JOMBANG (jurnalislam.com)- Ketua PWNU Jawa Timur sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), menyampaikan kritik reflektif terhadap kondisi organisasi Nahdlatul Ulama (NU) saat ini dalam acara Puncak Haul ke-16 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rabu (17/12) malam.
Di hadapan ribuan jamaah, Gus Kikin menilai NU perlu melakukan muhasabah karena dinilainya mengalami penurunan kualitas spiritual. Ia menyinggung kecenderungan NU yang dianggap lebih dekat dengan kekuasaan dibandingkan dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Kalau saya pikir, dulu itu organisasi keagamaan taqarrub ilallah, mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Nah ini kita sekarang ini rasanya lebih mendekat kepada yang sedang berkuasa, turun derajat kita. Jadi mungkin ini kita perlu muhasabah,” ujar Gus Kikin.
Kritik tersebut disampaikan dalam rangka mengenang nilai-nilai perjuangan Gus Dur yang selama hidupnya dikenal konsisten membela kemanusiaan dan keadilan, tanpa terikat pada kepentingan kekuasaan.
Sejalan dengan refleksi tersebut, acara haul juga menghadirkan Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang memberikan tausiyah tentang keteladanan pribadi Gus Dur.
Gus Mus menekankan bahwa kecintaan banyak kalangan kepada Gus Dur lahir dari ketulusan niat dan totalitas pengabdiannya kepada masyarakat.
“Sekarang ini banyak orang ilmunya banyak, umurnya panjang tapi tidak kunjung selesai dengan urusan dirinya. (Sedangkan) Gus Dur itu adalah tokoh yang sudah selesai dengan dirinya,” ujar Gus Mus, dikutip dari NU Online.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, itu menegaskan bahwa Gus Dur adalah sosok pemimpin yang tidak lagi dibebani kepentingan pribadi.
“Yang tersisa hanya memberi. Tidak ada pamrih apa-apa, tidak pengen apa-apa, itu Gus Dur,” tandasnya.
Peringatan Haul ke-16 Gus Dur pun menjadi momentum bersama untuk kembali meneguhkan nilai keikhlasan, keberpihakan pada umat, serta menjaga jarak yang proporsional antara organisasi keagamaan dan kekuasaan.
Sumber: ntv