengikuti Deklarasi Gerakan Baca dan Anti Nyontek Se- Kab Tasikmalaya

TASIKMALAYA (Jurnalislam.com) – Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Tasikmalaya mendeklarasikan Gerakan Baca dan Anti Nyontek di kampus Muhammadiyah Cikedokan Singaparna, Rabu (20/7/2016). Acara tersebut digagas oleh Pimpinan Daerah IPM Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan rangkaian kegiatan dalam pengenalan lingkungan sekolah atau FORTASI (Forum Ta’aruf dan Orientasi) istilahnya di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Deklarasi dihadiri oleh para pelajar dari berbagai sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Tasikmalaya diantaranya SMA Muhammadiyah Singaparna, MTs Muhammadiyah, Pondok Pesantren At-Tajdid, dan SD Muhammadiyah Singaparna yang disaksikan oleh para guru. Acara ini pula didukung oleh organisasi otonom Muhammadiyah, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tasikmalaya.

Di hari pertama para siswa telah diamanatkan untuk membawa buku yang akan dihibahkan untuk rumah baca pelajar. Pra-deklarasi pun mereka melakukan simulasi Reading Group yang menandakan bahwa para siswa harus menanamkan budaya membaca di sekolah, salah satu strateginya dengan membuat reading group yang diiringi dengan apresiasi seni dari siswa-siswa baru sehingga membaca tidak lagi menjadi sebuah hal yang kaku dan membosankan.

“PD IPM menggagas deklarasi ini diantaranya untuk menstimulus para pelajar supaya membumikan gerakkan iqro (baca) sebagai salah satu usaha untuk mengimplementasikan wahyu Allah yang pertama dan sebagai upaya menghindari budaya mencontek yang sudah mendarah daging di kalangan pelajar,” ungkap Ketua Umum PD IPM Kabupaten Tasikmalaya, Gigin Dzulgina.

Gigin menegaskan bahwa deklarasi bukan simbolik dan seremonial, melainkan ada agenda lanjutan yakni mengoptimalkan sarana rumah baca pelajar PD IPM Kabupaten Tasikmalaya yang didalamnya terdapat agenda-agenda variatif seperti reading group, diskusi, bedah film, resensi buku, apresiasi seni, dan perpustakaan keliling.

“Itu kami lakukan sebagai bentuk counter culture dari budaya-budaya barat yang sangat menghegemoni dan menjerumuskan para pelajar berprilkau konsumtif, hedonis dan individualis,” terang Gigin.

Senada dengan itu, Ketua Bidang Perkaderan IPM Muhammadiyah Kabupaten Tasikmalaya, Fikri Zainur menyatakan bahwa ia bersama jajaran pimpinan akan senantiasa mendampingi masa pengenalan lingkungan sekolah dari awal sampai akhir agar acara ini berkesan, bermanfaat dan jauh dari perpeloncoan baik itu yang bersifat fisik maupun verbal.

“Pendampingan dalam setiap event di sekolah-sekolah merupakan tanggung jawab kami sebagai pimpinan, hal ini dilakukan agar kegiatan lebih berorientasi pada hal-hal yang substantif dan kontinyu, tidak hanya seremonial dan temporari. Oleh karena itu pada FORTASI ini kami mendorong para pelajar untuk giat membaca dan membumihanguskan tradisi contek-mencontek,” papar Fikri.

Reporter: Fizay | Editor: Ally Muhammad Abduh

Ustadz Muhammad Achwan: Gagalnya Kudeta Turki Karena Sosok Pemimpin yang Dicintai Rakyatnya

Jutaan Rakyat Turki Turun ke Jalan Melawan Kudeta Atas Pemerintahan Erdogan
Jutaan Rakyat Turki Turun ke Jalan Melawan Kudeta Atas Pemerintahan Erdogan

TASIKMALAYA (Jurnalislam.com) – Gagalnya upaya kudeta militer di Turki terhadap pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (15/7/2016) dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah karena sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya. Pernyataan itu disampaikan Amir Jamaah Ansharusy Syariah, ustadz Muhammad Achwan menanggapi kudeta militer Turki yang berhasil digagalkan dalam beberapa jam saja.

“Meski didukung dengan kekuatan militer yang cukup besar, tapi kudeta itu tetap gagal. Penyebab utama kegagalannya adalah karena faktor pemimpin yang dicintai rakyatnya,” katanya usai menghadiri pertemuan bulanan Jamaah Ansharusy Syariah Jawa Barat di Tasikmalaya, Ahad (17/7/2016).

Meski alasan kudeta masih belum terungkap, ustadz Achwan melihat kepedulian Erdogan terhadap Islam cukup tinggi, hal itulah yang menjadi penyebab kenapa Erdogan dikudeta, meskipun akhirnya gagal.

“Makanya kalau muncul dalam diri seorang pemimpin itu kepedulian kepada Islam akan dihabisi oleh mereka. Dan ini sebagai tanda-tanda akan munculnya kekhalifahan, memang kita tidak tahu. Tapi kegagalan kudeta itu adalah karena pemimpin ini (Erdogan-red) dicintai oleh rakyatnya,” tegasnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, sekuat apapun pemberontakan terhadap satu pemerintah, kalau rakyat yang merespon Insya Allah pemerintahan itu akan tetap kuat.

“Pertanyaannya adalah bagaimana kita bica menciptakan pemimpin yang dicintai rakyatnya yang itu akan membawa kesejahteraan dan kekuatan,” pungkasnya.

Reporter: HBQ | Editor: Ally Muhammad Abduh

Syawalan, IMS Gelar Layanan Kesehatan Gratis untuk Korban Erupsi Sinabung dan Longsor Purworejo

Syawalan, IMS Gelar Layanan Kesehatan Gratis untuk Korban Erupsi Sinabung dan Longsor Purworejo
Syawalan, IMS Gelar Layanan Kesehatan Gratis untuk Korban Erupsi Sinabung dan Longsor Purworejo

JAKARTA (Jurnalislam.com) Momen Syawal 1437 Hijriyah digunakan tim Islamic Medical Service (IMS) memberikan layanan kesehatan gratis bagi korban Gunung Sinabung, Sumatera Utara serta tanah longsor Purworejo, Jawa Tengah.

Pelayanan kesehatan bagi korban erupsi Gunung Sinabung berlangsung pada 9-10 Juli 2016. Pada aksi sosial ini tim IMS menurunkan empat personil medis.

Hari pertama, Sabtu (9/7/2016) IMS menggelar pelayanan kesehatan di posko pengungsian di Sigarang-garang. Sebanyak 98 pengungsi mendapat penanganan medis dari IMS.

Kemudian hari kedua, Ahad (10/7/2016) layanan kesehatan dilakukan di Gedung KNPI Kabanjahe. Sebanyak 87 pengungsi mendapat layanan kesehatan IMS.

Salah satu koordinator posko pengungsi, Sidabutar (48) mengatakan, “Bantuan kepada kami sudah mulai berkurang karena musibah ini sudah terlalu lama terjadi. Layanan kesehatan yang ditempatkan adalah para bidan dengan obat-obatan yang terbatas. Kami berterima kasih kepada IMS karena sudah mau datang kemari untuk kesekian kalinya.”

Selain memberikan layanan kesehatan kepada para pengungsi, IMS juga menyampaikan amanah dari donatur berupa bantuan sembako. Saat ini, dari informasi yang diperoleh IMS di lapangan, masih ada 9.200 pengungsi yang tersebar di sembilan lokasiberbeda yang membutuhkan bantuan.

Korban Longsor Purworejo

Sementara itu, IMS juga menggelar layanan kesehatan untuk korban longsor di Purworejo pada 16-17 Juli 2016. Longsor Purworejo terjadi beberapa hari menjelang Lebaran.

Lokasi pertama layanan kesehatan IMS dilakukan di dusun Gambasan. Tercatat sebanyak 20 warga mendapatkan layanan kesehatan IMS.

Lokasi kedua di Desa Sibatur. Sebanyak 23 warga terlayani dengan baik. Kemudian layanan kesehatan dilakukan di masjid Al Furqon Desa Ngesong,Kecamatan Kaligesing. Sebanyak 23 warga datang berobat. Selain mengobati para pasien, di lokasi ini IMS menyerahkan bantuan berupa peralatan sholat untuk warga dan masjid.

Pada hari kedua di Purworejo hanya dua lokasi yang dapat dijangkau IMS yakniDesa Tlogorejo dan Desa Sidomulyo. Di Tlogorejo tercatat 45 warga yang mendapatkan layanan kesehatan. Sidomulyo sebanyak 13 warga. Sebagian besar pasien mengeluhkan hipertensi, rematik, flu, pegal-pegal, dan gatal-gatal.*

Sumber: Rilis IMS | Editor: Ally Muhammad Abduh

Penduduk Miskin di NTB Bertambah 2.150 Jiwa

pasar-murahMATARAM (Jurnalislam.com) – Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat (NTB) merilis jumlah penduduk miskin pada Maret 2016 mencapai 804.440 orang atau bertambah 2.150 orang dibanding keadaan pada September 2015 sebanyak 802.290 orang.

“Tapi jika dibandingkan dengan Maret 2015, jumlah penduduk miskin di NTB berkurang 19.450 orang,” kata Kepala Bidang Statistik Sosial, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Sunarno, di Mataram, Senin (18/7/2016) sebagaimana dilansir antara.

Menurut dia, bertambahnya penduduk miskin pada Maret 2016, disebabkan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), sehingga memicu inflasi yang cukup tinggi.

Selama periode September-Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar 794 orang, berbeda dengan di daerah perdesaan berkurang sebanyak 578 orang.

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Kondisi ini terjadi di perkotaan dan perdesaan.

Pada Maret 2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,27 persen untuk perkotaan dan 76,38 persen untuk daerah perdesaan.

Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan adalah beras sebesar 27,85 persen di perkotaan dan 33,93 persen di perdesaan.

“Beras, telur ayam ras, mi instan dan bawang merah memberi pengaruh besar terhadap kemiskinan di NTB pada Maret 2016,” ujarnya.

Pada periode September 2015-Maret 2016, kata dia, indeks kedalaman kemiskinan (P1), mengalami peningkatan dari 2,725 pada September 2015, menjadi 3,002 pada Maret 2016.

Hal itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk sedikit bertambah.

Begitu juga indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami peningkatan dari 0,726 pada September 2015, menjadi 0,774 pada Maret 2016.

“Dengan meningkatnya P2, berarti kesenjangan di antara penduduk miskin semakin bertambah,” kata Sunarno.

Reporter: Sirath | Editor: Ally Muhammad Abduh

Pemkot Bima Gelar Deklarasi Anti Radikalisme dan Terorisme

Walikota Bima H Quraish H. Abidin

Bima (Jurnalislam.com) –Pemerintah Kota Bima menggelar acara Deklarasi Anti Radikalisme dan Terorisme di Lapangan Merdeka (Serasuba) Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Selasa (19/7/2016).

Walikota Bima H Quraish H. Abidin mengatakan, acara tersebut digelar untuk menekan angka tindakan radikalisme dan terorisme di wilayah Kota Bima.

”Masyarakat pada hari ini sudah ikut terprovokasi dengan isu setiap kali ada tindakan radikalisme apalagi terorisme, sehingga nama Bima selalu disebut setiap ada kejadian-kejadian seperti itu. Apalagi Bima hari ini dianggap sebagai daerah zona merah, ini adalah merupakan sebuah legalitas yang cukup mencengangkan, kasihan anak cucu kita nanti,” jelasnya kepada wartawan.

Oleh sebab itu, Quraish mengajak seluruh elemen masyarakat Bima untuk bersatu melawan aksi radikalisme dan terorisme yang dinilainya tidak akan menguntungkan siapapun malah justru akan merugikan orang lain.

“Mari kita jalin silaturrahim, kita jalankan agama kita masing-masing sesuai dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran yang benar karena negara kita adalah negara yang menghormati perbedaan,” ujarnya.

Deklarasi tersebut berisi tiga poin, diantaranya: Pemerintah Kota Bima menyatakan menolak adanya paham radikalisme dan terorisme, melawan dan memerangi segala paham dan aksi radika;lisme dan terorisme, serta siap berperan serta aktif dalam pencegahan segala paham radikalisme dan terorisme.

Pengumpulan tanda tangan dukungan atas Deklarasi Anti Radikalisme dan Terorisme

Selain deklarasi, panitia juga menggelar aksi pengumpulan tanda tangan sebagai bukti dukungan atas deklarasi tersebut. Ratusan tanda tangan tertoreh diatas kain putih berukuran 5 meter.

“Ini adalah merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kota Bima dengan sukses digelarnya acara deklarasi ini. Yang terpenting pada hari ini adalah mari kita bangkit untuk melawan setiap tindakan radikalisme dan terorisme,” tegas Quraish.

Reporter: Sirath | Editor: Ally Muhammad Abduh

 

Inilah 5 Poin Kesepakatan MTJB-GMJ Tentang Calon Gubernur Muslim Jakarta

Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) dan Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah untuk Gubernur Muslim Jakarta (MTJB-GMJ)
Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) dan Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah untuk Gubernur Muslim Jakarta (MTJB-GMJ)

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) dan Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah untuk Gubernur Muslim Jakarta (MTJB-GMJ) pagi ini, Selasa (19/7/2016) merilis Pernyataan Bersama terkait Calon Gubernur Muslim bagi Jakarta.

Salah satu poin pernyataannya, MTJB-GMJ bersepakat untuk menggalang partisipasi penuh umat Islam dalam suksesi DKI dengan kandidat pasangan calon dari kalangan umat Islam.

Berikut isi Pernyataan Bersama MTJB-GMJ selengkapnya:

PERNYATAAN BERSMA

Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) dan Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah untuk Gubernur Muslim Jakarta (MTJB-GMJ)

tentang Calon Gubernur Muslim bagi Jakarta

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bismillahirrahmanirrahim

Memahami bahwa hak konstitusi umat Islam sangat strategis menentukan arah ideologi berbangsa dan bernegara

Menyadari betapa pentingnya kepemimpinan umat Islam di Jakarta sebagai perintah agama dan dalam rangka mencegah munculnya mudharat yang merusak kehidupan umat Islam khususnya di DKI Jakarta, kami para penanggung jawab dalam Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) dan Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah untuk Gubernur Muslim Jakarta (MTJB-GMJ) menyatakan:

  1. Sepakat untuk menggalang partisipasi penuh Umat Islam dalam kontestasi suksesi DKI dengan kandidat pasangan calon dari kalangan umat Islam yang akan maju sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
  2. Sepakat untuk mengajak berbagai elemen tokoh/lembaga umat Islam yang ada di Jakarta untuk berjuang bersama dalam mengikhtiarkan terwujudnya poin satu di atas.
  3. Sepakat untuk meningkatkan komunikasi politik dengan para pimpinan partai politik yang ada dalam mewujudkan poin satu di atas.
  4. Sepakat untuk mengajak seluruh umat Islam untuk memenangkan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Muslim pilihan para ulama dan tokoh umat agar menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta definitive periode 2017-2022 dalam rangka menuju Jakarta yang berkah, bersih, dan beradab.
  5. Sepakat untuk menggalang ukhuwah Islamiyyah dan tetap menjaga agar suasana kehidupan Jakarta tetap kondusif sekalipun bila terjadi perbedaan-perbedaan dalam mengambil sikap, ijtihad, dan pilihan politik dalam koridor syar’iy.

Semoga lima poin kesepakatan di atas menjadi langkah bersama seluruh komponen umat di Jakarta. Semoga Allah SWT memberikan pertolongan kepada kita semua dalam mewujudkan langkah-langkah mulia tersebut. Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariiq!

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, 14 Syawwal 1437H/ 19 Juli 2016

Majelis Pelayan Jakarta (MPJ)

  • Didin Hafidhuddin
  • Luthfi Fathullah
  • Bachtiar Nasir
  • Zaitun Rasmin

Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah-Untuk Gubernur Muslim Jakarta (MTJB-GMJ)

  • Al Habib Muhammad Rizieq Syihab
  • Abdul Rasyid AS
  • Maulana Kamal Yusuf
  • Mahfudz Asirun
  • Ahmad Cholil Ridwan
  • Fachrurrozy Ishaq
  • Al Habib Zain bin Sumaith
  • Luthfi Hakim
  • Nurdiati Akma

Reporter: Irfan Yusuf | Editor: Ally Muhammad Abduh

Meninggalnya Santoso Narasi Baru Perang Melawan Terorisme?

Harits Abu Ulya, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)
Harits Abu Ulya, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Meninggalnya pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah bisa melahirkan babak baru perang melawan terorisme. Hal tersebut diungkapkan pengamat terorisme, Harist Abu Ulya.

Menurutnya, meskipun banyak pihak yang berharap tidak ada lagi Santoso-Santoso baru. Akan tetapi karena visi politik kelompok tertentu, Santoso Baru dapat diciptakan kembali dengan narasi yang baru. Tujuannya tiada lain untuk melanggengkan proyek perang melawan terorisme.

“Banyak pihak berharap tidak ada lagi “Santoso-Santoso” baru. Baik karena pilihan pribadi dengan latar belakang dendam atau kreasi dari kelompok tertentu karena visi politiknya kedepan atau karena kesengajaan pihak tertentu membranding “Santoso baru” dengan narasi yang berlebihan agar drama war on terrorism terus berjalan kontinyu,” terangnya kepada Jurnalislam, Selasa (19/7/2016).

Harits melihat, kasus terorisme di Poso masih dilihat kebanyakan orang dengan menggunakan mindset justifikasi. Hal tersebut menurutnya hanya akan mendorong untuk berbicara soal penindakan dan mengabaikan akar permasalahan dari lahirnya fenomena terorisme secara menyeluruh.

“Oleh karena itu tantangan ke depan adalah bagaimana mengkonstruksi sikap yang proporsional dengan “disengagement of violence” (menjauhkan seseorang dari aksi-aksi kekerasan) itu lebih utama dibanding bicara “enforcement” (penindakan). Karena fenomena terorisme di Indonesia mengalami transformasi sedemikian rupa,” paparnya.

Founder The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) itu berharap operasi Tinombala segera dihentikan jika target utama Santoso perlawananya bisa disudahi.

“Karena rakyat Poso butuh ketenangan lahir batin, masyarakat butuh hidup normal dalam aspek perekonomian dan aspek lainnya. Yang lebih penting, masyarakat Poso tidak ingin daerahnya dilabeli basis teroris terus menerus,” pungkasnya.

Reporter: Findra | Editor: Ally Muhammad Abduh

Santoso Meninggal, Pengamat: MIT Bisa Saja Menyerah atau Membalas dengan Sporadis

Harits Abu Ulya, Direktur The Community of Ideological Islamic  Analyst (CIIA)
Harits Abu Ulya, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso dikabarkan meninggal dalam baku tembak dengan Satgas Tinombala di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Senin (18/7/2016).

Menanggapi kabat tersebut, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mengatakan, lokasi tersebut merupakan area yang mungkin dijangkau oleh kelompok Santoso pasca kontak senjata MIT dan Satgas Tinombala sebelumnya.

“Kalau kontak tembaknya (oleh tim Alfa 29/Raider 500 TNI) di wilayah Tambarana Poso maka mungkin yang meninggal adalah sosok Santoso. Karena wilayah ini menjadi tempat yang memungkinkan dijangkau bagi kelompok Santoso paska kontak tembak terakhir sebelumnya,” katanya kepada Jurnalislam, Selasa (19/7/2016).

Akan tetapi, lanjut Harits, jika melihat kemampuan survivalnya Santoso yang lebih mengenal medan dengan baik maka kemungkinan kedua Santoso bisa saja lolos dari serangan petang kemarin.

“Jika jenazah sampai di RS Palu nanti tinggal istri Santoso (Suwarni/ummu wardah) diminta untuk melihat sebagai konfirmasi kepastian atau melalui tes DNA,” lanjutnya.

Lebih lanjut Harits menjelaskan, Santoso merupakan simbol sekaligus simpul perlawanan kelompok MIT. Maka jika Santoso meninggal akan berpengaruh signifikan pada eksistensi kelompok sipil bersenjata tersebut.

“Sisa-sisa kelompok Santoso sangat mungkin terdiaspora; memudar menyerahkan diri atau melakukan aksi nekat balasan secara sporadis,” ujarnya.

Ia menambahkan, Indonesia mempunyai tiga tempat yang menjadi basis gerilyawan bersenjata, yaitu Sulawesi, Aceh dan papua. Ketika sosok Santoso tidak ada lagi maka otomatis Poso-Sulawesi menjadi pilihan kelompok tertentu sebagai basis perlawanan akan memudar.

“Sementara saat ini untuk Aceh sudah gagal dijadikan basis. Tinggal Papua menjadi tempat berlindung kelompok teroris OPM yang masih eksis,” tandasnya.

Reporter: Findra | Editor: Ally Muhammad Abduh

40 Anak di Dompu Ikuti Khitanan Massal Me-Dan

Salah seorang Anak Sedang dikhitan oleh Tenaga Medis dari Me-DAN dalam Khitanan Massal di Kabupaten Dompu, NTB, Ahad (17/7/2016)
Salah seorang Anak Sedang dikhitan oleh Tenaga Medis dari Me-DAN dalam Khitanan Massal di Kabupaten Dompu, NTB, Ahad (17/7/2016)

DOMPU (Jurnalislam.com) – Medis dan Aksi kemanusiaan (Me-DAN) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Islamic Centre As-Salam Kabupaten Dompu, menggelar kegiatan sosial khitanan massal. Acara berlangsung di Dusun Kalla Timur, Jalan lintas Sumbawa Desa O’o Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Ahad (17/7/2016). Sedikitnya 40 anak dikhitan oleh empat tenaga medis.

Ketua Me-Dan Wilayah NTB Suherman, A.MK menyatakan Forum Me-Dan senantiasa menjalin kerja sama dengan siapapun yang mau peduli terhadap umat terutama yang mereka yang membutuhkan.

“Kegiatan ini juga adalah merupakan sebuah bentuk kepedulian dari Me-Dan selaku organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan dalam rangka untuk terus memberikan sebuah kontribusi positif terhadap masyarakat pada hari ini,” kata Suherman.

Kepala Dusun Kala Timur, Abdul Haris menyambut baik kegiatan tersebut. Ia mengatakan, kegiatan itu sangat membantu masyarakat Dusun Kala Timur.

“Kami selaku pemerintah di sini menilai wujud pengabdian yang di tunjukkan oleh Me-dan dan Islamic Center As-salam Dompu sangat membantu masyarakat yang tidak mampu, kami juga mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas semua ini,” tuturnya.

“Kami juga sangat berharap agar kegiatan sunatan massal serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang baik untuk masyarakat tetap dilakukan dan kami tetap mendukung serta akan meresponnya dengan baik,” tambahnya.

Reporter: Sirath | Editor: Ally Muhammad Abduh