PERANCIS (Jurnalislam.com) – Pasca serangan Charlie Hebdo di Prancis masyarakat terbagi menjadi kelompok Charlie atau kelompok teroris, seorang kartunis Perancis Zeon mengatakan.
"Atmosfir setelah serangan Charlie Hebdo adalah seperti pasca-September 11. Masyarakat terkelompokkan ke dalam Charlie, atau teroris," kata Zeon dalam sebuah wawancara. Setelah serangan teroris tahun 2001 di Amerika Serikat, Presiden George Bush kemudian dengan jahatnya menarik garis merah yaitu "Anda bersama kami atau Anda dengan teroris" pada awal perang kampanye teror.
Seorang kartunis Yahudi ditangkap awal Maret dan dikirim ke pengadilan di Paris atas dugaan gambar "anti-Zionis" miliknya, khususnya untuk kartun yang ia buat pada tahun 2011 yang menggambarkan seorang anak Palestina ditikam oleh pisau berbentuk bendera Israel. Penangkapannya mengikuti laporan keluhan yang diajukan oleh Liga Internasional Melawan Rasisme dan Anti-Semitisme.
Ia mengatakan bahwa penangkapannya diabaikan oleh media mainstream Perancis karena jika mereka membicarakan kasusnya maka akan menunjukkan " situasi kontras" yang ia alami setelah serangan 7 Januari terhadap majalah satir Perancis Charlie Hebdo. Charlie Hebdo terkenal karena mencetak materi yang kontroversial, termasuk kartun yang menghina Nabi Muhammad di 2006 dan 2012.
Zeon mengatakan bahwa konsep kejahatan jurnalistik telah digunakan di Perancis untuk mencegah kritik terhadap kekuatan yang sedang berkuasa di negara tersebut, dan menambahkan bahwa isu genosida Yahudi masih dianggap tabu di Perancis.
Dua belas orang, termasuk editor Charlie Hebdo dan beberapa kartunis Prancis paling terkenal tewas ketika dua pria bertopeng, yang kemudian diidentifikasi sebagai Kouachi bersaudara, Said dan Cherif menyerang kantor majalah tersebut.
Menurut Zeon, beberapa kartun berkontribusi terhadap dialog, sementara beberapa lainnya seperti kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh Charlie Hebdo hanya tertarik untuk menghina. "Mereka sadar bahwa mereka menyinggung banyak orang ketika mereka menggambar Nabi Muhammad," katanya.
Tentang gambarnya sendiri yang dicap sebagai anti-Semit oleh beberapa kelompok Yahudi, kata dia, itu bukan anti-Semit, namun anti-Zionis, dan ia menyebut bahwa anti-Semitisme di Perancis sebagai "sebuah konsep yang dibuat oleh Zionis."
Ia juga mengatakan bahwa Israel diuntungkan paling banyak dari serangan Charlie Hebdo. Dia mengibaratkan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Prancis setelah serangan ke upacara pemakaman yang diselenggarakan oleh bos mafia untuk musuh terbesarnya.
Zeon mengatakan bahwa ia, bersama dengan sekelompok kartunis Perancis lainnya, minggu ini akan menerbitkan sebuah karya berjudul "Saya bukan Charlie, dan saya tidak peduli," berharap untuk mendekati seluruh topik dari sudut pandang lucu.
"Tujuan kami adalah untuk menyeimbangkan majalah (Charlie Hebdo)," katanya.
Deddy | World Bulletin | Jurniscom