BIMA(Jurnalislam.com)–Forum Ukhuwah Mahasiswa Muslim Bima-Dompu (F-UMA IMBI)melaksanakan Kajian Spesial tentang Kepemudaan pada Ahad (6/03) malam via Zoom Meeting. Tema umum dari webinar ini adalah Peran Pemuda dalam Perkembangan Dakwah Kampus.
Kajian ini dilaksanakan dalam rangka untuk memperkuat semangat dakwah dalam menyongsong berbagai tantangan zaman. Selain itu, kajian ini dipandang penting untuk menyemarakkan diskusi intelektual di kalangan pemuda.
Faktor yang spesial dari kajian ini adalah karena menghadirkan pembicara dari Pimpinan Pusat Lingkar Dkawah Mahasiswa Indonesia. Asrullah selaku ketua umum terpilih di Muktamar IV LIDMI akhir Februari lalu mengisi kajian tersebut sekitar satu jam. Kajian kemudian diiringi dengan diskusi interaktif mengenai arah gerakan pemuda dewasa ini.
Asrullah dengan lugas menguraikan beberapa peran penting pemuda bagi kemajuan agama dan bangsa. Salah satu diantaranya adalah pentingnya peran pemuda sebagai lokomotif perubahan.
“Dengan dibarengi semangat perjuangan yang bersifat kontinu dan konsep intelektual yang bernas, pemuda adalah lokomotif perubahan. Pesan kami pribadi. Cerdaslah pada bidang kita masing-masing, Jangan membangun paradigma homogenitas. Itu akan membuat kita tidak produktif”, ungkapnya.
Menurutnya, pemuda atau mahasiswa harus memperdalam ilmu yang ia sedang geluti dengan maksimal. Dengan demikian, akan lahir mahasiswa yang mampu berkontribusi positif sesuai bidang keilmuannya.
Dalam kaitannya dengan bonus demografi, Asrullah juga mengungkapkan peran pemuda yang sangat besar. Mayoritas generasi produktif saat ini adalah dari kalangan pemuda. Bonus demografi bisa saja menjadi buah simalakama jika potensi yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Salah satu tantangan kita ialah bonus demografi. Satu kondisi dimana mayoritas generasi profuktif diisi oleh pemuda. Pertanyaannya adalah pemuda seperti apa yang kita inginkan? Apakah pemuda yang setelah ngaji, pergi ke masjid setelah itu selesai? Apakah itu yang disebut sebagai aktivis?”
Menurut mahasiswa doktoral Universitas Hasanuddin ini, pemuda seharusnya jangan menarik diri dari percaturan sosial. “Pemuda seharusnya mampu membaca kapasitas pribadi, melihat realitas diri, mengukur kapasitas itu, dan kemudian menuangkannya dalam ranah aplikatif, pada ranah sosial. Itulah namanya pemuda solutif,” tegasnya.