TEPI BARAT (jurnalislam.com)– Tentara pendudukan Israel pada Senin (10/11) melancarkan manuver militer besar-besaran yang dijadwalkan berlangsung selama tiga hari, mencakup wilayah luas Tepi Barat yang diduduki, Lembah Yordan, hingga perbatasan dengan Yordania.
Menurut laporan Al Jazeera, militer Israel mengklaim latihan ini bertujuan “mengambil pelajaran operasional” dari peristiwa 7 Oktober 2023 serta meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi “skenario eskalasi,” termasuk serangan bersenjata atau infiltrasi dari wilayah Tepi Barat menuju permukiman ilegal Yahudi atau posisi militer Israel.
Latihan militer tersebut melibatkan dua divisi penuh, serta unit dari Angkatan Udara, Shin Bet (dinas intelijen dalam negeri), dan kepolisian Israel.
Warga di wilayah Tepi Barat dilaporkan akan menyaksikan peningkatan aktivitas militer yang tidak biasa, termasuk konvoi kendaraan lapis baja dan pergerakan helikopter di berbagai daerah.
Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut latihan dimulai sejak dini hari dan meluas ke seluruh Tepi Barat dan Lembah Yordan. Manuver ini mencakup koordinasi antara pasukan darat dan udara, operasi berbagi intelijen, serta simulasi pengerahan cepat pasukan.
Manuver besar ini berlangsung di tengah meningkatnya operasi militer Israel di Tepi Barat selama satu tahun terakhir. Penggerebekan, penembakan, dan penahanan massal menjadi rutinitas harian yang dijalankan pasukan pendudukan di bawah dalih “keamanan.”
Komunitas Palestina melaporkan serangan hampir setiap hari, termasuk pembongkaran rumah, penutupan jalan, dan penahanan warga sipil.
Menurut data Palestina, sejak Oktober 2023 sedikitnya 1.069 warga Palestina tewas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur akibat tembakan pasukan maupun pemukim Israel. Lebih dari 10.000 orang terluka, dan 20.000 lainnya ditahan, termasuk 1.600 anak-anak.
Banyak di antara tahanan melaporkan mengalami pemukulan, penghinaan, dan penolakan hak hukum dasar.
𝗣𝗲𝗹𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗚𝗲𝗻𝗰𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮 𝗱𝗶 𝗚𝗮𝘇𝗮 𝗧𝗲𝗿𝘂𝘀 𝗕𝗲𝗿𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁
Di Jalur Gaza, meskipun Israel dan Gerakan Perlawanan Palestina Hamas telah mengumumkan gencatan senjata pada 10 Oktober lalu, pelanggaran terus terjadi.
Serangan udara, penembakan artileri, dan tembakan penembak jitu masih dilaporkan di sejumlah wilayah, menyebabkan korban jiwa dan gelombang pengungsian baru.
Hingga kini, lebih dari 69.000 warga Palestina telah tewas dan 170.000 lainnya terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sebagian besar wilayah Gaza, termasuk rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur publik, telah hancur total.
PBB memperkirakan proses rekonstruksi Gaza membutuhkan setidaknya 70 miliar dolar AS dan bisa memakan waktu puluhan tahun, mengingat skala kehancuran akibat agresi Israel. (Bahry)
Sumber: PC