Jelang Konferensi di Arab, Ketua Oposisi Utama Anti Assad Undur Diri dari HNC

Jelang Konferensi di Arab, Ketua Oposisi Utama Anti Assad Undur Diri dari HNC

SURIAH (Jurnalislam.com) – Riyad Hijab, kepala blok oposisi utama Suriah, mengundurkan diri menjelang sebuah konferensi yang dijadwalkan di Arab Saudi yang bertujuan untuk “mempersatukan” berbagai kelompok yang menentang rezim Syiah Suriah Bashar al-Assad.

Hijab adalah mantan perdana menteri di bawah Assad yang membelot setelah pergerakan tahun 2011, dan telah menjadi tokoh Komite Negosiasi Tinggi (High Negotiations Committee-HNC) yang didukung Saudi sejak Desember 2015.

Dia mengumumkan keputusannya untuk mundur pada hari Senin (20/11/2017), tanpa menjelaskan alasan kepindahannya.

“Setelah hampir dua tahun bekerja keras untuk melestarikan prinsip mulia revolusi Suriah […] saya menemukan diri saya dipaksa untuk mengumumkan pengunduran diri saya dari HNC, sambil berharap semoga sukses, dan menginginkan kedamaian dan keamanan bagi negara saya tercinta, Suriah,” kata Hijab dalam sebuah pernyataan yang diposkan di media sosial.

Perundingan Astana: Oposisi Suriah Tolak Seruan Rusia untuk Kongres di Laut Hitam

Pengunduran dirinya terjadi dua hari sebelum sebuah konferensi oposisi Suriah di ibukota Saudi, Riyadh, dan diumumkan dalam sebuah pernyataan di Badan Pers Saudi (Saudi Press Agency-SPA).

Riyad Hijab
Riyad Hijab

Tujuan pertemuan tersebut, menurut SPA, adalah untuk “membawa platform dan faksi-faksi oposisi Suriah menjadi lebih dekat” satu sama lain, dan untuk “menyatukan delegasi oposisi” dalam putaran perundingan berikutnya yang disponsori PBB di Jenewa.

Perpecahan di dalam oposisi telah lama menjadi perdebatan. Staffan de Mistura, utusan PBB untuk Suriah, sebelumnya bersikeras bahwa kelompok tersebut harus bersatu dalam negosiasi dengan pemerintah Suriah.

Meskipun pernyataan SPA tidak menentukan kelompok oposisi mana yang akan ambil bagian dalam perundingan tersebut, perpecahan utama di dalam oposisi adalah antara HNC dan dua kelompok lain, yang berplatform Moskow dan Kairo.

Kelompok Moskow dan Kairo memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan ditoleransi oleh pemerintah Assad karena sikap mereka yang lebih lembut terhadapnya.

Posisi mereka dalam perang di Suriah membuat mereka sangat berbeda dari HNC, yang menyerukan mundurnya Assad sebagai dasar penyelesaian konflik.

Meskipun tidak jelas apakah pengunduran diri oleh Hijab dikaitkan dengan konferensi yang direncanakan oleh Arab Saudi, Omar Kouch, seorang analis Suriah yang memiliki hubungan dekat dengan oposisi, berpendapat bahwa tindakan tersebut adalah “penolakan terhadap apa yang akan terjadi di Riyadh dan pemindahtanganan HNC.”

Inilah Pernyataan Sikap Hayat Tahrir Sham atas Kesepakatan Astana

“Mereka menegakkan agenda internasional – khususnya Rusia – bagi oposisi, jadi bagaimana mereka bisa menerima ini?” Kouch mengatakan kepada Al Jazeera dari kota Istanbul di Turki.

“Mereka mencoba menciptakan sebuah platform oposisi baru dengan menambahkan kelompok Moskow dan Kairo – Hijab seharusnya mengundurkan diri sepekan yang lalu saat pertemuan tersebut diumumkan,” tambahnya.

Sejak masuk ke dalam perang Suriah di sisi Assad pada bulan September 2015, Rusia secara bersamaan mendominasi di arena diplomatik dan mengarahkan negosiasi untuk menemukan solusi atas konflik tersebut.

Seiring dengan Iran, yang juga mendukung Assad, dan Turki, pendukung oposisi, pihak Rusia telah memimpin pembicaraan di Kazakhstan sejak akhir tahun lalu.

Cape-cape ke Arab Gelar Pertemuan Oposisi Suriah, Akhirnya Ditolak Moskow

Kouch percaya bahwa setelah perang Suriah usai, dengan bantuan Rusia dan Iran, masyarakat internasional dibuat untuk berusaha memaksa oposisi agar menerima sebuah kesepakatan tanpa mundurnya Assad atau masa transisi.

Sejak dimulainya perang pada tahun 2011, rezim Suriah secara sistematis menolak untuk mendukung setiap proses transisi yang berakhir dengan mundurnya Assad, sementara bagi oposisi, mundurnya Assad tetap menjadi satu-satunya syarat untuk perdamaian.

Bagikan