Serangan Brutal RSF di Al-Fasher: 32 Anak Diperkosa, Ratusan Warga Disiksa

Serangan Brutal RSF di Al-Fasher: 32 Anak Diperkosa, Ratusan Warga Disiksa

SUDAN (jurnalislam.com)- Sebuah organisasi medis terkemuka yang berbasis di Sudan melaporkan sedikitnya 32 kasus pemerkosaan terhadap anak perempuan selama pengambilalihan brutal Al-Fasher, ibu kota Darfur Utara, oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Dalam laporan yang dirilis pada Ahad (16/11/2025), Jaringan Dokter Sudan (SDF) menyatakan bahwa sejumlah anak perempuan diperkosa di dalam kota Al-Fasher setelah RSF menguasai wilayah tersebut. Korban lainnya diserang saat mereka melarikan diri menuju kota terdekat, Tawila.

SDF mengutuk keras tindakan tersebut sebagai “pelanggaran nyata hukum humaniter internasional, dan merupakan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan.”

Organisasi itu menambahkan bahwa kasus terbaru ini menunjukkan “luasnya kekacauan dan pelanggaran sistematis yang dihadapi perempuan dan anak perempuan di wilayah kekuasaan RSF, di tengah ketiadaan perlindungan dan lemahnya akuntabilitas.”

SDF menyerukan agar RSF segera dimintai pertanggungjawaban atas kekejaman tersebut, serta mendesak dilakukannya penyelidikan internasional yang independen, perlindungan bagi para penyintas dan saksi, dan akses tanpa hambatan bagi tim medis, kemanusiaan, maupun hukum.

Laporan SDF ini muncul setelah peringatan dari Dokter Lintas Batas (MSF) pada Jumat sebelumnya, yang menyebutkan bahwa ratusan warga menjadi korban penyiksaan dan kekerasan seksual sejak RSF merebut El-Fasher.

Michel Lacharite, Kepala Operasi Darurat MSF, menjelaskan:

“Kami menerima lebih dari 500 korban penyiksaan dalam beberapa bulan terakhir, dan hanya pada bulan September tercatat lebih dari 200 kasus kekerasan seksual.”

Ia menuturkan bahwa setelah pengambilalihan Al-Fasher pada akhir pekan 26–27 Oktober, beberapa ribu orang melarikan diri ke Tawila, namun hingga kini kurang dari 10 ribu orang yang tiba.

Para pengungsi juga melaporkan adanya pembunuhan tanpa pandang bulu dan bermotif etnis. Sejumlah orang disebutkan ditahan di desa Qarni ketika mencoba melarikan diri, namun jumlah pastinya belum diketahui.

“Kami tahu beberapa orang ditahan. Kami tahu mereka dimintai uang. Ada laporan yang mengarah ke sana. Namun memperkirakan berapa banyak ratusan atau ribuan sangat sulit,” kata Lacharite.

Konflik antara tentara Sudan dan RSF yang pecah sejak April 2023 telah menewaskan sedikitnya 40.000 orang dan menyebabkan 12 juta orang mengungsi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

RSF merebut kendali Al-Fasher bulan lalu dan sejak itu dituduh melakukan pembantaian oleh kelompok-kelompok lokal maupun internasional, memicu kekhawatiran bahwa penguasaan ini akan memperdalam pemisahan de facto Sudan. RSF kini mengendalikan lima negara bagian Darfur, sementara tentara memegang sebagian besar dari 13 negara bagian lainnya, termasuk Khartoum.

Menanggapi laporan kejahatan tersebut, Dewan Hak Asasi Manusia PBB memerintahkan penyelidikan atas pelanggaran yang terjadi di Al-Fasher dan menginstruksikan Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB untuk Sudan untuk segera memeriksa insiden di ibu kota Darfur Utara itu. (Bahry)

Sumber: TNA

Bagikan