GAZA (jurnalislam.com)– Meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyerukan agar Israel menghentikan serangan udaranya di Jalur Gaza menyusul pengumuman kesiapan Hamas untuk berdamai, pemboman justru terus berlanjut pada Sabtu (4/10). Sedikitnya 57 warga Palestina gugur sejak fajar, menurut keterangan badan pertahanan sipil Gaza.
“Korban tewas akibat pemboman Israel yang terus berlanjut sejak fajar hari ini mencapai 57 orang, termasuk 40 orang di Kota Gaza,” ujar Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza.
Serangan udara dan darat Israel dilaporkan terus menggempur Kota Gaza, termasuk lingkungan Al-Rimal.
“Pengeboman Israel di Gaza berlanjut dengan intensitas dan pola yang sama — serangan udara, penembakan artileri, dan tembakan drone quadcopter masih terus berlangsung,” kata Mohammed al-Mughayyir dari lembaga yang sama.
Warga Gaza melaporkan bahwa justru sejak seruan Trump untuk jeda, serangan Israel semakin meningkat.
“Siapa yang akan menghentikan Israel sekarang? Kita perlu negosiasi yang lebih cepat untuk menghentikan genosida dan pertumpahan darah ini,” kata Mahmud Al-Ghazi, 39 tahun, warga Al-Rimal.
Militer Israel memperingatkan warga agar tidak kembali ke Kota Gaza dan menyebut kawasan tersebut “sangat berbahaya”. Media Israel juga melaporkan bahwa militer telah beralih ke posisi defensif menyusul tekanan dari Trump, meskipun belum ada konfirmasi resmi.
𝗪𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗚𝗮𝘇𝗮: 𝗦𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗕𝗲𝗿𝗵𝗲𝗻𝘁𝗶
Jamila al-Sayyid, 24 tahun, warga Al-Zeitoun, mengatakan bahwa ia sempat merasa senang mendengar pengumuman gencatan senjata oleh Trump.
“Saya senang ketika Trump mengumumkan gencatan senjata, tapi pesawat tempur tidak berhenti,” ujarnya.
Seorang jurnalis AFP di wilayah pesisir Al-Mawasi melaporkan seruan “Allahu Akbar!” dari tenda-tenda pengungsi ketika kabar tentang pernyataan Hamas menyebar.
“Hal terbaiknya adalah Presiden Trump sendiri yang mengumumkan gencatan senjata, dan Netanyahu tidak akan bisa lolos kali ini… Trump satu-satunya yang bisa memaksa Israel menghentikan perang,” kata Sami Adas, 50 tahun, yang kini hidup di tenda bersama keluarganya di Kota Gaza.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 67.074 warga Palestina, sementara wilayah tersebut kini hampir tidak layak huni akibat kehancuran infrastruktur vital seperti rumah, fasilitas kesehatan, dan jaringan jalan.
Sejumlah pakar genosida, organisasi hak asasi manusia, serta komisi PBB menyebut agresi berkepanjangan ini sebagai bentuk genosida terhadap rakyat Palestina. (Bahry)
Sumber: TNA