WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Menara kembar ditempatkan dalam sebuah kompleks sosial Islam tradisional yang disebut kulliye, mencerminkan arsitektur Ottoman klasik dalam Masjid terbesar di AS yang secara resmi akan dibuka akhir pekan ini, lansir Anadolu Agency Selasa (29/03/2016).
The Diyanet Center of America di Maryland, yang berjarak hanya 21 kilometer (13 mil) dari ibukota negara, Washington DC, secara resmi akan diluncurkan pada 2 April oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Tanah tersebut dibeli pada tahun 1990 oleh Departemen Agama Presiden Turki dan hanya memiliki masjid kecil Turki seluas 100 meter persegi (1.076 kaki persegi) dan bangunan masyarakat di atasnya, menurut arsitek kulliye, Muharrem Hilmi Senalp.
"Setelah niat dideklarasikan pada tahun 2009, kami memulai proses untuk proyek kulliye yang akan mencerminkan pemikiran dunia Islam … dengan pemahaman untuk membangun sebuah kota Turki Islam kuno, kami mencoba untuk memasukkan apa yang dibutuhkan dalam sebuah kulliye, "kata Senalp kepada Anadolu Agency.
Struktur kota klasik dari Kekaisaran Ottoman memiliki Masjid di tengah kota.
Senalp mengatakan bahwa proyek tersebut didasarkan pada jenis rencana struktur dan arsitektur Masjid yang mencerminkan gaya tradisional Ottoman Empire dari abad ke-16 dan 17.
"Ada sebuah masjid di pusat, dan taman Islam Turki di depannya. Tepat di sebelah itu, ada pusat budaya, yang merupakan harmoni arsitektur klasik dan modern."
Pusat kebudayaan termasuk perpustakaan, ruang konferensi dan pameran, sebuah aula pertemuan dan area resepsi.
Pusat Penelitian Islam (The Islamic Research Center) dalam gedung akan memberikan layanan konsultasi untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang berasal dari Turki di AS. Juga terdapat Islamic Arts Museum seluas 300 meter persegi (3.229 kaki persegi) di bawah Masjid dan 10 rumah tradisional Ottoman dalam kompleks, di mana para tamu dapat menginap.
Rumah-rumah tersebut berubah menjadi kompleks lingkungan Islam Turki, menurut Senalp.
Sambil membangun Masjid, Ottoman menggunakan sistem pengukuran yang disebut Turkish yard yang digunakan untuk sementara waktu bahkan oleh Republik Turki yang baru didirikan setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada awal tahun 1900-an.
Menurut Senalp, ia menggunakan sistem sambil membangun kulliye untuk mematuhi gaya tradisional.
Meskipun pembangunan kasar kulliye dikerjakan oleh perusahaan AS, semua materi yang membutuhkan keahlian (kerajinan) diangkut melalui laut atau udara dari Turki, katanya, menambahkan bahwa semua pengrajin juga datang dari Turki untuk membangun kompleks.
Mustafa Iskender, anggota tim implementasi desain proyek, mengatakan seni dan kerajinan dilakukan pada kulliye oleh pengrajin Turki yang sangat istimewa karena teknik mereka yang kuno dan hampir punah.
Iskender mengatakan ada banyak percakapan dengan otoritas AS tentang rincian arsitektur sambil membangun kompleks karena jenis struktural seperti itu tidak ada contoh sebelumnya. "Oleh karena itu, pekerjaan ini entah bagaimana menjadi kategori unik," katanya.
Seluruh kompleks ini dibangun di atas area 60.000 meter persegi (64.600 kaki persegi) dan termasuk tempat pemandian tradisional Turki untuk pria dan wanita, kolam renang, ruang serbaguna, dan sebuah kompleks olahraga dalam ruangan.
Dengan dua menara – menara untuk adzan yang memanggil jamaah untuk sholat – Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 879 meter persegi (9.461 kaki persegi) dan memiliki halaman yang cukup besar untuk menampung sekitar 3.000 jama’ah yang melaksanakan sholat pada waktu yang sama.
Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam