Ratusan Tahanan Muslim Afrika Tengah Bebaskan Diri dari Penjara Bangui

AFRIKA TENGAH (Jurnalislam.com) – Setidaknya 600 tahanan telah melarikan diri dari Ngaragba Central Prison di Bangui, ibukota Republik Afrika Tengah (CAR), sumber-sumber keamanan setempat dan saksi mata mengatakan pada hari Selasa (29/09/2015).

Seorang pejabat keamanan yang meminta identitasnya dirahasiakan mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa hampir semua tahanan melarikan diri dari penjara, yang penuh dengan milisi Muslim dan Kristen yang berperang satu sama lain selama konflik sektarian berdarah sejak 2013.

Pemerintah belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai laporan.

Pembobolan penjara dilaporkan terjadi di tengah serangan kekerasan antar agama yang telah menewaskan sedikitnya 30 orang sejak Sabtu, menurut beberapa sumber.

Pertempuran dilanjutkan pada hari Sabtu ketika sebuah wilayah Kristen mendapat serangan balik oleh milisi Muslim yang membalas atas kematian seorang pria Muslim.

Amnesty International menyesalkan kekerasan tersebut.

"Kekerasan mematikan baru-baru ini di ibukota menggambarkan bahwa CAR tetap dalam keadaan sangat rapuh dan bahwa tindakan segera harus diambil dengan meningkatkan kapasitas pasukan penjaga perdamaian PBB untuk merespon secara efektif insiden tersebut sebelum eskalasi serangan terhadap warga sipil," Alioune Tine, Direktur Amnesty Afrika Barat dan Tengah, mengatakan.

Kekerasan baru tersebut dimulai hanya tiga minggu sebelum pemilihan umum.

CAR jatuh pada konflik di tahun 2013, ketika pejuang Muslim Séléka menggulingkan Presiden Francois Bozize, seorang Kristen yang berkuasa melalui kudeta 2003. Séléka kemudian mengangkat Michel Djotodia, seorang Muslim, sebagai presiden sementara, kemudian ia mengundurkan diri karena tekanan internasional dan regional.

Pada bulan Januari 2014, Catherine Samba-Panza, walikota Bangui, dilantik sebagai presiden perempuan pertama CAR.

Pada bulan Mei tahun ini, setelah berbulan-bulan kekerasan mematikan antara milisi Kristen anti-Balaka dan pejuang Muslim Séléka, keduanya sepakat untuk meletakkan senjata, namun kesepakatan itu tampaknya gagal mencegah serentetan pertumpahan darah terbaru.

Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses