Gelombang Panas Pakistan Bunuh 1000 Orang Lebih

KARACHI (Jurnalislam.com) – Lebih dari 1.000 orang telah tewas akibat gelombang panas selama lima hari yang membakar Pakistan, dengan dampak terburuk di ibukota komersial negara, Karachi, lansir World Bulletin Kamis (25/06/2015).

Menurut angka yang dikeluarkan oleh 10 rumah sakit di Karachi, gelombang panas menyesakkan, yang diharapkan akan berkurang beberapa hari yang akan datang, telah menewaskan 815 orang di kota, dengan 65 meninggal pada hari Rabu (24/06/2015).

Menurut Ketua Menteri provinsi Sindh, Syed Qaim Ali Shah, lebih dari 200 orang juga tewas akibat heatstroke dan penyakit terkait di kabupaten pedalaman provinsi tersebut.

Namun pemimpin oposisi Khursheed Shah telah mengklaim di parlemen bahwa angka tersebut lebih tinggi dan di Karachi saja lebih dari 1.200 orang telah tewas sejak 20 Juni.

Lebih dari 3.000 pasien serangan panas masih dirawat di beberapa rumah sakit Karachi, yang berjuang untuk mengakomodasi peningkatan jumlah pasien. Tayangan televisi menunjukkan pasien dirawat di lantai bangsal darurat di rumah sakit Jinnah yang dikelola pemerintah.

Dr. Seemi Jamali, kepala layanan darurat rumah sakit, mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah telah meminta 100 tempat tidur tambahan dari pemerintah provinsi secara darurat, untuk mengatasi meningkatnya jumlah pasien.

Pemadaman listrik yang berlangsung hingga 12 jam sehari di beberapa wilayah negara tersebut tampaknya menjadi salah satu faktor utama di balik meningkatnya jumlah kematian.

Pihak berwenang yang menangani air dan listrik menyalahkan peningkatan permintaan pemadaman listrik, yang menyebabkan kekurangan air, terutama di daerah kumuh Karachi di mana stasiun pompa air tidak dapat beroperasi tanpa listrik.

Pemerintah Sindh mengumumkan lagi libur umum pada hari Rabu untuk mengurangi konsumsi daya.

Lahan kuburan sudah terbatas di kota ini oleh lonjakan kematian yang tiba-tiba, mengakibatkan keluarga bergegas mencari lahan untuk mengubur anggota keluarga mereka.

"Lebih dari 300 mayat masih tergeletak di kamar mayat kami. Kami menunggu ahli waris mereka," kata juru bicara Edhi Foundation, sebuah LSM sosial dan kesehatan.

Menurut media lokal, sejumlah besar dari mereka yang tewas adalah buruh dan pekerja di wilayah yang jauh ke utara, yang tidak bisa mengatasi intensitas panas dan kelembaban.

Selama seminggu terakhir, Muslim Pakistan tetap beribadah puasa di bulan suci Ramadhan, bersama dengan warga Muslim dunia lainnya.

 

Deddy | World Bulletin | Jurniscom
 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses