TEL AVIV (jurnalislam.com)โ Tewasnya tujuh tentara Israel dari Batalyon Teknik Tempur 605 dalam sebuah penyergapan mematikan oleh Brigade al-Qassam di Khan Younis, Gaza selatan, pada Selasa (24/6/2025), memicu kemarahan publik dan menimbulkan pertanyaan serius mengenai kesiapan militer Israel setelah lebih dari 20 bulan perang di Gaza.
Dalam insiden tersebut, dua unit pengangkut personel lapis baja (APC) menjadi sasaran serangan mendadak dari pejuang Hamas. Serangan itu memperlihatkan celah besar dalam sistem pertahanan militer Israel, khususnya terkait kelelahan pasukan, keterbatasan sumber daya, serta penggunaan kendaraan militer yang sudah usang.
Menurut laporan harian Yedioth Ahronoth, penyergapan terjadi saat militer Israel meningkatkan operasi darat di Khan Younis, tak lama setelah tercapainya gencatan senjata dengan Iran dalam konflik terpisah.
Kini, para pejabat militer dan politik Israel tengah mempertimbangkan dua opsi strategis: melanjutkan kampanye darat yang lebih luas di Gaza, atau berusaha mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang menyeluruh dengan Hamas โ yang berpotensi membuka jalan bagi gencatan senjata jangka panjang dan penarikan pasukan dari wilayah tersebut.
Hamas merilis rekaman serangan yang memperlihatkan seorang pejuang Palestina berhasil mendekati kendaraan lapis baja Israel tanpa terdeteksi. Laporan menyebut, minimnya pengawasan udara akibat keterbatasan pesawat nirawak (drone) menjadi salah satu faktor utama. Keterbatasan ini sebagian besar disebabkan oleh kelelahan logistik akibat perang paralel dengan Iran.
Penyelidikan internal militer saat ini menyoroti apakah kendaraan tersebut dilengkapi sistem pengawasan 360 derajat. Beberapa unit cadangan diketahui harus membiayai sendiri pemasangan sistem tersebut, meskipun Batalyon 605 merupakan unit reguler yang secara ketat dilarang menggunakan peralatan nonstandar.
Seorang ayah dari tentara yang tewas mengatakan kepada saluran Kan bahwa putranya ditempatkan dalam kendaraan jenis Puma yang sudah tua, tidak memiliki kamera perimeter, dan memiliki pintu belakang yang rusak. Ia menyebut bahwa pasukan cadangan bahkan menolak menggunakan kendaraan itu, sehingga hanya menyisakan pasukan reguler yang harus mengoperasikannya.
Keluarga para korban juga mengirim surat terbuka kepada komandan batalion, menuduh adanya kelalaian besar yang mengakibatkan kematian yang seharusnya bisa dihindari. Mereka menuntut segera digantinya kendaraan lapis baja lama dengan kendaraan tempur modern yang layak digunakan dalam medan pertempuran gerilya.
๐๐ฟ๐ถ๐๐ถ๐ ๐ฆ๐๐ฟ๐ฎ๐๐ฒ๐ด๐ถ๐ ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐ฝ๐ฒ๐บ๐ถ๐บ๐ฝ๐ถ๐ป๐ฎ๐ป
Harian Maariv menyebut penyergapan itu sebagai “kegagalan strategis” yang mencerminkan keruntuhan sistemik dalam kepemimpinan politik dan militer Israel. Media tersebut menyoroti kelelahan yang merajalela di tubuh militer, disertai absennya arah dan tujuan yang jelas dalam perang di Gaza.
Setelah 629 hari konflik, militer Israel dilaporkan masih kewalahan di banyak sektor. Divisi 143 dan 162 telah dikerahkan ke Gaza secara terus-menerus sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Kelelahan pasukan berimbas pada penurunan disiplin, kemunduran operasional, serta meningkatnya beban fisik dan psikologis.
Selain personel, peralatan militer juga mengalami degradasi. Pasokan amunisi, kendaraan lapis baja, serta drone dinilai semakin menipis.
Maariv menyoroti bahwa akar persoalan terletak pada kebingungan strategi di tingkat tertinggi.
“Kepemimpinan politik tidak tahu apa yang mereka inginkan dari Gaza,” tulis media tersebut, sebagaimana dilansir dari The New Arab (26/6).
Sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz fokus pada kelangsungan karier politik mereka, kondisi pasukan dan tingkat kelelahan di lapangan cenderung diabaikan.
Tiga menteri Israel bahkan secara terbuka mengakui bahwa operasi militer di Gaza gagal mencapai tujuan nyata. Mengutip saluran Channel 12, para menteri yang tidak disebutkan namanya itu menyatakan, “Apa yang kami lakukan di Gaza mungkin masuk akal secara teori, tetapi tidak membuahkan hasil secara praktik.”
Mereka menyerukan evaluasi total strategi, baik dengan mengubah pendekatan militer maupun mengejar kesepakatan pertukaran tahanan yang dapat mengakhiri perang.
Sementara itu, Channel 12 juga melaporkan bahwa negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas masih mengalami kebuntuan. Meski mediator Amerika terus menunjukkan antusiasme, pejabat Israel yang terlibat menyebut bahwa kemajuan dalam pembicaraan masih sangat terbatas. (Bahry)
Sumber: TNA