JENEWA (Jurnalislam.com) – PBB akan mencoba untuk melanjutkan pengiriman makanan dan pasokan kesehatan ke kota Douma di Ghouta Timur Suriah pada Kamis tanggal 8 Maret jika memungkinkan, pejabat PBB mengumumkan.
Seorang juru bicara PBB mengatakan pada hari Selasa (6/3/2018) bahwa sebuah konvoi bantuan kemanusiaan yang membawa persediaan makanan dan kesehatan untuk 75.000 orang hanya sebagian yang dapat membongkar isinya pada hari Senin, karena tembakan berat dari dan ke Ghouta Timur masih terus berlanjut, memaksa konvoi untuk mundur, Aljazeera melaporkan.
Ghouta Timur, pinggiran ibukota, Damaskus, dikepung oleh pasukan rezim Syiah Suriah sejak 2013, saat mereka berusaha mengusir oposisi bersenjata yang beroperasi di sana.
Tapi saat perang di Suriah, yang dimulai pada 2011, semakin meningkat, 400.000 penduduk Ghouta Timur, seperti banyak daerah yang terkepung di seluruh negeri oleh Rezim Nushairiyah.
46 Truk Kemanusian Memasuki Ghouta Timur Namun 70% Obat-obatan Disita Rezim Assad
Pada hari Senin, badan-badan bantuan berusaha memfasilitasi masuknya persediaan makanan dan obat-obatan, yang belum diizinkan memasuki daerah kantong selama hampir sebulan, membuat banyak orang menderita kelaparan dan membutuhkan perawatan medis mendesak di tengah penembakan terus-menerus.
Sebanyak 10 truk dari total 46 berhasil menurunkan seluruh muatannya, dan empat truk hanya berhasil menurunkan sebagian muatannya, kata Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Konvoi tersebut mendistribusikan makanan yang cukup bagi 27.500 orang, selain obat-obatan, kata Laerke, ketika dipaksa untuk memotong perjalanan.
“Truk-truk itu masuk jam 2 siang, dan sekitar sembilan jam saat masih menurunkan muatan, penembakan brutal dari Damaskus ke Ghouta dan dari Ghouta ke Damaskus tidak pernah berhenti,” kata Laerke.
“Karena sangat khawatir dengan kondisi di lapangan, mereka memutuskan pergi untuk melindungi tim di lapangan. Kami tetap siap untuk memberikan bagian kedua dari bantuan tersebut pada hari Kamis seperti yang direncanakan.”