ETHIOPIA (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 52 orang tewas dan banyak yang terluka setelah sebuah festival tahunan masyarakat Oromo berubah menjadi protes anti-pemerintah hari Ahad (02/10/2016) di kota Bishoftu di selatan-tengah Ethiopia.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, para korban tewas akibat berdesak-desakan, lansir Anadolu Agency, Ahad.
Ribuan orang dari kelompok etnis terbesar Ethiopia datang dari seluruh wilayah Oromia di salah satu danau kawah kota, Hora – terletak 45 kilometer (28 mil) dari tenggara ibukota Addis Ababa – meneriakkan kata “didne”, dari bahasa Oromiffa yang memiliki makna “cukup”.
Penyerbuan fatal terjadi setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan, menurut seorang wartawan Anadolu Agency di tempat kejadian.
Slogan lainnya yang diteriakkan sepanjang demonstrasi adalah “kebebasan”, dan “Woyane turun” – Woyane adalah nama lain untuk Front Pembebasan Rakyat Tigray (the Tigray People’s Liberation Front-TPLF), yang telah berkuasa sejak tahun 1991.
Getachew Reda dari kantor Urusan Komunikasi Pemerintah mengatakan: “Kami sedih, insiden itu seharusnya tidak pernah terjadi.”
Getachew mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa kelompok oposisi bertanggung jawab untuk acara hari Ahad tersebut. Dia juga menambahkan bahwa pemerintah telah berusaha untuk mendaftarkan festival tersebut di UNESCO.
Festival syukur The Irrecha dirayakan setiap bulan Oktober dan melibatkan berbagai ritual termasuk mencuci rumput hijau ke Hora Lake kemudian dipercikkan pada wajah dan kepala seseorang.
Wilayah Oromia pernah menjadi tempat demonstrasi kekerasan, yang mengakibatkan banyak korban tewas pada bulan Desember 2015 dan Agustus 2016.
Para demonstran memprotes keputusan pemerintah yang bermaksud memperbesar batas ibukota dengan mengorbankan kawasan Oromo karena mereka percaya pelebaran batas ibukota ini akan mengusir petani Oromo dari tanah mereka.