KUALA LUMPUR (Jurnalislam.com) – Seorang wanita yang ditahan di sebuah kamp perdagangan manusia di Thailand mengatakan bahwa beberapa rekan perempuan Rohingya secara teratur diambil dari penampungan mereka oleh penjaga, kadang diperkosa untuk beberapa hari, kantor berita Anadolu Agency melaporkan Selasa (02/05/2015).
"Kami tahu dari ekspresi mereka [apa yang terjadi pada mereka]," kata Nur Khaidha Abdul Shukur kepada kantor berita nasional Malaysia.
Wanita berusia 24 tahun – yang mengatakan bahwa ia ditahan di kamp Padang Besar selama delapan hari dengan bayinya tahun lalu – mengatakan kepada Bernama bahwa setiap malam "dua atau tiga wanita Rohingya muda dan cantik" dibawa dari kamp di perbatasan Thailand.
"Dua wanita tersebut kemudian hamil setelah diperkosa oleh komplotan," katanya, menambahkan bahwa dia tahu bahwa mereka dipaksa untuk tinggal di kamp selama enam bulan.
Kadang-kadang beberapa wanita akan hilang "selama dua sampai tiga hari setelah dibawa oleh para penjaga," tambahnya.
"Saya tidak bertanya kepada mereka ketika mereka kembali ke kamp, tapi aku tahu apa yang telah terjadi."
Abdul Shukur mengatakan bahwa meskipun ada 15 wanita Rohingya di kamp, para penjaga tidak mengambil wanita yang ditahan bersama dengan anaknya.
"Mungkin para penjaga tidak memperkosa kami karena kami memiliki anak-anak kecil. Tapi, terlepas dari itu, saya berdoa setiap hari agar tidak menjadi korban perkosaan mereka," katanya.
Pada awal 2014, suami Abdul Shukur, Nurul Amin Nobi Hussein, naik perahu dari Maungdaw di negara bagian Rakhine di bagian barat Myanmar menyeberangi Laut Andaman menuju kota Ranong di pantai barat daya Thailand.
Lelaki berusia 25 tahun ini mengatakan kepada Bernama bahwa – seperti banyak rekan migran lainnya di kapal – ia bertekad memulai kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya dengan mencari pekerjaan di Malaysia.
Tapi sementara istrinya menunggu dia kembali ke rumah, Nobi Hussein ditahan oleh sindikat perdagangan manusia di sebuah kamp transit dekat perbatasan Malaysia-Thailand.
Kamp itu adalah Wang Kelian. Polisi Malaysia mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Senin bahwa mereka akhirnya menerima izin tertulis dari pemerintah Thailand untuk masuk, setelah mengidentifikasi sebanyak 91 kuburan.
Selain berhasil melarikan diri dari kamp setelah 22 hari, Nobi Hussein mengatakan kepada Bernama bahwa ia juga menyaksikan perkosaan.
"Di malam hari, beberapa penjaga akan pergi ke penampungan perumahan perempuan dan membawa mereka ke tempat terdekat," katanya.
"Kami mendengar jeritan dan teriakan para wanita karena tempat mereka diperkosa sangat dekat dengan penampungan kita, tetapi karena insiden berlangsung pada malam hari, kita tidak bisa melihat apa yang terjadi."
Nobi Hussein kini bekerja di sebuah bengkel di kota Alor Setar, Malaysia, sedangkan istri dan anaknya kini telah bergabung dengannya, mereka juga selamat dari perjalanan dengan perahu dan melalui kamp-kamp perdagangan.
Namun kenangan buruk itu tetap ada.
Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom