Akibat Aksi Pegida Walikota Troeglitz di Jerman Mengundurkan diri

JERMAN (Jurnalislam.com) – Politisi senior Jerman memperingatkan pada hari Selasa (10/03/2015) bahwa kebebasan dasar terancam setelah walikota di kota timur mengundurkan diri seraya mengatakan bahwa pemerintah daerah telah gagal untuk menghentikan protes sayap kanan di luar parlemennya.

Markus Nierth, walikota Troeglitz yang terpilih dan belum dibayar, mengatakan pada hari Senin (09/03/2015) bahwa ia mengkhawatirkan keselamatan keluarganya setelah Partai Demokrat Nasional (NPD) mengumumkan akan mengadakan protes menentang rencananya untuk melindungi para pencari suaka.

"Jika seorang walikota terpilih tidak merasa terlindungi dari massa coklat dalam demokrasi kita, semua lonceng alarm harus berdering," Pemimpin Greens, Cem Oezdemir, mengatakan kepada harian Berliner Zeitung. Coklat adalah warna seragam pengikut Hitler.

Insiden itu menggarisbawahi kekhawatiran bahwa kelompok sayap kanan bisa mendapatkan dukungan di tengah perdebatan tentang meningkatnya jumlah pencari suaka di Jerman. Angka tersebut meningkat sekitar 60 persen tahun lalu, menurut Kantor Statistik Federal.

Nierth menulis di Facebook bahwa dia "terkejut dan kecewa" bahwa seorang staf di kantornya telah memutuskan menentang pelarangan pawai, dan tidak berkonsultasi dengannya.

"Ini tentang anak-anak dan istri saya yang takut melihat kedatangan truk penuh neo-Nazi … wajah polos dan damai mereka melihat melalui jendela… lalu … mendengar slogan mereka yang terkenal," Nierth menulis di Facebook.

Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Jerman berpikir pemerintah Kanselir Angela Merkel hanya mencurahkan terlalu sedikit perhatian terhadap kekhawatiran tentang imigrasi.

NPD telah mengadakan beberapa pawai di Saxony Anhalt memprotes rencana Nierth untuk melindungi sekitar 40 pencari suaka di kota Troeglitz, juga rencananya di banyak kota-kota lain.

Menteri Kehakiman Heiko Maas, anggota dari Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berbagi kekuasaan dengan partai konservatif Merkel, mengatakan bahwa merupakan "tragedi bagi demokrasi kita" ketika seorang walikota terpilih harus mengundurkan diri karena permusuhan tersebut.

Banyak orang Jerman yang malu dengan gerakan kelompok anti-imigran atau PEGIDA (Patriotic Eropa Menentang Islamisasi Barat) di Dresden yang telah mengadakan demonstrasi, karena kekhawatiran akan dikuasai oleh umat Islam.

Meskipun popularitasnya telah berkurang dan demonstrasi penolakan terjadi di Jerman, PEGIDA menyediakan platform untuk sentimen anti-imigran dan di Jerman terjadi sejumlah besar protes menentang pengungsi dari Bavaria selatan ke Berlin.

"Jika orang-orang seperti walikota berhenti, hal itu lebih buruk daripada demonstrasi PEGIDA dengan slogan-slogan jelek mereka. Mereka pernah dan tetap menentang PEGIDA. Walikota ditinggalkan sendirian," tulis harian Sueddeutsche.

Anetta Kahane, kepala sebuah lembaga anti-rasisme Amadeu Antonio Foundation, mengatakan bahwa pengunduran diri Nierth adalah "bencana bagi demokrasi lokal."

 

Deddy | World Bulletin | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses