Ulama Dukung Pemerintah Tuntaskan Kasus Pelanggaran HAM Berat

JAKARTA(Jurnalislam.com)— Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima kunjungan silaturahim Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.

Kehadirannya disambut Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud dan Buya Anwar Abas serta Sekjend MUI, Buya Amirsyah Tambunan beserta jajaran pimpinan harian di Gedung MUI, Jl Proklamasi, Jakarta, Selasa (1/11/2022).

“Iya, kedatangan beliau Menko Polhukam, Mahfud MD selain bersilaturahim juga minta pandangan-pandangan serta meminta pendapat untuk penyelesaian kasus-kasus hak asasi manusia,” kata Waketum MUI, KH Marsudi Syuhud kepada media

Kasus-kasus ini, lanjut dia, adalah kasus yang belum pernah terselesaikan selama hampir satu dekade. Terdapat 13 kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di masa lalu.

“MUI mendukung langkah pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa dalam hal ini adalah pelanggaran-pelanggaran HAM yang lama belum terselesaikan, tadi juga ada masukan dari kami salah satunya adalah untuk saling memaafkan, lalu bagaimana caranya itu masih kita bahas bersama di sini,” jelasnya.

“Insya Allah dengan kita duduk bareng di sini 13 masalah pelanggaran HAM masa lalu ini akan segera terselesaikan,” sambungnya.

Sementara itu, Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan penyelesaian 13 kasus HAM berat akan fokus pada korban, bukan pelaku. Kedatangan Mahfud juga untuk mengenalkan tim PPHAM dan masa depan penyelesaian pelanggaran HAM berat di Indonesia.

Mahfud menuturkan, penyelesaian kasus HAM berat sudah menjadi janji Presiden Joko Widodo sejak periode pertama. Janji tersebut juga sejalan dengan TAP/MPR yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000.

“Ini yang dipersoalkan dan dilihat adalah korbannya bukan pelakunya, karena kalau pelaku biarlah Komnas HAM yang mencari bukti. Mencari pelakunya sulit sekali, kita fokus kepada krobannya,” ujarnya.

Mahfud menyampaikan, tim yang diketuai Makarim Wibisono tersebut banyak berisi orang-orang berpengalaman.

Mereka sudah melihat praktek penyelesaian pelanggaran HAM berat non yudisial di banyak negara. Dia yakin, usaha ini akan sedikit membuahkan hasil disbanding jalur yudisial yang selama ini belum menemui ujung

 

Literasi Keuangan Syariah Harus Terus Didakwahkan

JAKARTA(Jurnalislam.com)— Komisi Dakwah dan Ukhuwah MUI Pusat mengadakan kegiatan Standardisasi Da’i ke-17 pada 31 Oktober 2022 di Wisma Mandiri, Jakarta.

Standardisasi da’i yang diadakan Komisi Dakwah MUI bertujuan salah satunya untuk meningkatkan kompetensi da’i dalam berdakwah. Sehingga para da’i ketika berdakwah dapat memperhatikan keadaan masyarakat sekitar, dalam membimbing serta mengajak dalam kebaikan.

Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Ahmad Zubaidi, menyampaikan MUI akan terus melakukan upaya peningkatan kompetensi da’i. Cakupan kompetensi itu meliputi pemahaman literasi keagamaan, kecakapan metodologi dakwah, fiqih dakwah, literasi ekonomi syariah.

“MUI terus berkomitmen menciptakan dakwah yang mencerahkan, membangun, serta meningkatkan kemampuan umat. Kami ingin menumbuhkan dakwah yang mendamaikan dan santuan sekaligus tetap berkomitmen pada NKRI dan Pancasila,” kata Kiai Zubaidi, kepada Peserta Standardisasi ke-17, Senin (31/10/2022) di Wisma Mandir, Jakarta.

Kiai Ahmad Zubaidi, menyampaikan misi besarnya terhadap literasi keuangan syariah adalah bagaimana kita mengajak masyarakat untuk mengetahui serta memahami penting literasi keuangan syariah di zaman sekarang ini, karena itu peran da’i sangat penting dalam mengerahkan dakwah tentang literasi keuangan syariah kepada masyarakat.

“Komisi Dakwah sudah sejak lama kerjasama dengan lembaga keuangan syariah dalam usahanya literasi keuangan syariah, karena kami sadar perkembangan ekonomi syariah melihat dari sisi lembaga (Bank Syariah Indonesia) lumayan bagus, tetapi lihat dari sisi perkembangan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional, yang masih jauh tertinggal,” tutur dia.

Pada kesempatan ini Standardisasi Da’i MUI angkatan ke-17 diikuti oleh sekitar 130 peserta. Mereka terdiri (ustadz dan ustadzah) dari delegasi komisi badan lembaga (KBL) MUI, adapun peserta mandiri. Sejak adanya kegiatan acara standardisasi da’i (yang diadakan oleh Komisi Dakwah MUI) dari angkatan satu hingga ketujuh belas ini, telah diikuti kurang lebih 1000 peserta (alumni Standardisasi Da’i) dari berbagai wilayah Indonesia.  (mui)

 

Kiai Niam Ajak Netizen Perhatikan Kebenaran dan Konteks Konten dalam Bermedsos

JAKARTA(Jurnalislam.com)–Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh mengingatkan bahwa penyebaran informasi di media sosial (Medsos) harus benar dan juga kontekstual.

Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Standardisasi Dai MUI Angkatan ke-17 di Wisma Mandiri, Jakarta Pusat, Senin (31/10/2022).

“Konten informasi yang kita unggah harus benar, tidak hanya benar, tapi juga kontekstual,” ujarnya.

Kiai Niam mengatakan, pemilihan pesan dan kalimat menjadi sangat penting sebelum diunggah. Hal ini agar tidak menjadi bagian dari penyebar informasi yang bohong.

Kiai Niam mengungkapkan, media digital yang merupakan produk budaya ini, seringkali tidak melahirkan produk yang berbudaya.

“Bisa jadi karena tidak cukup literasi. Kiai pun juga bisa mempercayai berita-berita bohong yang beredar karena media sosial ini,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, kata dia, MUI telah menetapkan Fatwa Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial.

Kiai Niam menjelaskan, salah satu cara untuk tabayyun adalah dengan memastikannya pada pihak yang memiliki otoritas dan kompetensi.

“Upaya tabayyun juga dilakukan secara tertutup kepada pihak yang terkait, tidak dilakukan secara terbuka di ranah publik, seperti melalui group media sosial,” sambungnya. (mui)

 

Peserta Standardisasi Dapat Materi Peran Strategis MUI

JAKARTA(Jurnalislam.com)— Sekertaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan hadir dalam Standarisasi Da’i ke-17 MUI yang digelar Komisi Dakwah MUI Pusat

Dalam kegiatan yang berlangsung di Wisma Mandiri, Senin (31/10/2022) tersebut, Buya Amirsyah Tambunan tampil sebagai pembicara yang memaparkan Ke-MUI-an di hadapan para peserta Standarisasi Da’i MUI.

Dalam pidatonya, Buya Amirsyah menyampaikan bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki 3 peran strategis, di antaranya: khodimul ummah (pelayanan umat), himayatul ummah (melindungi ummat dari praktik-praktik kehidupan umat yang dilarang dalam Islam), dan shodiqul hukumah (mitra pemerintah yang turut memandu atau mengarahkan berkenaan dengan aspek-aspek sosial keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara).

Ia juga mengatakan, tujuan peran MUI sebagai khodimul ummah, himayatul ummah, dan shodiqul hukumah yaitu ulama memberikan rekomendasi terkait fatwa yang meluruskan dan menyempurnakan, menguatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhuwah Islamiyyah, dan memberikan tuntunan kepada umat Islam. Selain itu ulama memberikan solusi ketika ada upaya memecah belah bangsa, dan menjadi pelindung antar ulama dan umara.

Ia juga menyampaikan bahwa sebagai seorang mubaligh kita harus memiliki standarisasi kompetensi, sebagaimana Firman Allah dalam Surat As-Saff ayat 10-11:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (۱۰) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (۱۱)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. Engkau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

“Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 3 hal dalam standarisasi kompetensi, yaitu: ilmu pengetahuan, komitmen para da’i, dan integritasi” ujar Buya Amirsyah.

Menutup pemaparannya, Buya mengatakan, “Hidup ini bagaikan perniagaan, ada untung ada rugi, maka dari itu mari kita berjuang dalam perjalanan dakwah ini; bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. (mui)

 

Habib Nabiel Ajak Dai Berdakwah dengan Lemah Lembut dan Teladan

JAKARTA(Jurnalislam.com)— Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI, Habib Nabiel Al-Musawa menyampaikan bahwa Islam wasathiyah menjadi resep memakmurkan negeri. Sebab, kata dia, Islam wasathiyah menghilangkan sifat egois dalam menjalankan agama.

Menurutnya, posisi Islam wasathiyah yang di tengah, tidak ekstrem kiri atau ekstrem kanan, membuatnya terbebas dari egoisme sempit kelompok. Egoisme sempit inilah yang menurutnya kerap menjadi sumber malapetaka dan pertikaian terutama di banyak negara.

“Dakwah Islam Wasathiyah dapat membangun negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur karena hilangnya sifat egois, ” ujar Pimpinan Majelis Rasulullah ini di hadapan peserta Standardidasi Da’i MUI ke-17 di Wisma Mandiri, Jakarta, Senin (31/10).

Dikatakannya, corak Islam Wasathiyah menjadikan seorang dai menempatkan sebuah perkara secara proporsional. Mereka mampu menempatkan mana yang masalah ushul dan mana masalah furu’.

“Sebagai dai, maka bisa memahami mana yang ushul dan mana yang furu’ sehingga tidak mudah terpecah belah, ” ujarnya.

Dia mengatakan, Islam wasathiyah memiliki sepuluh karakteristik seperti
Tawasuth (mengambil jalan tengah), Tawazun (berkeseimbangan), I’tidal (Lurus dan Tegas), Tasamuh (toleransi), dan Musawah (tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi).

Prinsip Islam wasathiyah yang lain adalah Syura’ (musyarawah), Ishlah (reformasi), Awlawiyah (mendahulukan yang prioritas), Tathawwur (dinamis, kreatif, inovatif), dan Tahaddhur (berkeadaban).

Selain itu, imbuh Habib Nabiel, seorang da’i dan da’iyah selayaknya berdakwah dengan kaidah qoulan layyina, qoulan maisyuro, dan qoulan baligho. Hal ini sejalan dengan teguran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat Ali Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Habib Nabiel melanjutkan, dakwah juga perlu menyesuaikan dengan kode etik yang ada. Kode etik itu seperti menyatukan ucapan dengan perbuatan, tidak mencampurkan akidah dengan ibadah agama lain, tidak menghina sesembahan non muslim, tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui atau dikuasai, dan tidak meminta atau menetapkan imbalan.

“Seorang da’i dan da’iyah perlu merujuk pada keputusan-keputusan lembaga keagamaan yang mut’tabarah misalnya fatwa-fatwa MUI, ” ungkapnya. (mui)

 

Di Forum R20, Waketum MUI Serukan Perang Dihentikan

 BALI(Jurnalislam.com)— Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, turut hadir sebagai peserta pada acara R20 atau Religion of Twenty 2022 di Bali, Rabu (2/11/2022).

Forum para pemimpin agama-agama dan sekte-sekte dengan peserta utama dari negara-negara anggota G20 dengan memanfaatkan posisi presidensi Indonesia tahun ini.

Meski demikian, R20 juga mengundang para pemimpin agama dari negara lain di luar G20 sehingga total ada 32 negara.

“Ya saya datang atas undangan Panitia G20 Religion Forum ( R20) International Summit of Religious Leaders, yang pada acara ini di bahas tentang coexisting antara satu agama dan agama lainnya, yang pada pemahaman saya bahwa muamalah dalam berbangsa dan bernegara dalam ajaran Agama kita adalah sudah diatur dalam syariahnya, sehingga bagaimana kita bisa hidup berdampingan yang saling menjaga harmonisasi dalam berbangsa dan bermasyarakat,” kata Waktum MUI saat diwawancara media.

 

MUI berharap diskusi pada R20 ini membuahkan hasil pada perdamaian dunia, khususnya negara yang sedang perang.

“Khususnya saya berharap, dalam diskusi-diskusi ini mengharapkan bahwa konflik-konflik yang terjadi di beberapa negara Muslim yang telah lama berlangsung dan tambah perang Rusia Ukraina segera bisa di hentikan dan untuk menghentikannya adalah dengan dialog seperti yang sekarang sedang dilaksanakan di Bali ini,” ujarnya. (mui)

 

Kiai Marsudi Harap Pertemuan R20 Dapat Hentikan Islamofobia

BALI(Jurnalislam.com)— Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, turut hadir sebagai peserta pada acara R20 atau Religion of Twenty 2022 di Bali, Rabu (2/11/2022).

Forum para pemimpin agama-agama dan sekte-sekte dengan peserta utama dari negara-negara anggota G20 dengan memanfaatkan posisi presidensi Indonesia tahun ini.

Kiai Marsudi optimis agenda ini dapat membawa kehidupan damai antarnegara, antarumat beragama serta dapat menghentikan Islamofobia.

Dia menjelaskan, konflik sudah ada dari zaman Qabil dan Habil anak Nabi Adam sampai sekarang, yang terpenting bagaimana agama mendorong untuk melaksanakan ishlah jika ada konflik, itu kewajiban kita, begitu pula ketika masih ada kelompok yang belum bisa menerima kelompok lainnya.

Termasuk Islamofobia, kata dia, itulah tugas tokoh-tokoh agama di sini yang kumpul di sini untuk saling membawa umatnya menghormati satu sama lain, diawali dengan pertemuan dan duduk bersama pemimpinnya, dan menyatukan kesamaan pandangan dalam kehidupan muamalah, dan memahami batas-batasnya. “Itulah fondasi yang kokoh untuk hidup bersama,” paparnya.

Forum para pemimpin agama-agama dan sekte-sekte ini juga menghadirkan pemimpin agama dari India yang menoreh catatan keras, menurut Kiai Marsudi dengan duduk bersama untuk perbaikan hubungan.

Diundangnya kelompok-kelompok yang konflik tidak lain adalah untuk faashlihu bainahuma, mendamaikan diantara kelompok yang sedang konflik, dengan duduk bersama satu ruangan, pertama untuk saling kenal, saling memahami, kemudian akan saling memberi, memberi maaf, memberi ruang jika masih berbeda, dan memberi rasa aman jikapun masih berbeda dalam pandangannya.

 

Dia berkeyakinan, semua yang diundang di sini pasti mempunyai kekuatan untuk terus berkontribusi khususnya di negaranya dan umumnya untuk dunia.

“Saya memang rata-rata kenal dengan beliau-beliau karena pekan lalu juga saya ketemu beliau-beliau di Mesir ketika Konferensi Mufti sedunia dan ketemu di Roma suatu conference yang diadakan Sant’Egidio, utusannya ada Ibu Valeria, Mufti Mesir, dan lainnya juga datang di acara ini,” ujar dia.

Dia menyatakan, seluruh tokoh yang hadir harapannya mayoritas adalah peace, leaving in peace, no war, no nonflict. 
“Saya sendiri juga mengharapkan don’t stop building peace untill we have a rest in peace, (pergi dengan damai, tanpa perang, tanpa konflik. Jangan berhenti membangun perdamaian sampai kita beristirahat dengan tenang),” kata dia. (mui)

Tokoh Agama Dunia Hadiri R20 di Bali, Jokowi Harap Agama Berkontribusi Selesaikan Masalah

BALI(Jurnalislam.com)— Forum para pemimpin agama dunia atau Forum Religion Twenty (R20) dalam rangkaian kegiatan G20, hari ini berlangsung di Nusa Dua, Bali.

Ajang pertemuan para pemimpin agama dunia kali pertama yang diinisiasi Nadhalatul Ulama (NU) dan Liga Muslim Dunia ini digelar 2-3 November 2022.

Tampak hadir dalam pembukaan R20, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf,  Sekretaris Jenderal Rabitah al-‘Alam al-Islami atau Liga Muslim Dunia, Syekh Mohammed Al-Issa dan para pemimpin agama dari berbagai negara lainnya.

Hadir juga sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, di antaranya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Thohir, Menko PMK Muhadjir Effendy, dan mantan Wapres Jusuf Kalla.

Pembukaan R20 yang mengusung tema Revealing, Nurturing, Religion AS A Source of Global Solutions ditandai dengan penabuhan rebana oleh Rais ‘Aam PBNU, Ketum PBNU, Sekretaris Liga Muslim Dunia, Menag Yaqut Cholil Qoumas, para Menteri dan tokoh lainnya.

Salah satu misi dari gelaran forum R20 ini yaitu mengajak para pemimpin agama untuk mengidentifikasi dan merangkul nilai-nilai mulia yang bersumber dari agama dan peradaban besar dunia.

Presiden Joko Widodo dalam sambutan yang ditayangkan lewat video saat pembukaan R20 mengajak para delegasi-delegasi negara yang hadir untuk bertukar gagasan demi meningkatkan kontribusi agama dalam penyelesaian masalah dunia.

“Kehadiran bapak dan ibu di forum ini sangat membanggakan kami. Indonesia ingin belajar dari bapak ibu sekalian yang hadir dari berbagai negara. Kami rakyat Indonesia juga siap berbagi pengalaman,” kata Presiden Jokowi, Selasa (2/11/2022).

Menurut Presiden Jokowi, para tokoh dunia dari berbagai agama harus bekerja sama untuk meningkatkan kontribusi agama dalam menyelesaikan masalah-masalah dunia untuk mengurangi rivalitas dan menghentikan perang demi dunia yang damai, dunia yang bersatu, dan dunia yang bekerja sama untuk mewariskan kebaikan bagi generasi mendatang.

Presiden Jokowi juga menyampaikan kemajemukan yang dimiliki Indonesia mulai dari suku, bahasa, hingga agama yang dipersatukan oleh ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

R20 yang berlangsung di Grand Hyatt Nusa Dua Bali ini dihadiri 150 tokoh lintas agama dunia dan 250 partisipan domestik.

 

Bulan Solidaritas Palestina, MUI Ajak Umat Berdonasi

JAKARTA(Jurnalislam.com)– Bulan ini yang diperingati sebagai bulan solidaritas Palestina, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan umat Islam khususnya Indonesia untuk berdonasi pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSIH) di Hebron.

Pembangunan RSIH di Hebron Palestina yang digagas oleh MUI ini masih jauh dari target dana yang direncanakan untuk membangun rumah sakit tersebut.

“Donasi yang telah dikumpulkan Panitia MUI sejak November 2021 sebesar Rp 25 Miliar. Jumlah tersebut memang masih jauh dari target yang direncanakan sebesar Rp 87 Miliar,” kata Ketua Bidang Penggalangan Dana Pembangunan RSIH, Amirah Nahrawi, dalam prosesi penyerahan secara simbolik donasi dari Yayasan Rumah Zakat Indonesia untuk pembangunan RSIH Palestina, Rabu (2/11/2022).

Oleh karena itu, ujar Amirah, mengawali bulan solidaritas Palestina ini, MUI mengetuk hati seluruh masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia untuk berdonasi agar terwujudnya RSIH di Hebron, Palestina.

“Masyarakat dapat menyalurkan bantuannya melalui panitia MUI atau lembaga-lembaga donasi lainnya mitra MUI seperti DMI, Rumah Zakat, LAZISNU, Lazismu, Baznas, kitabisa.com dan Dompet Duafa,” terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan menyampaikan, pihak panitia pembangunan RSIH secara intens telah melakukan kordinasi dengan pihak Walikota Hebron, Mr Tayseer.

“Sejak 2021 (Mr Tayseer) telah menyiapkan lahan bagi lokasi RSIH. Komunikasi terakhir dengan pihak Walikota Hebron diadakan minggu yang lalu,” ungkapnya.

Sekjen MUI mengungkapkan, komunikasi tersebut membahas mengenai tahap-tahap pembangunan RSIH, mulai dari penetapan konsultan perencanaan, lelang pengerjaan konstruksi dan jadwal peletakkan batu pertama.

“Peletakkan batu pertama diharapkan dapat dilaksanakan sebelum berakhirnya 2022,” sambungnya.

Buya Amirsyah menekankan, seluruh prosedur penyaluran donasi tersebut harus jelas dan bersih. Mengingat hal tersebut sangat penting karena mempertaruhkan reputasi masyarakat dan bangsa Indonesia.

“Sesuai dengan prosedur administrasi penyaluran bantuan kemanusiaan. Supaya semua pihak, baik MUI maupun para mitra lembaga donasi tetap akuntabel,” paparnya.

 

Pandemi Ajarkan Pentingnya Solidaritas Kemanusiaan dan Sains

BALI(Jurnalislam.com)— Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan dalam tiga tahun yang serba ganas, globalisasi mengalirkan pandemi sebagai pengalaman bersama, duka cita dari kematian yang sunyi, dan ruang-ruang isolasi.

Tapi di saat yang sama, ia juga  membangkitkan militansi akal budi: sains dan kerja keras semua bangsa untuk lolos menuju normal baru yang lebih berpengharapan.

Hal ini disampaikan Menag Yaqut saat didapuk menjadi pembicara dalam gelaran forum para pemimpin agama dunia atau Forum Religion Twenty (R20) yang digelar dalam rangkaian kegiatan G20 di Nusa Dua, Bali.

“Pandemi mengajarkan kita bahwa di dalam segala perbedaan, di atas demarkasi kelas sosial dan kekayaan, serta hirarki kesetaraan, baik yang terjadi antar negara dan antar manusia, sebuah common ground bagi kelanjutan kemanusiaan ternyata masih dimungkinkan,” ujar Menag Yaqut, Rabu (2/11/2022) .

“Di sini kita menemukan bahwa ternyata ada yang lebih solid dan krusial dari sekadar ekonomi, politik, atau batas dan teritori,” sambung Gus Men, panggilan akrab Menag Yaqut.

“Pandemi memaksa orang untuk mengambil tindakan etis di mana keselamatan diri hanya bisa dipertahankan melalui keselamatan bersama orang lain.  Dengan itu,  wabah yang mengerikan mengahadirkan kegentaran tapi sekaligus menumbuhkan atmosfir etik mondial,”  tutur Menag.

Menurut Menag, globalisasi-pandemic mengajarkan betapa berharga dan pentingnya sains dan ilmu kedokteran, bersama-sama dengan kekuatan solidaritas dan kesukarelaan antar manusia.

“Sains menunturn kita keluar dari bencana, namun etika, solidaritas dan kemanusiaan yang memelihara dan memperkuat pikiran dan kesehatan jiwa manusia selama dalam bencana,” ujarnya.

Dengan kata lain, jelas Menag, bagi orang beriman, pandemi ini menghadirkan kengerian yang mencengangkan (tremendum et fascinosum). Ia menakutkan, namun di saat yang sama juga menunjukkan sisi-sisi kemuliaan manusia yang menandakan adanya ‘cakrawala kebaikan” yang transenden.

“Di titik inilah kita meyakini, bahwa sosialitas manusia akan lebih merekah dan tumbuh apabila ia diatur oleh keserasian antara akal budi dan nilai-nilai yang baik: solidaritas, kebersamaan, dan kemanusiaan yang universal,”  tegas Menag

Dalam paradoks globalisasi inilah masyarakat Indonesia didorong juga untuk berefleksi melihat ke dalam, seluruh kisah globalisasi ini juga adalah bagian dari pengalaman.

Indonesia jelas bukanlah bangsa yang memiliki kekuatan hebat untuk berpacu dalam kompetisi teknologi dan sains, secara ekonomi Indonesia juga tidak memiliki kemakmuran materiil sebagaimana sebagian besar negara-negara sahabat anggota G20 lainnya.

Namun demikian, dalam menghadapi bahaya dan masalah, Indonesia terbukti sama tangguhnya dengan bangsa-bangsa maju lainnya.

“Pada hari ini, kehadiran kita bersama di forum ini, telah menandaskan takdir bersama kita, bahwa kita semua lolos bersama-sama dari lubang jarum globalisasi-pandemi,”  tandas Menag.