Amir AQIM Ancam Prancis dalam Pernyataan Audio

MALI (Jurnalislam.com) – Syeikh Abu Yahya al Hammam, Amir Aljazair Al Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) Sahara Emirate, merilis pernyataan audio awal bulan ini yang mengancam Perancis. Komandan AQIM  juga berbicara tentang serangan mujahidin bulan lalu di Radisson Blu Hotel di Bamako, Mali, lansir The Long War Journal, Kamis (24/12/2015).

Syeikh Hammam memulai pernyataannya, yang telah diterjemahkan oleh SITE Intelligence Group, dengan mengatakan, "Kami mujahidin di wilayah Greater Sahara Qaeda al Jihad di Maghreb Islam berbicara dalam kaitannya dengan operasi gabungan yang diberkati yang diumumkan oleh saudara-saudara kami di al Murabitoon, yaitu serangan terhadap Radisson Blu Hotel di jantung ibukota Mali, dan bahwa AQIM berjanji untuk melancarkan perang gerilya melawan pasukan Perancis dan Mali setelah Perancis menginvasi tanah Mali … dan telah mengganggu Syariah Allah Rabb Alam Semesta."

Syeikh Hammam kemudian menyampaikan bahwa "Serangan terjadi pada anda akan terus menerus, di utara, tengah, dan selatan, dan akan membingungkan Media."

Sejak awal 2015, afiliasi Al Qaeda di Mali, termasuk AQIM, Ansar Dine, Al Murabitoon , dan Gerakan Pembebasan Macina, telah melakukan lebih dari 30 serangan di Mali selatan. Beberapa serangan berlangsung di Bamako, seperti pengepungan Radisson Blu Hotel tersebut.

Berbicara kepada pemerintah Perancis, Syeikh Hammam menegaskan, "Kami akan lakukan perlawanan di sisa hidup kami, dan hari-hari serta malam tidak akan berlalu tanpa kami melawan terhadap orang-orang yang menindas kami. Anda telah menduduki tanah kami, anda telah mengganggu Syariah kami, anda telah menyerang kehormatan dan martabat kami, anda telah menumpahkan darah kami, anda telah menjarah kekayaan dan harta kami, dan anda telah mengganggu keamanan kami. Maka kami akan memperlakukan anda dalam bentuk yang sama."

Kepada orang-orang Perancis, Syeikh Hammam juga menegaskan bahwa, "Anda baru mencicipi sedikit dari apa yang Anda telah perbuat terhadap Muslim pada beberapa dekade terakhir," mengacu pada serangan di Perancis selama tahun lalu.

Lalu Syeikh Hammam menyebutkan bahwa masyarakat Prancis penuh dengan nilai-nilai prostitusi dan degradasi nilai-nilai.

"Perancis itu menempati tanah Muslim dan mencuri kekayaannya serta menempatkan agen-agenya di wilayah Muslim sehingga mereka mengikuti perintah Anda dan menekan rakyatnya, menguasainya dan memaksakan kebijakan diktaktor  pada mereka," kata Syeikh Hammam.

Beliau kemudian merujuk kembali kepada penaklukan Perancis di Aljazair sebagai contoh tindakan berdasar nilai-nilai ini. Syeikh Hammam kemudian memerintahkan Perancis untuk meninggalkan Mali; Dan, ia memberi ultimatum.

"Jika Anda sombong dan menolak," lanjutnya, "Maka wahai para Tentara Salib ketahuilah bahwa kami, jika Allah mengizinkan, tidak akan menahan setiap upaya untuk memerangi dan menyerang kepentingan anda, di manapun anda berada dan di tanah manapun Allah beri kita keberhasilan, terutama di tempat paling kafur, Prancis, yang merupakan target operasi yang diberkati ini."

Pernyataan tersebut muncul sebelum pernyataan audio yang dirilis awal bulan ini di mana AQIM mengumumkan koalisinya, Al Murabitoon, yang dipimpin oleh Syeikh Mokhtar Belmokhtar.

Pada tanggal 4 Desember, Al Andalus Media milik AQIM merilis pernyataan audio Abdelmalek Droukdel, amir AQIM, mengumumkan penggabungan Al Murabitoon ke jajarannya. Pernyataan yang sama juga mengatakan bahwa serangan terhadap Radisson Blu adalah serangan pertama yang dilakukan bersama oleh AQIM dan Al Murabitoon.

Syeikh Abu Yahya al Hammam bukan satu-satunya pemimpin jihad al Qaeda yang mengancam pasukan Barat di Mali tahun ini. Iyad Ag Ghaly, pemimpin Ansar Dine, merilis sebuah pernyataan pada bulan Oktober dengan retorika yang sama.

Selain itu, seorang mujahidin Al Murabitoon mengancam pasukan Perancis dan Belanda di Mali, juga dengan pesan yang sama dengan Ghaly dan Syeikh Hammam. "Waktu untuk melawan Perancis dan Belanda telah tiba," kata seorang jihadis Mesir yang berafiliasi dengan kelompok Al Murabitoon.

Syeikh Yahya Abu Hammam terdaftar oleh AS sebagai musuhnya yang ditunjuk khusus karena memainkan "peran kunci dalam kegiatan perlawanan kelompok yang sedang berlangsung di Afrika Utara dan Mali."

Sebelum diangkat sebagai komandan AQIM di Sahara Emirate, ia menjabat sebagai amir kelompok di kota Timbuktu, Mali utara. Di bawah pemerintahannya, banyak kuil Syiah dihancurkan dan warga  Syiah di hukum karena pelanggaran syariah, atau hukum Islam.

 

Deddy | TLWJ | Jurnalislam

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses