GAZA (jurnalislam.com)— Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa banjir parah di ratusan kamp pengungsian Gaza telah menempatkan hampir setengah populasi di wilayah terblokade itu dalam risiko tinggi. Hujan lebat sejak Rabu membuat ribuan tenda terendam, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah sangat mengerikan.
“Hujan lebat membanjiri tenda, membasahi barang-barang, dan meningkatkan ancaman kesehatan termasuk hipotermia pada bayi serta penyakit akibat luapan air limbah,” kata juru bicara PBB, Farhan Haq, dalam konferensi pers pada Kamis (11/12/2025), mengutip laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Menurut Haq, tim kemanusiaan di lapangan telah membentuk sistem respons cepat untuk menanggapi peringatan banjir. Sejak Kamis pagi, sistem tersebut telah memproses lebih dari 160 peringatan, sementara badan-badan PBB dan lembaga kemanusiaan menyalurkan tenda darurat, selimut, pakaian hangat, terpal, dan kebutuhan pokok lain bagi warga yang kehilangan tempat berlindung.
𝟰𝟬% 𝗣𝗲𝗻𝗱𝘂𝗱𝘂𝗸 𝗚𝗮𝘇𝗮 𝗕𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗔𝗻𝗰𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗻𝗷𝗶𝗿
PBB menyebutkan bahwa lebih dari 760 lokasi pengungsian—yang menampung sekitar 850 ribu orang—berada dalam risiko banjir tertinggi.
“Itu sekitar 40 persen populasi Gaza,” tegas Haq.
Untuk membantu pengungsi bertahan, lembaga-lembaga kemanusiaan mendistribusikan karung tepung kosong sebagai karung pasir darurat, serta pasir dan peralatan untuk membendung air di area yang memungkinkan.
Haq menegaskan bahwa kebutuhan di Gaza sangat besar dan mendesak, namun pembatasan terhadap operasi kemanusiaan Israel masih menghambat bantuan.
“Larangan terhadap sebagian besar LSM internasional dan UNRWA harus diakhiri. Penyeberangan dan rute bantuan harus dibuka untuk memungkinkan berbagai jenis bantuan masuk ke Gaza,” katanya.
𝗧𝗲𝗻𝗱𝗮 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗻𝗴𝘀𝗶 𝗕𝗲𝗿𝘂𝗯𝗮𝗵 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗚𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗔𝗶𝗿
Sejak Rabu, hujan deras membuat ribuan tenda pengungsian berubah menjadi kubangan air, merendam kasur, pakaian, dan makanan keluarga Palestina yang selamat dari pembantaian Israel. Banyak keluarga kini bertahan dalam kondisi basah kuyup tanpa kehangatan, tanpa penghangat udara, dan tanpa tempat berlindung yang layak.
Banjir datang ketika musim dingin baru dimulai, menambah penderitaan warga Gaza yang telah hidup dua tahun di bawah gempuran bom dan blokade Israel. (Bahry)
Sumber: TRT