GAZA (Jurnalislam.com) – Sebuah LSM Israel menyatakan keprihatinannya pada hari Senin (04/05/2015) atas kebijakan tentara Israel melakukan "penembakan tanpa pandang bulu" terhadap warga Palestina. LSM tersebut telah mengumpulkan kesaksian yang menunjukkan bahwa tentara Israel diperintahkan untuk "membunuh di tempat" selama serangan militer musim panas lalu di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan di hari Ahad, Breaking the Silence, sebuah LSM Israel, mengatakan bahwa mereka telah mengumpulkan kesaksian yang melukiskan sebuah "gambaran yang mengganggu" mengenai kebijakan tentara Israel melakukan "penembakan secara sembarangan," yang menegaskan jika mereka telah "secara langsung mengakibatkan kematian ratusan warga sipil Palestina yang tidak bersalah."
LSM tersebut mengatakan telah mengumpulkan kesaksian 60 tentara dan petugas Israel yang berpartisipasi dalam serangan musim panas lalu – yang dijuluki "Operation Protective Edge " – terhadap Jalur Gaza.
Lebih dari 2.160 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, tewas dan 11.000 lainnya terluka selama tujuh minggu pemboman Israel yang tak henti-henti di Jalur Gaza pada bulan Juli dan Agustus tahun lalu.
"Kesaksian yang dikumpulkan oleh Breaking the Silence melukiskan gambaran mengganggu perubahan drastis" dalam prosedur tempur tentara Israel, kata LSM itu.
LSM itu menambahkan bahwa "nilai-nilai pedoman tentara Israel menurun, berkurang dan bahkan dibuang, oleh tentara Israel itu sendiri.” Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah prinsip 'kemurnian senjata', yang mengamanatkan bahwa tentara hanya menggunakan sejumlah minimum dari kekuatan yang diperlukan dan 'tetap menjaga kemanusiaan mereka bahkan dalam pertempuran.’
LSM mengatakan "aturan keterlibatan" yang disampaikan kepada tentara "adalah peraturan yang paling permisif yang pernah didengar oleh tim Breaking the Silence," sambil menambahkan bahwa banyak tentara bersaksi bahwa "perintah yang mereka terima adalah untuk menembak atau membunuh setiap orang yang terlihat di depan mereka."
LSM itu melanjutkan dengan menegaskan bahwa tentara Israel telah disesatkan dalam beberapa kasus karena mereka percaya bahwa lokasi pertempuran mengambil tempat di daerah dimana tidak terdapat warga sipil, namun, "pada kenyataannya, pasukan [tentara] memasuki wilayah di mana warga sipil tak berdosa, dan kadang-kadang bahkan seluruh keluarga, berada di lokasi tersebut."
Selama tujuh minggu serangan terhadap Gaza, tentara Israel "melakukan pemusnahan massal infrastruktur sipil dan rumah-rumah," LSM mencatat, menambahkan bahwa, "dalam banyak kasus, kerusakan terjadi tanpa justifikasi operasional yang jelas dan terjadi setelah pasukan darat 'membersihkan' dan meninggalkan daerah tersebut."
Breaking the Silence didirikan oleh para veteran Israel yang telah bertugas di ketentaraan sejak intifada (pemberontakan)kedua Palestina, yang meletus pada akhir 2000.
Menurut website LSM, veteran ini "telah berinisiatif untuk mengekspos kepada publik Israel realitas kehidupan sehari-hari di Wilayah Pendudukan."
Mereka menyatakan: "Kami berusaha untuk merangsang debat publik tentang harga yang harus dibayar untuk sebuah realitas di mana tentara-tentara yang masih muda harus menghadapi penduduk sipil setiap hari dan terlibat bahkan mengendalikan nasib hidup penduduk sipil tersebut."
Deddy | World Bulletin | Jurniscom